Usaha

5.5K 505 51
                                    

Aisya bergerak cepat kekerumunan murid yang ada diujung kantin. Tempat yang dulu selalu ditempatinya bersama Adiva, menghabiskan seluruh stok makanan yang dibelinya dari ujung ke ujung. Tempat yang pernah dibuatnya melancarkan rencana mencari tau siapa sebenarnya seorang Syarif saat itu.

Aisya membelah kerumunan tersebut dengan dua tangannya yang mungil, mencoba cari tau apa yang sedang terjadi disana. Dan perempuan itu pun cengok mendapati seorang gadis terduduk di meja yang sedang makan cabe, dengan wajah merah dan airmata yang sudah berkumpul disudut matanya. Sedangkan Aisya melirik anak laki-laki yang tidak jauh darinya tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya, kemudian dengan berbagai umpatan laki-laki itu menggebrak meja, menyuruh agar gadis itu cepat menghabiskan cabe sebagai makan siangnya.

"Bisa sabar nggak lo!"
Sentak balik gadis itu. Aisya tersentak, dia kira anak gadis itu takut dan menjadi bahan bullya-an anak semacam Delon, ya dia lagi yang mencari masalah.
"Ini CABE, bukan TERONG."

"Woy, lo diem aje. Makan ya makan aja, mau gua tambah hukuman lo?"

Aisya kini heran. Zaman bukannya semakin menumbuhkan anak-anak yang berperilaku baik, tapi malah merusak zaman itu sendiri. Dia kira, hidup waktu SMA dengan segala kebandelan yang dilakukannya, sudah termasuk memalukan untuk di ingat. Tapi ini? Hft.

"Denger ya lo, gua nggak bakal kalah lagi dari lo. Jadi lo bisa puasin hukuman lo sekarang, karena untuk selanjutnya, hukuman itu berlaku buat lo!"

"HENTIKAN."
Kini Aisya membuka suaranya, memecah perdebatan yang diyakininya akan berlanjut dan tidak ada habisnya.

Semua mata disana langsung tertuju pada perempuan itu, oh tidak. Bukan pada Aisya, tepatnya pada seseorang yang ada dibelakangnya. Perlahan satu persatu murid yang jadi penonton kejadian itu, melipir pergi, hingga hanya tersisa Aisya, Delon, dan juga gadis yang sekarang terlihat ketakutan.

Ah, gue mah, cuman ngomong "hentikan" gitu saja, udah pada kabur ketakutan. Ya, kayaknya jiwa guru killer Syarif mulai menular ke gue. Yeay, makasih muka papan.
Sorak Aisya dalam hatinya.

"Sudah selesai?"
Seusai bersorak, hatinya langsung menyiut ketika mendengar suara bariton dan pemiliknya sudah ada disampingnya.
"Kenapa kalian selalu membuat keributan?"
Ucap Syarif, yah. Laki-laki itu terlihat tenang, tapi membawa aura yang mencekam.

"Itu, yang akan membuat Bapak rindu padaku."
Bisik gadis yang masih terduduk didepan meja, namun sudah berhenti dari aktivitasnya.
Aisya mendelik mendengar bisikan yang masih bisa didengarnya, sedangkan perempuan itu menoleh kearah Syarif, dan wajahnya tidak menunjukkan ketersinggungan. Apa iya, telinga tajam Syarif sekarang mulai melemah?
Asik, bisa dimanfaatkan melemahnya ketajaman telinga Syarif. Aisya lagi-lagi bersorak.

"Maaf, Pak. Tapi Delan yang mulai duluan menantang saya."
Ucap Delon membela dirinya.

"Enak aja, Delon Pak. Saya di bully, saya disuruh makan cabe sepiring. Nanti gimana saya bisa ikut pelajaran Bapak kalo harus bolak-balik ke kamar mandi?"

"Jangan banyak alasan. Sebentar lagi bel masuk. Kalian pergi ke kelas masing-masing."
Perintah Syarif yang disetiap kalimatnya selalu berakhir dengan tanda titik. Itu artinya tidak bisa diganggu gugat.

"Ba-ik Pak."
Teman-temannya Delon bergerak cepat meninggalkan tempat yang bisa jadi tempat keramat jika Syarif sudah murka.

Gadis yang bernama Delan pun berdiri dan berjalan kearah stan kantin, mengeluarkan uang dari sakunya dan membayarkan cabe yang telah dimakannya. Sedangkan Delon hanya tersenyum kecut lalu pergi begitu saja. Mereka semua bubar terlalu cepat. Aisya masih belum puas melihat Syarif, jangan bilang setelah ini laki-laki itu pun akan pergi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Remains The Same (Aisya 2) (COMPLETE)Where stories live. Discover now