[SEMBILAN BELAS]

15.4K 1K 90
                                    

Malam yang panjang baru saja dilalui oleh pasangan gelap yang kini sedang mengatur napas mereka akibat kelelahan setelah berolahraga ranjang. Si pria menghadap ke langit-langit kamar dengan lampu-lampu kristal yang sengaja diredupkan. Meredupkan lampu adalah ide si wanita yang tidak hanya menginginkan seks untuk melepaskan hawa nafsu, namun seks dengan suasana yang romantis dan sulit untuk dilupakan.

Lengan wanita itu memeluk badan si pria yang telanjang. Selimut hanya menutupi pusarnya hingga kaki. Kepala wanita itu pun diletakan di atas dada si pria. Wanita itu bisa mendengar degup jantung si pria yang selalu menjadi penghantar tidurnya setelah melakukan seks yang luar biasa.

Wanita itu dengan sengaja memilih untuk menyewa apartemen dan tinggal jauh dari rumah keluarganya. Hanya semata-mata untuk berbagi kehangatan di atas ranjang tanpa kedua orang tuanya akan protes dengan apa yang ia lakukan. Ia lahir dari keluarga yang imej-nya begitu bagus di mata masyarakat. Tentu saja jika keluarganya tahu kelakuannya dengan pria yang tengah berbaring bersama dirinya, ia akan dicoret dari nama keluarga. Melakukan seks bebas adalah dosa besar yang tidak bisa ditolerir oleh keluarga dengan toto kromo yang sudah ditanamkan sejak dini.

"Makasih ya Sayang buat malam yang luar biasa ini." Wanita itu tersenyum dan mendongak sedikit. Menatap sang pria dengan tatapan yang memuja.

Pria itu hanya menjawab dengan deheman dan anggukan singkat.

"Aku pengen milikin kamu seutuhnya. Jadi, kapan kamu putusin dia? Cepat atau lambat, kalian harus putus, loh ya! Kamu udah janji sama aku!" ujar si wanita dan suaranya terdengar mengancam.

"Aku lagi cari waktu yang tepat."

Wanita itu tersenyum puas. Akhirnya ia bisa mendapatkan pujaan hatinya dengan utuh. Selama ini ia merasa terganggu dengan keberadaan kekasih pria-nya ini. Sudah berkali-kali pun ia meminta si pria untuk segera mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya itu. Ia akan menunggu dengan sabar. Jika kesabarannya sudah habis dan si pria masih juga belum memutuskan hubungan tersebut, ia sendiri yang akan turun tangan.

"Aku harap kamu bakalan ngelakuin secepatnya. Kamu tahu sendiri, kan, kalau aku bakalan turun tangan kalau kamu lama-lama mengulur waktu. Dan kamu nggak akan suka dengan cara yang bakalan aku pake. Hahaaha... kamu selamanya milik aku! Nggak ada yang boleh ambil aku dari kamu!" Ia seperti orang gila. Bahkan ia tertawa begitu keras dan terdengar kejam.

Pria itu hanya menghela napas. "Biar aku sendiri yang nyelesain. Kamu tinggal menunggu hasilnya. Tidurlah! Udah malem."

"Aku sayang kamu." Wanita itu mengecup pipi sang pujaan hati lalu terlelap tidur di atas dada si pria.

Namun, pria itu masih belum bisa menutup matanya. Beban pikirannya semakin bertambah. Ia menghela napas panjang dengan mata yang masih nyalang memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang?

***

"Aku mau tanding basket hari ini. Kamu harus nonton!" perintah Angkasa dari panggilan telepon.

Adina menghela napas. Awalnya Adina pikir, Angkasa akan memarahinya soal kejadian semalam. Namun pemuda itu malah menginginkannya untuk menonton pertandingannya. Jujur saja, Adina masih sedikit trauma dengan penyerangan Angkasa yang tiba-tiba di apartemennya beberapa hari yang lalu.

"Aku-uhhmm-aku nggak bisa, Sa. Besok aku masih UAS." Benar, Adina tidak berbohong. Esok ia masih UAS dan banyak materi yang harus ia pelajari.

"Kamu pikir aku peduli? Udah buruan kamu ke sini!"

Panggilan pun terputus dan Adina mau tidak mau menonton pertandingan basket yang Angkasa maksud. Masih menjadi kebiasaan Angkasa yang selalu meminta Adina untuk menonton permainan basketnya. Untung saja kondisi fisik Adina tidak sedang lemah seperti beberapa waktu yang lalu. Hujan pun sedang tidak turun. Tapi tetap saja, besok ia UAS dan Angkasa selalu memintanya datang di waktu yang tidak tepat.

BOYFRIENDWhere stories live. Discover now