Cerita Singkat Kita

202 1 0
                                    


Cerita Singkat Kita

Usiamu yang lebih dewasa membuatku terpesona, cinta yang kau ungkapkan dengan manisnya membuatku terjebak.

Perkenalan kita dimulai dari seorang sahabat, kenyamanan yang kurasa berada di sampingmu. Membuatku terlena, rayuanmu membuatku terpesona. Berawal dari depan balkon rumah kuperhatikan kau datang menemuiku, untuk pertama kali. Hatiku bertanya seperti apa rupamu? Yang saat itu masih tertutup oleh helm.

"deggg" jantungku berdetak ketika ring tone hpku berbunyi.

"assalamualaikum" sapa ku ramah dari seberang telepon.

"walaukumsalam, abang uda di depan rumah, adek dimana?" sapanya tak kalah lembut.

"hemmm suaranya" bisikku dalam hati "tunggu ya bang, turun lah aku ini" dengan langkah cepat kuturuni anak tangga, kubuka pintu pagar dan kulihat dia. Wajahnya tidak terlalu tampan, tapi cukup menyihir mataku.

Jabat tangan pertama kami, tangan ku yang dingin menjadi bahan ejekannya.

"cie deg degan ni yee, dingin tangannya" ucapnya tergelak.

"iss gak ya, namanya juga malam" kilahku, menutupi rasa gugupku.

"hemm jalan-jalan yuk, sekalian makan. Lapar abang" itulah ucapannya yang membuat ku tersenyum, bahkan hampir tertawa.

"iya iya, tapi aku ganti sepatu dulu ya, masak iya keluar pake sandal jepit" alasan ku.

Hatiku tak pernah berhenti bergumam, apa dia yang akan mengisi kekosongan hatiku. Kalau bahasa gaulnya si ke Jombloanku ya. Memang untuk usia sepertiku sudah lewat masa pubernya. Kami pergi menyusuri malam di temani cahaya bintang dan bulan. Sampailah kami pada tempat makan, sederhana. Yang tak jauh dari tempatku tinggal.

"ayok" ajaknya, dia melangkah terlebih dahulu, aku hanya mengekor di belakangnya.

"hemm tadi kita belum kenalan kan?" ucapnya setelah memesan makanannya, seraya menyodorkan tangan kanannya.

"Rina" ucapku singkat seraya menjabat tangannya.

"Dias" ucapnya.

Canda dan gelak tawa mewarnai, pertemuan singkat kami. Bahkan sampai dirumah pun kami masih saling bertelepon, sms dan bbman. Mungkin itulah yang di katakan, seorang pria akan romantic sebelum dia mendapatkan apa yang dia inginkan.

Hariku tak lagi kosong, pertemuan kami pun semakin intens. Komunikasi kami pun lancar layaknya jalan tol. Memang cinta itu awalnya indah, bahkan lebih indah dari kita membeli sebuah tas bermerk. Perhatiannya tak pernah berhenti tercurah untukku, aku bagaikan anak kecil yang kadang ngambek terhadapnya.

3 minggu sudah lamanya kami dekat, aku merasa bimbang karena kami hanya berstatus teman dekat. Akhirnya datanglah seseorang menghampiri hatiku yng mulai sunyi. Fikiran – fikiran aneh mulai muncul di kepalaku. Aku menganggap diaz tidaklah menganggapku penting, hingga aku putuskan untuk tidak mengingatnya lagi. 3 hari perkenalanku dengn Rio, kami pun bertemu. Usiaku yang sama dengan Rio membuatku menjadi diriku sendiri lagi.

"jawa" begitulah dia memanggilku.

"iya" jawabku sedikit BT, karena menurutku dia itu orang yang rasis.

"jangan lah cemberut gitu, sudah jelek. Tambah jelek nanti" ucapnya tergelak dan tangan jahilnya itu menari lincah mengacak rambutku.

"issss kan rusak rambutku abang" ucapku manja.

One Shoot StoryWhere stories live. Discover now