Part III

446 63 19
                                    

Taeyong masih termangu menatap sosok di depannya.

Mirip sekali, ujar Taeyong dalam hati.

"Kau ingin berdo'a untuk gegeku juga?" tanya Kevin dengan bahasa Korea yang fasih.

"Gege?" Taeyong balik bertanya.

Dia tahu 'gege' memiliki arti yang sama dengan 'hyung', hanya saja dia masih bingung. Siapa orang yang berdiri di hadapannya sekarang? Dan kenapa lelaki ini memanggil kakaknya dengan sebutan gege? Seolah lelaki ini mengenal kakaknya, padahal Taeyong tidak pernah bertemu dengannya. Dan lagi, mereka sangat mirip. Tapi Taeyong masih bisa berpikir logis, Kris sudah meninggal jadi tidak mungkin orang di hadapannya ini Kris.

"Kau siapa?" lagi - lagi Taeyong bertanya setelah Kevin mengangguk menjawab pertanyaannya.

"Kevin, adik Yifan ge."

Jantung Taeyong berdegup lebih cepat. Yifan adalah nama Cina Kris, tapi dia dan Seunghyun jarang memanggil Kris dengan nama itu. Sekarang nama itu terucap dari bibir seseorang yang mengaku sebagai adik Kris. Masalahnya, Taeyong tidak pernah tahu kalau Kris memiliki adik. Dia berusaha mengingat - ingat masa kecil mereka di panti, dan tetap saja tidak ada kenangan yang mengingatkannya bahwa Kris memiliki adik. Lagipula kalau Kris memiliki adik, bukankah seharusnya mereka hidup bersama sekarang? Mana mungkin Kris lebih memilih Seunghyun dan Taeyong lalu meninggalkan adiknya kan?

"Ah silakan? Aku permisi dulu," pamit Kevin, menyadarkan Taeyong dari lamunannya.

Kevin berjalan melewati Taeyong, Taeyong menoleh, "Tunggu!" cegahnya. "Bisa kita bicara sebentar?"

*

"Kedua orang tua kami bercerai ketika kami masih berumur sekitar dua tahun. Terlalu kecil untuk mengingat apapun. Mama dan aku kembali ke Cina sedangkan baba dan Yifan ge menetap di Korea, kemudian aku dan mama pindah ke Kanada. Mama bilang kalau dia kemudian kehilangan kabar baba dan gege. Tapi mama memutuskan untuk tidak melakukan apapun. Dia menyembunyikan fakta tentang baba dan gege dariku. Bahkan saat kami kembali ke Korea tiga tahun lalu, mama tidak mengatakan apapun. Aku baru tahu kalau aku memiliki saudara kembar beberapa bulan lalu," Kevin bercerita panjang lebar, menjawab pertanyaan Taeyong tentang hubungannya dengan Kris.

"Bagaimana akhirnya kau tahu kalau kau memiliki kakak kembar?" tanya Taeyong penasaran.

"Yifan ge mendatangiku lewat mimpi," ujar Kevin ragu, "Emm mungkin terdengar tidak masuk akal, tapi begitulah. Kau sendiri, jadi selama ini kau tinggal dengan Yifan ge?" Kevin mengalihkan pembicaraan, dia rasa dia sudah cukup bercerita tentang dirinya. Bagaimanapun remaja di hadapannya adalah orang baru, dia tidak mungkin berbicara terlalu banyak. Dan lagi, dia juga penasaran dengan kehidupan Kris selama ini.

Taeyong mengangguk, "Kami bersama sejak usiaku enam tahun dan masuk ke panti asuhan yang sama dengan Kris hyung, juga Seunghyun hyung -- orang lain yang sudah kami anggap kakak tertua yang tinggal dengan kami juga."

"Panti asuhan?" dahi Kevin mengernyit, pertanyaan - pertanyaan mulai hadir dalam pikirannya. Jadi mereka tinggal bersama sejak di panti? Tapi bagaimana Yifan ge bisa berada di panti?

"Ya, kurasa paman dan bibiku tidak sanggup membiayai kehidupanku, jadi mereka menitipkanku di panti."

"Yifan ge?"

"Kudengar dia mengalami kecelakaan parah dan ayahnya meninggal karena kecelakaan itu, lalu seorang perawat membawanya ke panti asuhan, menitipkannya disana," Taeyong terdiam. Dia baru ingat hal ini, Taeyong pernah mendengar cerita bahwa dulu  Kris pernah mengalami kecelakaan tapi dia selamat. Dan beberapa saat lalupun Kris juga mengalami kecelakaan, pada awalnya Kris sepertinya baik - baik saja, namun ternyata...

"Baba..." kata - kata Kevin menggantung. Dia tidak menyangka akan mendengar kabar ini, setelah tahu kakaknya meninggal, dia juga harus menerima fakta bahwa ayahnya juga sudah meninggal.

Taeyong gelagapan, merasa dia salah bicara, "Ah maaf Kevin-ssi, aku masih terlalu muda saat itu dan cerita tentang ayah Kris hyung juga tidak jelas. Selain itu Kris hyung juga tidak pernah membicarakan apapun tentang ayah kalian lagi, jadi mungkin saja aku salah."

Kevin tahu, Taeyong berusaha menghiburnya. Lelaki itu hanya tersenyum tipis.

"Gegeku seperti apa?" tanya Kevin kembali mengalihkan pembicaraan, dia masih ingin mencari tahu tentang Kris.

"Dia..." Taeyong menelan ludah, fakta bahwa dia lebih dekat dengan Seunghyun entah kenapa membuatnya menyesal kini. Ada rasa rindu yang menyeruak ketika dia tengah mengingat seperti apa sosok Kris, perasaan yang membuatnya menyesal karena dulu dirinya tidak cukup dekat dengan Kris.

"Kris hyung...dia baik," Taeyong kembali berbicara, "Pendiam di depan orang asing, tapi bisa menjadi gila, aneh, dan terlalu percaya diri di depanku dan Seunghyun hyung, juga teman - teman dekatnya. Dia pekerja keras, banyak saat - saat dimana dia lebih banyak bekerja daripada bicara. Dia bisa melakukan banyak hal dengan baik, bahkan hal - hal baru yang kita tidak pernah menyangka dia akan sanggup melakukannya."

Satu demi satu kenangan mulai hadir dalam ingatan Taeyong. Dia ingat bagaimana kakaknya itu mengajaknya ke pertemuan dengan semua rekan kerjanya, dan kali itu jujur saja Taeyong kagum dengan kharisma yang terpancar dari diri Kris setiap kali dia berhadapan dengan teman kerjanya. Kris menjadi sosok yang berbeda dengan yang dia kenal. Ingatan lain muncul, saat ulang tahun Seunghyun dan mereka mengadakan pesta kecil - kecilan di rumah. Mengundang beberapa teman dekat Seunghyun dan teman dekat Kris. Taeyong kembali dibuat terpana karena dia baru tahu kalau Kris bisa melakukan juggling juga flair bartending lainnya seperti seorang bartender. Lalu ada saat dimana Kris mengurung diri di kamar seharian, dan setelah keluar kamar dia memamerkan lukisan bergaya abstrak dengan perpaduan warna menakjubkan kepada Seunghyun dan Taeyong. Mengatakan bahwa lukisan itu akan dipajang di ruangan meeting mereka di Bank tempat Kris bekerja.

"Kris hyung sangat suka basket, ketika sekolah dia pernah menjadi kapten tim basket. Dia juga sering menonton pertandingan basket, terkadang dia membuat kami terpaksa ikut menonton juga. Dia juga sangat peduli kepada orang lain, terkadang dia menunjukkan rasa pedulinya dengan cara yang berbeda."

"Seperti apa?" tanya Kevin.

"Misalnya, dia membiarkanku melakukan apa yang kuinginkan. Pernah, ketika aku masih di Junior High School aku meminta izin padanya dan Seunghyun hyung untuk ikut ektrakurikuler dance. Seunghyun hyung awalnya menolak, karena dia pikir kegiatan sekolahku sudah sangat menyita waktu. Dia takut itu akan mengganggu konsentrasiku belajar atau bahkan membuat kesehatanku terganggu. Tapi Kris hyung mengizinkanku melakukan itu. Dia berhasil membujuk Seunghyun hyung juga, dengan dalih membiarkanku melakukan apa yang kusukai."

Ingatan Taeyong kembali memutar kenangan saat itu. Ketika Kris berhasil membujuk Seunghyun untuk membiarkan Taeyong mengikuti ekstrakurikuler menari. Kala itu semua terasa biasa saja. Sekarang, Taeyong baru sadar bahwa dia seharusnya berterima kasih kepada Kris karena itu.

Kevin meraih cangkir kopinya dan menyesap sedikit cairan pahit itu. Ada rasa iri dalam hatinya ketika menyadari bahwa yang mendapat perhatian dari kakaknya bukan dirinya tapi justru orang lain. Sejak Taeyong menceritakan tentang sifat Kris, sebenarnya Kevin membayangkan dia melihat dan merasakan sendiri bagaimana kelakuan kakaknya itu.

"Dan Kris hyung bukan orang yang sering memberi nasehat, terkadang dia memang menjadi sangat dewasa dan bijak. Tapi setiap perkataan yang keluar dari mulutnya sama sekali tidak terdengar seperti kalimat yang menggurui. Begitulah Kris hyung."

Kevin mengangguk mengerti. Kini ada pertanyaan lain di benaknya, pertanyaan yang belum sepenuhnya dia ketahui jawabannya. Namun dia sebenarnya ragu untuk menanyakannya. Kevin menatap Taeyong yang tengah meneguk colanya. Dia menghela nafas sebelum kembali membuka mulut untuk bertanya.

"Bagaimana...Yifan ge meninggal?"

Tbc

               Malang, 1 Januari 2017

                HAPPY NEW YEAR ^^

Another Man (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang