Part VII

398 44 20
                                    

Mobil Jongdae berjalan tidak terlalu lamban ataupun tidak terlalu cepat, bukan sengaja. Hanya saja Jongdae fikir dia tidak bisa mengendarai kendaraan dalam keadaan seperti sekarang, dia hanya ingin sahabatnya  ini berbicara barang sedikit saja.

Semenjak Kevin mengeluhkan sakit, dia langsung menyuruh Kevin bersiap, dan dia sendiri bersiap untuk mengantarkan Kevin pulang.

Meski akhirnya Jongdae tidak tahan juga ingin memecahkan kesunyian yang entah siapa yang menciptakannya ini.

“Kev,” dia sedikit menoleh, menunggu reaksi yang akan diberikan oleh Kevin yang duduk disebelahnya, meski nihil dia lebih memilih melanjutkan apa yang akan dia katakan, “Apa kau sudah mengatakan pada mamamu kalau Kris gemu sudah meninggal?”

Deg

Meski dengan nada hati - hati, namun reaksi yang Jongdae lihat cukup membuatnya menyesal menanyakannya. Kevin menegakkan tubuhnya, bola mata Kevin sedikit membulat, dalam fikiran Jongdae mungkin Kevin belum mengatakannya.

Memang benar, bukan hanya mengatakan tentang hal ini. Tapi berfikir untuk mengatakannya saja tidak, “Apa yang harus aku katakan Jongdae?”

*

Sisa perjalanan dihabiskan Kevin untuk merenung, semakin dekat dengan rumahnya semakin kencang pula detak jantungnya dan semakin sakit pula dadanya kini.

Apa yang akan dia katakan? Bagaimana reaksi ibunya dan banyak lagi pertanyaan yang silih berganti berlalu lalang didalam fikirannya. Dan beruntungnya dia sedikit melupakan amarahnya yang kemarin sempat memuncak.

“Kev, sudah sampai.”

Rasanya jantung Kevin berhenti saat mendengarkan apa yang dikatakan Jongdae, dia melepaskan sabuk pengamannya dan mengikuti langkah Jongdae yang sudah melangkah keluar dari mobil.
Sebelum dia sampai dipintu, pintu itu telah terbuka. Disana ibunya sudah berdiri menantikan kehadirannya, Kevin melangkah dengan sedikit lambat. Dia menatap ibunya dan melihat  Jongdae yang menyapa ibunya sambil bercengkrama ringan.

Entah mengapa waktu terlalu cepat berlalu sekarang, saat dia ingin waktu berjalan lambat. Entah mengapa tiba tiba saja dia ada dihadapan ibunya, ibunya tersenyum menyambutnya, “Kau baik baik saja nak?” tanya Wu Meiling -- Merlyn Wu -- ibu Kevin.

Kevin mengangguk gamang, dia hanya berharap pertanyaan tentang Kris tidak meluncur dalam waktu dekat ini. Dia belum siap, belum siap kembali membuka luka yang dibuat Taeyong kemarin dengan kenyataan kematian kakaknya yang seharusnya bisa dihindari.

Sedangkan Meiling hanya menunggu waktu saja, dia mencoba menahan buncahan rasa rindu pada putra sulungnya. Dia hanya menghibur diri, mengatakan sebentar lagi akan bertemu Kris, berkumpul lagi bersama Kris, dan dia hanya akan bersabar menunggu Kevin dengan senang hati mengatakan alasan dibalik tidak adanya Kris diantara Kevin dan Jongdae. Dia hanya takut bertanya sekarang, takut jika jawaban yang akan Kevin lontarkan menyakitinya, bukankah bisa saja Kris menolak ikut Kevin bertemu dengannya kan?

“Kau terlihat kelelahan nak, kau terlihat pucat.”

Kevin kembali tertegun, dia sendiri tahu bahwa wajahnya akan pucat karena ketakutannya menghadapi ibunya ini, takut menyakiti ibunya dengan fakta yang dia rasa menyakitinya juga. “Iya Ma, aku ingin beristirahat sebentar”.

Anak itu melewati ibunya dan juga Jongdae, dia berlalu secepat yang ia bisa ketika merasakan jantungnya sedikit sakit lagi. Dia butuh obatnya, butuh tidur pula untuk mengembalikan kondisinya yang sedikit tidak baik.

Jongdae kini menjadi objek yang ditatap oleh Meiling, ibu Kevin ini seperti berharap bahwa Jongdae akan mengatakan suatu hal tentang kedua putranya. Kevin dan Kris.

Another Man (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang