2. Laki-laki setengah matang

22.8K 1.7K 120
                                    

           Karena cinta bisa membuat seseorang menjadi perangkai kata dan kehabisan kata-kata dalam waktu yang sama.

    Beberapa kertas yang nampak berserakan mulai dia bereskan. Ini adalah kali pertamanya bekerja sejak tadi pagi boss besar itu langsung menerimanya, dan memberikan segudang pekerjaan yang harus mulai Jane kerjakan.

    Karena sebelumnya dia sudah terbiasa menghadapi boss lamanya yang termasuk kategori nomor dua, yaitu menyebalkan. Maka Jane tidak perlu beradaptasi kembali.

    Tubuh ramping Jane mulai duduk di kursinya, memperhatikan setumpukkan berkas yang begitu menggunung dihadapannya. Inilah pekerjaan yang harus Jane segera selesaikan. Mulai dari mengarsipkan beberapa kontrak kerjasama dengan beberapa perusahaan lain, hingga menganalisa apakah tender yang akan dilakukan kedepannya berdampak baik bagi perusahaan atau tidak.

    Perusahaan tempat Jane bekerja adalah sebuah perusahan kontraktor terbesar di Indonesia. Bahkan beberapa perusahaan asing yang mencoba melebarkan sayap perusahaannya turut bekerja sama dengan perusahaan (J)Company. Dimana Jagad adalah ujung tombak dari perusahaannya ini.

    Bicara mengenai lelaki itu, membuat aktifitas Jane terhenti sejenak. Dia memandang kedua tangannya, kemudian membaliknya dan terus mencermati dengan seksama. Andaikan Jane berada diposisi lelaki itu, maka bukan tidak mungkin dirinya akan malu. Malu kepada dunia bila memiliki fisik yang tidak sempurna. Tapi mengapa lelaki itu begitu santai. Bahkan terus saja mengulum senyum indahnya.

    Apa ketidaksempurnaan seseorang tidak berdampak buruk pada kehidupannya?

    Jika boleh Jane kilas balik tentang kisah keluarganya, karena ketidaksempurnaan yang dimiliki oleh Ibunya membuat keduanya harus rela ditinggalkan oleh Ayah Jane.

    Ribuan kali Jane coba memahami jalan pikiran Ayahnya, namun sampai dirinya sudah seusia ini belum juga kata mengerti dia dapatkan. Bahkan masih banyak tanda tanya yang ingin dia utarakan kepada Ayahnya yang begitu kejam pergi.

    “Jane,” suara intercom terdengar hingga memecah lamunan Jane. Dia melirik sekilas pada benda tersebut, sebelum mulai mendengarkan apa yang boss-nya inginkan.

    “Bisa kamu bawakan lembar kontrak kerjasama dengan PT. Gemilang?” ucapnya dari sebrang sana.

    Jane menutup sebentar kedua matanya, mencoba mengubur kembali kisah pahit itu. Agar kedua langkah kakinya tetap kuat menampaki kejamnya hidup di dunia.

    Ketika kedua tangan Jane sibuk mencari dimana letak kontrak kerja sama tersebut, suara intercom tersebut kembali terdengar. Namun bukan sebuah perintah yang Jane dapatkan melainkan sebuah kata ‘terima kasih’.

    Gerakan tangan Jane terhenti sejenak. Jarang sekali Jane mendengarkan perlakuan manis atasan kepada bawahan dalam meminta sesuatu untuk keperluan kantor. Biasanya seorang boss akan menyuruh bahkan membentak anak buahnya. Hingga terkadang sering kali ada jarak antara atasan dengan bawahan disetiap kantor.

    Padahal seharusnya baik boss maupun bawahan,
sama. Mereka sama-sama bertujuan satu. Ingin perusahaannya maju agar tercipta kemakmuran untuk seluruh pekerjanya. Tapi masih banyak orang yang menyalahgunakan kekuasaan untuk menindas orang lain.

    Keji memang. Tapi itulah hidup di dunia.

    “Pagi pak, ini berkas yang diminta,” ucap Jane kala ketukan darinya diperbolehkan masuk oleh Jagad.

    Posisi lelaki itu masih sama. Menekuni setiap inchi layar komputernya tanpa terganggu sedikitpun oleh kehadiran Jane.

    Dapat Jane lihat kedua alis hitam lelaki itu beradu, dengan manik mata menatap tajam dibalik bingkai kacamatanya. Sesekali Jane melihat kedua bola mata lelaki itu berputar seperti memikirkan sesuatu sebelum kembali menatap layar monitornya.

(Un)Perfect CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang