Chapter 7

2.2K 220 75
                                    

"Kau memang keras kepala Hae. Kalau kau merasa sakit bilanglah! Apa gunanya aku yang selalu ada di sampingmu ini. Aku akan selalu siap mendengarkan keluh kesahmu" cerocos Jaehyun kesal pada Donghae. Sedang Donghae hanya bisa diam menerima ceramahan panjang lebar Jaehyun. Di sini dia memang salah.

"Ada apa ini? Kenapa kau marah-marah seperti itu Jae?" Tanya Choi Uisa akrab.

Yah saat ini Jaehyun sedang mengantar Donghae check up. Ah ani tepatnya dia yang memaksa Donghae untuk check up. Namja ikan satu itu memang sungguh keras kepala. Hingga membuat Jaehyun mengomel seperti ini selama perjalanan menuju rumah sakit ini.

"Dia terluka uisa. Keningnya terluka. Sekalian aku ingin mengantarnya check up. Bukankah sebenarnya jadwal check up nya dua hari lalu. Tapi dia tidak datang."

Choi uisa memandang Donghae sedih. Ingin ia segera memeluk anak bungsunya itu. Namun waktu belum mengijinkan. Ia harus bisa menunggu.

"Apa yang terjadi dengan keningmu Hae?" Tanya Choi uisa lembut.

"Dia juga tak mau menjawab pertanyaanku uisa" jawab Jaehyun saat tak mendengar balasan dari Donghae.

"Ah baiklah jika kau tak mau menjawab pertanyaanku. Aku akan mulai memeriksamu."

Choi uisa mulai memeriksa Donghae. Tak lupa dia juga memberi plester pada kening Donghae yang masih memar.

Raut kesedihan mulai terpancar lagi di wajah Choi uisa saat melihat hasil pemeriksaan Donghae hari ini.

"Kangkermu berkembang semakin cepat Hae. Kau harus melakukan kemoterapi. Kau tak bisa menghadapi ini sendirian Hae. Kau butuh keluargamu. Bisakah aku menemuinya? " Ucap Choi Uisa lembut karena tak mau menyakiti hati Donghae.

"Akan kupikirkan uisa. Namun kalau soal keluargaku...kurasa mereka tak perlu tau. Aku mencoba menjelaskan saja mungkin mereka tetap tak percaya " Jawab Donghae singkat.

"Hari ini kau harus menginap di sini Hae. Kau harus di infus.." ucap Choi Uisa akhirnya.

"Kurasa tak perlu uisa. Aku merasa baik-baik saja. Tak perlu menginap di sini"

"Kumohon Hae. Jangan keras kepala seperti ini. Ini semua juga demi kebaikanmu."

Donghae tetap diam, yang berarti dia tetap pada pendiriannya. Jaehyun jengah melihat sikap Donghae yang seperti ini.

"Aishh...tak usah menunggu persetujuannya uisa. Dari awal aku yang selalu membawanya ke sini. Jadi anggap saja aku ini walinya. Dan aku setuju." Jaehyun memutuskan seenaknya. Yang mampu membuat Choi Uisa tersenyum.

"Kau bukan waliku Jae. Jangan berlagak sok dewasa. Umur kita juga sama."

"Tetap saja aku lebih tua darimu. Dan tak ada penolakan. Titik"

"Tapi..nanti appaku akan marah jika aku tak pulang Jae..."ucap Donghae takut-takut dengan nada yang melirih.

"Aku akan menelpon keluargamu. Jika kau menginap di rumahku karena ada tugas kelompok yg membutuhkan waktu lebih banyak daripada biasanya. Bereskan? Sudahlah uisa. Pasang saja infus itu sekarang"

Choi Uisa hanya menjadi pendengar di antara kedua remaja itu. Karena dia merasa tak berhak mencampuri urusan mereka. Meski sebenarnya ia berhak. Choi uisa mulai memasang infus di pergelangan tangan Donghae. Tak ada penolakan dari Donghae. Hanya raut wajahnya saja yang tak setuju.

"Baiklah. Kurasa kalian butuh waktu berbicara berdua."Choi uisa mulai melangkah keluar dari ruangan itu.

Setelah Choi uisa keluar . Donghae kembali berbicara pada Jaehyun.

"Tak semudah itu Jae. Appaku.." Kalimat Donghae menggantung mengingat kejadian kemarin malam.

# Flashbackon

Secret Brother (Hiatus)Where stories live. Discover now