Huang Zi Tao

297 26 4
                                    

“Kumohon Tao, mau ya?” pinta [Name] sambil menangkup kedua tangannya dan menatap Tao dengan tatapan memelas layaknya anak kucing yang minta dielus.

“Jangan menatapku seperti itu Baobei,” Tao segera mengalihkan pandangannya dari [Name]. Menatap apapun lebih baik daripada menatap kekasihnya saat ini. “Aku gak mau kenapa-napa. Emangnya kamu gak percaya sama aku buat jagain kamu?”

“Tapi kamu gak bisa terus-terusan sama aku setiap hari, kan?” bantah [Name]. “Memangnya kamu mau aku diculik terus gak bisa membela dri dan akhirnya terluka lalu mati? Atau yang lebih parah lagi, aku disekap sama laki-laki gila terus bajuku dibuka abis itu-“

“Berhenti, Baobei. Aku gak bisa ngebayangin kalau kamu ada di situasi kayak gitu,” sela Tao sambil menutup telinga dengan tangan.

Mata [Name] berbinar melihat reaksi Tao. “Jadi kamu mau ngajarin aku, kan? mau kan? mau kan?”

Tao mendengus lalu melirik tajam kekasihnya. “Kamu tuh kenapa ngotot banget sih mau minta di ajarin? Aku gak mau setelah diajarin kamu malah gak bisa bangun karena kecapekan atau badan kamu sakit.”

“Jahat banget sih,” [Name] duduk di sofa dengan kedua tangan terlipat di depan dada. “Kamu mau aku celaka ya?”

“Astaga ... gak gitu Baobei,” Tao menghela nafas frustasi mencoba meyakinkan kekasihnya untuk menyerah dengan permintaannya.

“Sebenarnya kalian lagi ngeributin apa sih?” Suho tiba-tiba datang dan berdiri di hadapan [Name] dan Tao. “Biasanya kalian pasangan paling akur sampai pengen bikin kami muntah.”

Bisa dikatakan, karena umur yang masih terbilang muda di tambah dengan sifat manja yang sudah mendarah-daging, [Name] dan Tao selalu berdua kemana pun mereka pergi. Bahkan Tao bisa merengek pada manajer dan Suho agar membiarkan [Name] ikut tur atau menginap di dorm mereka.

Keduanya juga hampir tidak pernah terlihat bertengkar, [Name] manja pada Tao dan Tao suka memanjakan [Name], karena itu melihat keduanya beradu mulut dan tidak saling memeluk satu sama lain adalah hal yang sangat aneh.

“Hyung ... katakan padanya wushu tidak semudah yang terlihat. Aku tidak ingin [Name] terluka,” pinta Tao setengah merengek.

“Katakan padanya oppa, kalau aku tidak bisa bela diri sama sekali, bukankah akan lebih berbahaya? Walaupun aku memilikinya setiap saaj, tetap akan lebih baik kalau aku bisa wushu dan diajarkan langsung oleh kekasihku sendiri?” balas [Name] dengan nada sinis.

Suho menghela nafas lalu menatap keduanya bergantian. “Tao ajari saja [Name] wushu,” [Name] hampir saja melonjak kegirangan sementara Tao cemberut. “Tapi hanya ajari dasar tanpa harus melakukan hal yang berat,” kini gantian Tao yang tersenyum penuh kemenangan.

“Baiklah, baiklah,” Tao menghela nafas mengalah. Ia tidak bisa menolak ucapan hyung-hyungnya terutama Suho dan Kris. “Ayo ikut aku. Jangan mengeluh padaku kalau besok badan kamu sakit semua.”

[Name] melemparkan senyuman penuh terima kasih. “Aw ... terima kasih panda-ku tersayang.”

Tao menyuruh [Name] untuk berganti pakaian dengan pakaian yang lebih santai. Saat keduanya masuk ke tempat biasa Tao berlatih wushu, ia langsung menyuruh [Name] untuk pemanasan dan melakukan sit up.

“Kenapa harus pakai sit up? Kamu mau perutku sakit ya? Mau ngerjain aku?” tuduh [Name] dengan mata menyipit.

“Katanya mau diajarin wushu? Kalau kamu udah ngeluh disuruh sit up, gimana kalau aku nyuruh kamu buat backflip?” balas Tao geram dengan sikap kekasihnya.

Baiklah, ia akui ia sangat mencintai [Name], bahkan tidak ada yang bisa membuat perasaannya luntur, tapi ia juga tidak bisa menyangkal sifat [Name] terkadang membuatnya geram. Sifat [Name] yang satu ini contohnya. Kalau saja [Name] bukan seorang gadis dan ia tidak mencintai sosok di hadapannya ini, mungkin ia sudah menendang jauh-jauh sosok [Name].

11 MiracleWhere stories live. Discover now