I'M STRONG (2)

3.3K 246 4
                                    

***

"Kalau besok kau terlambat lagi, kau akan kupecat" ujar Sasuke.

Benar, malam ini ia lembur lagi, lebih berat dari yang semalam.

Hinata menunduk, takut melihat Sasuke yang marah, beberapa kali ia dibentak seperti kata-kata yang sering Sasuke keluarkan :

"Gadis bodoh! Ceroboh!"

Jam telah menunjukkan pukul 02.00, dan ia masih dengan keadaan berdiri mendengarkan segala kemarahan Sasuke.

"Ingat, kalau besok kau terlambat. Kau akan kupecat"

"Kau dengar?!" Seru Sasuke.

"I-iya"

Setelahnya Hinata keluar dari ruangan Sasuke, mengambil tasnya dan kantong dua kantong belanjaan yang sedari tadi ia beli. Sebenarnya kerjaan belum selesai, dengan modal berani, ia pergi pulang tanpa pamit kepada Sasuke.

***

Tap. Tap. Tap

Suara derap langkah kaki mengisi kekosongan malam disebuah gedung apartemen murah berlantai sepuluh tersebut. Seorang gadis dengan warna rambut kecokelatan menenteng dua tas belanjaan yang berisi bahan dapur, raut wajahnya kelihatan lemas, gadis cantik ini sibuk memijak anak tangga satu per satu. Apartemen ini rupanya tak ada lift.

Sesampainya dilantai empat dimana kamar gadis itu berada, ia segera membuka pintu dengan merogoh tas kecilnya untuk menemukan kunci disana.

Ruangan yang tadinya gelap menjadi terang dengan bantuan lampu. Ia menaruh asal kantong belanjaan yang ia bawa tadi kemudian langsung menghempaskan tubuhnya ke sofa yang berwarna cokelat.

Ia melihat layar ponselnya.

You have 14 missed call.

You have 10 new message.

Terdengan hembusan napas kecil keluar dari mulutnya. Ketika layar ponselnya menyala tanda ada telepon masuk, dengan berat hati ia menggeser ponsel layar sentuhnya kepilihan 'answer'.

"Aku bisa jelasin" terdengar suara dari seberang sana. Suara yang agak berat dan serak, juga sedikit rasa bersalah.

"Tolong, itu nggak seperti yang kamu lihat"

"Sudahlah. Kita sudah putus, tidak ada yang perlu dijelaskan" kemudian gadis itu menutup telepon. Ia menutup sekilas matanya memasrahkan segala yang terjadi baru-baru tadi.

Air mata mulai turun, lama kelamaan isak tangis terdengar samar, sebelum akhirnya tangisnya makin menjadi-jadi.

"Dasar gadis bodoh!" Ia tertawa disela tangisnya mengingat suara seorang lelaki yang sering sekali mencela dirinya.

Lelaki yang dingin. Tapi selalu membuat ia rindu.

.

Suara air terdengar, ada seorang gadis disana, terduduk dengan menumpukan kepalanya dilutut.

Dinginnya air tak membuat ia beranjak dari sana. Ia menangis, berteriak, terisak, dan memaki beberapa kali.

Setelah dirasanya cukup. Ia berganti pakaian, jam dinding menunjukan pukul 03.35 subuh.

Cukup gila rupanya, mandi dijam seperti itu.

Ponselnya berbunyi, ia mengira bahwa Gaara yang menelpon, tapi ternyata bukan.

"Halo?" Ucapnya.

"Aku didepan"

Hinata membuka pintu dan menampilkan lelaki yang tadi ia tinggalkan sendiri dikantor.

Tanpa izin, Sasuke masuk dan langsung duduk.

"Kenapa kau pulang tanpa seizin ku?" Hinata duduk disamping Sasuke.

Sasuke menarik napas pelan "kalau kau sudah ingin cepat pulang, kau harusnya mengatakan padaku, agar aku bisa mengantarmu" lanjut Sasuke.

"Kau tidak tau, betapa khawatirnya aku, jika kau sampai diganggu oleh lelaki"

Hinata terdiam. Cukup terkejut dengan penuturan Sasuke.

Isak tangis samar terdengar keluar dari mulutnya, mengingat kejadian tadi di cafe. Ia tak menyesal memutuskan Gaara, hanya saja, terlalu sakit dibohongi.

"Kenapa nangis?" Suara Sasuke tampak terkejut, wajar saja, Sasuke tak tahu menahu mengenai kejadian tadi.

"Maaf" itu pertama kali ia mendengar Sasuke minta maaf.

"Maaf jika selalu memberatkanmu, maaf jika terlalu berlebihan memarahimu"

Hinata menyandarkan kepalanya didada bidang Sasuke, sehingga ia bisa mencium aroma perfume mahal yang dipakai Sasuke.

Hinata masih bisa merasakan Sasuke yang terkejut akan dirinya yang tiba-tiba menyandarkan kepalannya kepadanya. Tapi setelahnya, Sasuke merengkuhnya, membawa kedalam pelukannya, seolah-olah mengatakan bahwa ia aman berada dipelukan itu, seolah-olah itu adalah tameng yang bisa menghalangi segala rasa sakit yang akan dilemparkan, seolah-olah ia tak sendiri.

Dengan bantuan pancaran cahaya lampu dari dapur dan kamar, ruang tamu sedikit bercahaya. Karena sedari tadi Hinata telah mematikan lampu ruang tamu.

***

THE END

Special SASUHINAWhere stories live. Discover now