Dream

2.1K 250 24
                                    

Yoora's POV

Aku membuka mataku perlahan.

Aku mengerjapkan kedua mataku. Aku menarik kepalaku dari lehernya, sepertinya ia masih terlelap.

Tapi sejak kapan bahu Taehyung jadi selebar ini? Sejak kapan Taehyung memakai parfum lavender yang selalu Jin pakai?

Aku melepaskan satu tangannya yang melingkar pada pinggangku, sambil tersenyum kecil. Ia mengeluh pelan saat aku menarik tangan kekarnya itu.

"Oppa, irreona." Bisikku padanya. ia sedikit menggeliat tak nyaman. (Bangun)

"Hmm?" Tunggu, ini bukan suara Taehyung. Dengan cepat aku mendongak untuk melihat wajah orang yang baru saja tidur di sebelahku itu, kedua mataku menatapnya tak percaya.

Aku tersentak kaget, reflek untuk melompat menjauh darinya. Ia sedikit terkejut dan membulatkan kedua matanya begitu melihatku melompat menjauh darinya.

"Seolma..." bibirku bergetar tidak percaya. Bulir-bulir air mata mulai mengalir keluar. (Tidak mungkin)

"Waeyo, Yoora-ya?" Ia masih terkejut, ia menatap sekelilingnya, takut-takut ada sesuatu yang membuatku begitu ketakutan.

"Neo waeirae?" Ia beranjak dari duduknya lalu berjalan mendekatiku, sementara aku hanya menyeret tubuhku untuk menjauh darinya, hingga punggungku menabrak tembok yang ada di belakangku.

"Ada apa denganmu, Yoora? Ini aku." Ucapnya serak.

Tidak mungkin, tidak mungkin, itu tidak mungkin dirimu, tidak mungkin.

Tubuhku gemetar. Isakan-isakan mulai terlepas dari bibirku, membuatku terdiam tanpa berniat mendekatiku lagi.

"Kenapa kau menangis, Yoora? Ada apa denganmu? Ini aku, kekasihmu. Kim Seokjin." Ia membuka kedua tangannya lebar-lebar, mengisyaratkan agar aku segera berlari untuk memeluknya.

Tidak, aku tidak bisa, aku tidak bisa, maafkan aku.

"Tenang Yoora, ini hanya ilusi, tenanglah maka ia akan segera menghilang." Ucapku pelan, aku berusaha untuk menenangkan diriku.

Aku menekuk kedua lututku, memeluk kedua lututku dan  menenggelamkan wajahku di antara kedua lipatannya.

Setelah lima belas menit aku menunggu, aku berusaha mengintip dari celah pahaku. Aku kembali tersentak. Ia masih disana, duduk menungguku untuk bicara.

"Ada apa denganmu, Yoora? Aku bukan ilusi." Ucapnya dengan sangat amat pelan namun aku masih dapat mendengarnya. Sangat jelas di pendengaranku.

"Buktikan."

Ia menaikkan sebelah alisnya, kurasa ia sedikit bingung.

"Buktikan jika dirimu bukanlah sebuah ilusi." Jelasku padanya. Air mataku belum bisa berhenti mengalir.

Ia berjalan mendekat padaku, menggenggam kedua pipiku dan menutup kedua matanya.

"Aku bukanlah ilusi, Im Yoora." Ucapnya dengan tenang. Ia mendekatkan wajahnya padaku, berniat untuk menciumku.

"Ta-tapi kau sudah meninggal, Jin." Belum sempat ia menyatukan bibir kami aku sudah bicara terlebih dahulu, dan membuatnya menjauhkan wajahnya dariku.

Ia menatapku bingung, kemudian tawanya meledak.

"Apa-apaan denganmu Yoora? Bagaimana bisa aku meninggal sementara aku masih duduk di hadapanmu seperti ini?" Ucapnya sembari terkekeh pelan. Tanganku yang gemetar ini terulur, mencoba meraih kedua pipinya.

Dengan gemetar hebat aku menyentuh kedua pipinya, air mata kembali turun dari kedua mataku.

"Oppa!" Teriakku, aku langsung menerjangnya ke dalam pelukanku. Ia jatuh telentang di bawahku, semetara aku diatasnya memeluknya dengan erat.

FATE; Kth [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang