Prolog

40 4 1
                                    

Terdengar keluhan dari sebelah kanan dan kiri, serta depan dan belakangnya tentang betapa menyebalkannya upacara pada kondisi terik seperti ini. Dan berhubung kepala sekolah yang terpilih menjadi pembina upacara, sudah pastilah upacara bendera hari Senin kali ini tidak bisa dibilang sebentar. Sementara itu, salah satu di antara mereka malah mensyukuri majunya kepala sekolah sebagai pembina upacara hari ini.

Berdiri di barisan kelima, diapit oleh barisan laki-laki yang berisi teman-teman sekelasnya di sebelah kanan dan barisan laki-laki dari kelas lain di sebelah kanannya tidak membuat cewek itu luput dari jangkauan sinar matahari yang semakin terik. peluh bahkan sudah mengalir hingga ke lehernya, tapi tidak diacuhkannya sama sekali. Sementara salah seorang petugas upacara membacakan undang-undang dasar dengan lantang, matanya malah terfokus pada punggung laki-laki yang berada pada barisan ketiga di sebelah kirinya tanpa berkedip sedetik pun.

Begitu undang-undang dasar 1945 selesai dibacakan, gerimis turun dan sukses menimbulkan riuh pada barisan. Akan tetapi, rupanya kepala sekolah dan para guru tidak memiliki niatan untuk membubarkan upcara bendera lebih cepat, keluhan yang terdengar perlahan berkurang sampai kemudian berubah menjadi hening begitu kepala sekolah memerintahkan barisan untuk kembali tertib.

Cewek yang berdiri di barisan kelima, yang sejak tadi menatap punggung laki-laki yang berdiri tegap tidak jauh dari tempatnya berdiri itu, mendongakkan kepala, menatap dengan jengkel. Bagi orang-orang yang berada di tempat ini, hujan ketika matahari masih bersinar seterik ini bukan lagi hal yang aneh. Akhir-akhir ini cuaca di Bandung memang sering kali membingungkan, tetapi tidak untuk cewek yang masih menengadah sambil menampilkan wajah kesal.

Entah langit tengah mengejeknya, atau mungkin turut berduka bersamanya. Gerimis yang datang secara tiba-tiba ini bukanlah hal yang lazim untuknya, bisa jadi ini pertanda kalau semesta sedang mempersiapkan sesuatu untuk memporak-porandakan hidupnya dikemudian kari, atau bisa jadi semesta turut berduka atas hari-hari terakhirnya. Hari terakhirnya melaksanakan upacara bendera dengan seragam putih biru, hari terakhirnya berdiri di barisan paling strategis, kemudian menatap punggung lebar yang berdiri tidak jauh darinya, yang selalu menimbulkan perasaan bimbang dan seringkali membuatnya bingung harus bagaimana. Dan mungkin juga hari terakhirnya menyimpan perasaan yang sebentar lagi mati.

****




Satu Empat TigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang