3. Jealousy

28 1 0
                                    

(( mungkin chapter ini terlalu mainstream tp yasudahlah :v enjoy! ))

Pagi ini, aku dan Jeno berencana untuk pergi ke Daikanyama Tsutaya Books. Yaitu sebuah komplek kecil berisikan tiga bangunan yang mempunyai enam toko buku, termasuk sastra dan seni, bahkan tentang musik dan ada pula yang jual alat tulis. Tak hanya itu, di lantai paling pertama juga ada sebuah kafe, yang mana kita bisa membawa buku-bukunya ke sana untuk dibaca!

Kami sedang bersiap-siap sekarang. Hmm, lebih tepatnya... Kami baru bangun. Atau, telat bangun. Yah, begitulah..

"Namhee-ya... Siapa yang akan mandi duluan?" Tanya Jeno sambil membawa pakaian yang akan ia pakai hari ini.

"Hummm... Aku saja, deh! Kau, kan, lama," jawabku sambil menjulurkan lidah. "Apalagi kalau kau sambil mast-"

Jeno kemudian mencium pipiku secara spontan, dan tersenyum (yang menurutku sangat manis), "Iya, iya, hentikan bualanmu itu. Omonganmu bisa benar, bisa juga salah. Udah, sana mandi! Apa kau mau mandi bersamaku, Namhee? Lumayan, kan, hemat air."

Aku memukul pundaknya berkali-kali, "Ya! Hemat air apaan, itu?! Kok, kau jadi suka berpikiran kotor begini? Haih..."

"Kau duluan yang memulai, kan. Yaudah, mandi dulu saja. Kalau tidak, aku akan memaksamu untuk mandi denganku, nih. Hayo."

~

Kami berangkat ke sana naik taksi. Padahal, sudah kubilang kepada Jeno untuk naik MRT saja atau apa lah kendaraan umum yang hitungannya lebih murah. Kami kan di sini bukan untuk menghambur-hamburkan uang. Jeno beralasan kalau kaki dia masih pegal. Hum, kalau begitu mau bagaimana lagi.

Sesampainya di sana, kami berjalan di sisi bangunan, dan melihat banyak tanaman hijau yang apik. Ini sangat segar dan nyaman. Tiba-tiba, terbersit suatu ide di otakku.

"Jeno-ya," panggilku.

"Iya?"

"Aku ingin kita berfoto di sini."

"Kau mau aku yang menjepretmu? Silakan, pakai kameraku saja, ya."

"B-bukan itu.. Maksudku.. Aku ingin kita foto berdua... Semenjak kita sampai di Jepang, kita belum mengambil satu foto pun..." Mukaku memerah dan pandanganku beralih ke tanaman hijau di sebelahku. Aku telah bersalah tingkah di depan sahabatku sendiri!

"Oh... Itu, maksudmu? Ahahaha... Maaf, maaf. Bukannya aku tidak peka atau apa, mungkin saja aku peka kalau aku sadar. Baik, yuk, kita selfie. Setelah itu, kita meminta tolong orang yang sedang lewat untuk memotret kita."

Setelah selfie dengan iPhone Jeno, kami meminta tolong seseorang untuk memotret kami. Ia adalah seorang wanita. Hm, bukan wanita, sih, tepatnya. Gadis yang tampaknya seumuran dengan kami. Ia sedang memakai kacamata hitam, dan badannya sangatlah mulus, semampai, dan ideal. Seperti model...

"Siap ya. 1, 2, dan 3!" Serunya dengan bahasa Jepang. Wah, sepertinya ia adalah seorang model di sini atau salah satu anggota idol group yang terkenal di Jepang?

Jeno tersenyum manis kepada gadis itu, "Domo arigatou gozaimasu (Terima kasih banyak)!"

Tak diduga, gadis itu melepas kacamata hitamnya. Terlihatlah sesosok gadis yang benar-benar imut. Matanya besar, tidak seperti mata orang Jepang. Ia seperti... Orang Korea juga.

"Jeno-ssi?" Tanya gadis itu sambil menatap Jeno lekat-lekat.

Hah, siapa dia? Kok, ia kenal dengan Jeno? Apakah ia mantan pacar Jeno? Tetapi Jeno tidak pernah memberitahuku atau menceritakanku tentang hal itu. Dan hampir setiap hari, dia cerita apapun kepadaku. Bahkan yang menurut dia aib pun, ia tetap cerita.

I LOVE YOU -Lee Jeno fanfic-Where stories live. Discover now