Sebisa mungkin aku menghindari sekre BEM dan kantin. Hatiku masih belum siap untuk bertemu dengannya, aku perlu waktu.
Selama seminggu, aku lebih banyak mengunjungi musholla dan sekre FSI, memanfaatkan waktuku untuk tilawah dan membaca buku. Alhamdulillah, hatiku menjadi lebih tenang.
Memang tidak ada obat yang lebih mujarab, selain menyerahkan segala urusan kepada-Nya.
Aku tahu, tidak selamanya bisa bersembunyi darinya. Tanggung jawabku di BEM masih harus diselesaikan, mau tidak mau, aku akan bertemu dengannya, cepat atau lambat.
Bismillah, insya Allah, aku sudah siap.
"Mai..!"
Deggg!
Baru saja terucap niyat dalam hati, sudah langsung terjadi.
Aku menoleh ke asal suara. "Hai Al.., kemana aja nggak kelihatan. Lagi sibuk yah sama anak-anak?" Aku menata suaraku supaya terdengar normal.
"Kamu yang kemana aja, nggak pernah kelihatan?" dia sudah berada di sampingku.
Kami berjalan beriringan menuju sekre, sore ini jadwal rapat persiapan penutupan ospek. Aku sudah absen dua kali, tidak mungkin aku absen lagi, karena aku panitia.
"Di sini aja kali Al, emang mau kemana lagi?"
"Pesanku nggak dibales?" suaranya terdengar menuntut.
"Lah, kan udah ketemu sekarang." Aku tersenyum padanya. "Udahlah Al, nggak pantes kamu ngambek begitu, entar gantengnya ilang loh."
Al tertegun mendengar ucapanku. "Jadi aku ganteng." Al menaikkan alisnya menatapku.
"Ya iyyalah Al, kalau cantik mah nggak pantes, pake kerudung aja sana." Aku terkekeh geli, kami sudah sampai di depan sekre BEM.
Al tidak sempat membalasku, tiba-tiba Riki keluar dari sekre dan menyambutku
"Maiii..! Kemana aja sih lo, kangen gueee. " Riki berlari kearahku sambil merentangkan tangannya seolah mau memelukku
Al langsung maju menahan Riki didepanku.
"Salah obat ya Ki." Sahutku datar.
Riki langsung menepis tangan Al. "Lo tu ya, udah bikin kita semua khawatir. Gue sampe nggak nafsu makan. Lo nggak liyat gue kurus begini." Another drama.
"Al sampe nggak mandi berhari-hari tau Mai, gara-gara mikirin lo. Makanya sekarang dia bau." Ucap Riki asal.
"Apolah kecek ang ko." Sahut Al (Apolah kecek ang ko = ngomong apa sih lo)
Aku cuma bisa geleng-geleng melihat tingkah mereka berdua.
Tanpa bicara, aku langsung masuk ke ruang sekre, biarkan saja dua makhluk itu diluar.
========
Hari libur ini Sinta mengajakku mencoba ke tempat makan baru di sebuah mol. Aku sih ayo aja, ditraktir soalnya.
"Makan apa Mai?" Tanya Sinta.
Saat ini kami sedang duduk dibagian luar restoran, supaya bisa sightseeing. Sinta sedang membolak-balik buku menu.
"Spesialnya apa?" Aku balik nanya.
"Iga bakar, mau?" Sinta menunjukkan gambar makanannya padaku
"Boleh deh, sama ice lemon tea ya."
Setelah memesan, kami menunggu sambil menikmati keindahan interior restoran. Lucu, dibikin gaya shabby chic gitu.
Sedang asik melihat-lihat, mataku menangkap Al sedang berjalan, seperti sedang mencari seseorang, kepalanya menoleh kesana kemari.
YOU ARE READING
Dearest Mai (Insya Allah akan dinovelkan, beberapa bab Unpublished]
SpiritualPernahkah kamu tidak menyukai seseorang, tapi kemudian hatimu berkata lain? Pernahkah kamu mengira, bahwa ia adalah jodohmu, tapi ternyata ia ingkar janji? Pernahkah kamu merasa putus asa, hingga menerima jodoh yang tidak kamu kenal sebelumnya? Pern...