Rahasia Draco

3.3K 428 31
                                    


Pagi telah menyingsing. Kali ini  aku sedang duduk di balkon depan rumahku untuk menunggu Draco menjemputku. Kedua kakiku kugoyang-goyangkan mengikuti irama dari lagu yang kudengar di earphone.

Aku terus menutup mata, sampai telingaku yang tidak tersembat earphone mendengar deru motor Draco yang familiar. Segera saja aku berlari ke depan gerbang.

Aku tersenyum tatkala melihat Draco melepas helm fullfacenya dan menampilkan wajah tampannya di pagi hari. Membuat jantungku cenat-cenut tak karuan.

"Kenapa?" Tanya Draco geli. Aku hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Selamat pagi," katanya lagi. Sebenarnya aku sudah teramat biasa dengan sapaannya setiap pagi seperti ini. Tapi entah kenapa aku selalu melting saat dia mengucapkan kata 'selamat pagi' sambil memiringkan kepalanya dan ditambah senyuman yang menurutku sangat imut itu.

"Pagi," jawabku malu-malu.

"Cie yang salting."

Aku sudah pernah bilang belum, kalau dia sepertinya kecanduan bilang 'cie'. Caranya menggodaku itu tak pernah berubah. Selalu bilang cia cie cia cie. Huh.

"Apa sih. Udah deh, ayok jalan." Aku pun naik keatas motornya. Tak lupa aku melingkarkan tanganku pada pinggangnya. Karna kalau tidak begitu, dia tidak akan menjalankan motornya.

[.]

"Kamu mau kemana sih?!" Aku terus menghentikan langkah Draco yang hendak pergi entah kemana.

"Hermione, please. Ngertiin dong! Gua ada urusan sebentar."

Mataku langsung menyipit, "Urusan apa? Kenapa setiap pagi kamu ngilang? Aku udah cukup sabar ya. Tapi sampe sekarang kamu nggak pernah kasih tau aku alesannya apa!"

"Gua nggak ada aneh-aneh kok. Gua cuma mau nemuin seseorang."

"Siapa? Siapa orangnya? Kenapa aku nggak boleh tau?!" Aku makin meninggikan suaraku. Kulihat Draco mulai terpancing emosi. Aku tidak mau bertengkar, tapi aku lelah.

"Kamu anggap aku ini apa sih? Pacar kamu apa bukan? Kenapa kamu selalu main rahasia-rahasiaan?!"

Draco mengusap wajahnya sekilas, "Udah ya. Gua lagi nggak mau berantem. Mending lo balik ke kelas. Gua udah telat." Katanya sambil menepuk kepalaku pelan. Namun, tangannya itu langsung aku tepis.

"Siapa orangnya? Ha? Siapa?! Segitu berartinya dia sampe kamu bela-belain buat bolos?!" Teriakku didepan wajahnya.

"Apa sih? Kok lo jadi gini?"

"Ya karna aku capek. Aku capek karna selalu bertanya tanpa ada yang bisa kasih aku jawaban! Termasuk kamu!! Kamu minta akh buat percaya sama kamu, tapi kamu nggak percaya sama aku buat tau apa urusan kamu itu!! Emang siapa orang itu? Seberapa berarti dia bu—"

"Dia berarti banget buat gua." Katanya pelan. Dan disitu aku langsung diam. Menatap matanya yang memancarkan kesungguhan. Tak dapat dipungkiri kalau hatiku begitu sakit.

Ku tarik napas sejenak, lalu menghembuskannya. "Lebih berarti mana, aku... atau dia?"

Napasku memburu. Entah apa yang ada di otakku sampai aku mengeluarkan pertanyaan seperti itu. Yang jelas, aku ingin tahu siapa yang akan Draco pilih.

"Gua nggak bisa milih. Kalian itu beda."

Aku tertawa sumbang, "ya ya ya, sangat patriotik banget jawabannya."

"Gua harus pergi sekarang." Draco hendak pergi. Namun aku langsung menghentikannya.

"Jangan pergi." Dia terdiam di tempat. Kepalanya sedikit menoleh kebelakang, untuk melirikku.

CHAIRMATE [DRAMIONE]Where stories live. Discover now