Menghindar?

1.2K 114 59
                                    

"A-ani! Me-memangnya aku pacarmu bisa cemburu!" Bantah Sana tapi dalam hatinya ia benar-benar gugup.

"Kalau begitu, jadilah pacarku. Aku mau kau cemburu." Jawab Jun dengan nada serius. Dan Sana? Ia terkena serangan jantung bertubi-tubi!

"Sana, aku menyukaimu." Ungkap Jun pelan dan lembut. Sorot matanya sangat serius menatap dalam kedua manik kecoklatan milik Sana.

"Sana?" Panggil Jun.

"Hey! Sana-sshi!" Teriak Jun mengguncang bahu Sana pelan.

"Eoh? W-wae?" Sana tersadar dari kegiatannya berperang. Ya berperang antara pikiran dan hatinya. Pikirannya yang menolak Jun, tapi hatinya sangat ingin mengatakan 'Ya, aku mau.'

"Bagaimana?" Tanya Jun mendesak.

"............." Sana hanya diam tak menjawab. Ia bingung harus menjawab apa.

"Sana...?" Panggil Jun lagi, dan kini lebih lembut.

"Eemm?" Respon Sana singkat.

"Jadilah pacarku... Hm?" Lirih Jun pelan. Kedua manik hitamnya menatap lekat-lekat kedua manik Sana.

Hening.

Sana menunduk menyembunyikan wajahnya. Tak sanggup ia menatap mata Jun yang membuat Sana ingin memeluknya sekarang juga.

"Sana?" panggil Jun memecah keheningan itu.

"Tidak. Aku tidak bisa Jun." Jawab Sana menggelengkan kepalanya.

"Waeeee?" Tanya Jun protes karena perasaannya baru saja ditolak.

"Kau itu boss ku, dan aku hanya pembantumu Jun. Sadarlah!" Sahut Sana sambil kedua tangannya menjauhkan tangan Jun dari bahunya. Suara Sana sedikit serak. Ya, dia menahan tangisnya.

"Tapi aku tak pedulikan itu. Yang kuinginkan dirimu, bukan status atau jabatanmu." Jelas Jun seketika membuat Sana semakin tertekan dan menunduk.

Bersamaan berakhirnya kalimat Jun, bus yang ditunggu Sana pun datang. Tanpa mempedulikan ucapan Jun, Sana langsung berbalik dan masuk ke dalam bus secepat kilat sebelum Jun mengejarnya.

"YAK!!! SANAAAAA!" Teriak Jun yang berusaha mengejar bus yang sudah berjalan.

.
.
.

Tidak seperti pagi biasanya, pagi ini Sana dengan celana olahraga serta jaket tebalnya berlari-lari kecil menikmati udara sejuk Seoul pagi ini.

Hari ini Sana memutuskan tidak akan pergi ke apartement Jun untuk bekerja. Ia tak ingin bertemu dengan boss mudanya itu. Rasanya jadi canggung. Pikir Sana. Sejak kemarin Jun mengutarakan perasaannya pada Sana, Sana benar-benar dibuat bingung dengan pernyataan Jun dan perasaannya sendiri. Jika Sana menerima Jun, benar-benar gadis serakah. Sudah terlalu banyak ia menerima kebaikan Jun. Namun untuk menerima perasaan Jun?
Bukan tak ingin, hanya saja tak bisa.

"Huuuhh... Kenapa jadi begini..." Ujarnya kesal sambil kakinya menendang-nendang udara yang tak bersalah.

Langkahnya menjadi pelan, ia tak lagi berlari. Bahkan terlihat seperti menyeret tubuhnya dengan malas. Sana memutuskan untuk pergi ke toko langganannya yang menjual es krim. Ya, hitung-hitung menaikkan kembali moodnya.

Toko sudah terlihat di depan Sana, mungkin sisa 10 langkah lagi ia akan sampai di toko itu. Dengan sedikit senyum yang nengembang Sana pun mempercepat langkah kakinya. Hanya tersisa lima langkah lagi, namun kedua kakinya terhenti melihat sosok yang baru saja keluar dari toko itu dan kini bertengger di depan tempat es krim. Sepertinya orang itu baru saja membayar dan sedang memilih es krimnya. Cepat-cepat Sana bersembunyi di balik tembok terdekat.

Yes, My Boss!Where stories live. Discover now