Chapter 11 : Ruangan Rahasia

17.7K 1.4K 9
                                    

Akibat misi pertamaku selesai, aku diperbolehkan pergi keluar kamar lagi seperti biasanya. Memakan kacang yang dibelikan Egi dengan mata yang melihat ke arah televisi.

Terdengar Suara guyuran air yang berasal dari kamar mandi lantai bawah. Menandakan Egi sedang mandi.

Sebelumnya dia telah memandikanku, lalu setelah berpakaian ia menggendongku untuk ke lantai bawah, membawaku duduk disofa ini dan mengatakan,

"Tunggu disini. Aku akan mandi, tidak akan lama. Jangan pergi kemanapun." Katanya yang terdengar memerintah.

Aku menurutinya saja. Karna 'mematuhi perintah Egi' adalah salah satu misiku.

Tapi tidak untuk sekarang. Aku terlalu bosan untuk menunggunya. Aku pergi ke arah pintu keluar dan membukanya, tapi pintunya terkunci. Aku membuang nafas, kecewa. Pasti Ia takut aku akan pergi keluar rumah saat dia meninggalkanku.

Udara ditempat ini lebih dingin dari yang kemarin lalu. Mungkin karna tempat ini berada di tengah hutan yang udaranya lembap dan hampir hujan setiap harinya.

Aku memutuskan untuk pergi ke kamarku untuk mengambil selimut dan peralatan menggambarku lalu kembali ke sofa.

Aku setengah berlari saat menaiki tangga. Takut Egi selesai mandi sebelum aku tiba di sofa.

Lantai dua dirumah ini hanya seperti lorong yang gelap. Tidak ada lampu, sehingga setiap malam ruangannya lebih gelap daripada siang hari. Tapi di lantai dua ini banyak terdapat ruangan dengan pintu kayu yang tertutup rapat.

Disebelah kiri adalah ruang kamarku yang terdapat didekat tangga. Sebelah kamarku, yang aku tahu adalah ruangan kamar Egi.

Disebelah kananku yang juga didepan kamarku terdapat ruangan yang entah aku tidak tau dalamnya. Dan disebelah ruangannya yang aku tebak adalah gudang dimana Nora dikurung.

Egi tidak pernah mengajakku ke dalam kamarnya. Aku penasaran dengan kamar Egi. Tapi aku lebih penasaran dengan ruangan yang ada didepan kamarku ini.

Aku yang sudah ada didepan kamarku, balik melangkah ke arah ruangan itu. Saat aku sudah ada didepan pintu itu, aku merasakan aura dingin di kedua kakiku yang keluar dari celah pintu. Membuatku sedikit merinding.

Aku ragu saat ingin memegang pintu tersebut. Saat aku ingin menyentuhnya. Seseorang menyentuh pundakku.

"Kamu sedang apa, Adel?"

Aku langsung melihat ke belakangku. Ternyata Egi yang sudah memakai pakaiannya dengan harum sabun dan rambut yang masih terlihat basah.

"A..A-Aku hanya- Tadi aku ingin mengambil selimut dan peralatan gambarku dikamar. Aku rasa aku salah kamar. Maaf aku tidak berada di sofa, Egi." Kataku mencari alasan. Egi hanya menatapku datar dan dengan cepat mengganti eksperinya menjadi tersenyum.

"Tidak apa-apa. Baiklah, ayo ke kamarmu." Katanya sambil memegang tanganku.

Aku dan Egi masuk ke dalam kamarku. Aku mencari peralatan gambarku yang berada di meja, sedangkan Egi menungguku di depan pintu sambil memerhatikanku dan bersandar di dinding kamarku.

Aku yang sudah menemukan perlatannya langsung mengambil selimutku yang berada di tempat tidur. Egi yang melihatku membawa barang yang banyak menghampiriku.

"Biar aku yang membawa selimutnya."

Kami menuruni tangga dan kembali ke Sofa aku menaruh peralatan menggambarku di meja dekat sofa dan Egi menaruh selimutku di atas sofa.

"Kamu ingin menggambar?" tanyanya saat aku dan Egi duduk di sofa.

"Ya."

"Kamu ingin menggambar apa?"

"Entahlah." Kataku tanpa menatapnya, karna aku mulai membuka buku dan mengeluarkan beberapa pensil dari tempatnya.

"Kamu ingin makan apa hari ini? Biar aku masakkan." Tanyanya. Padahal dia tidak pernah bertanya aku ingin makan apa setiap harinya.

"Terserah, Egi." Kataku lagi yang sekarang mulai membuat pola di buku gambarku dengan pensil.

"Sepertinya kamu sibuk, ya... Apa perlu aku buang peralatan gambarmu." Aku yang mendengar itu langsung berhenti menggambar dan menatapnya. Dia melihatku dengan datar. Sebenarnya ada apa dengan dirinya?

"Tadi aku menonton tv melihat acara masak. Bisakah kau membuat spaghetti?" Tanyaku dengan tersenyum terpaksa. Mencoba menurunkan kadar emosinya.

"Tentu aku bisa. Tunggu sebentar disini." Kata Egi tersenyum karna melihatku tersenyum padanya.

Mataku melihat Egi yang berjalan menuju dapur sampai ia menghilang dibalik dinding yang memisahkan antara ruang menonton tv dan dapur. Lalu mataku melihat ke lantai dua, yang masih penasaran dengan ruangan disana.

Tanganku yang masih memegang pensil, menaruhnya di atas meja. Kaki ku melangkah lagi ke lantai dua. Dengan pelan aku menaiki tangga. Berusaha meredamkan suara kaki ku yang melangkah agar tidak terdengar oleh Egi.

Sesampainya didepan pintu, aku mulai memberanikan diri membuka pintunya sambil menengok ke arah belakang, takut tiba-tiba Egi datang.

Aku bersyukur pintu tersebut tidak terkunci. Aku mendorong pintu tersebut perlahan agar tidak terdengar suara. Baru setengah pintu terbuka, aku sudah melihat ruangan yang sangat gelap.

Bau yang menyengat masuk ke dalam hidungku. Baunya terasa aneh membuatku langsung menutup hidungku dengan tanganku. Entahlah, baunya membuatku ingin mengeluarkan isi perutku. Seperti campuran antara bau yang busuk, amis, dan udara yang senyap.

Setelah pintunya terbuka lebar. Selangkah, aku memasuki ruangan tersebut. Mataku tidak melihat apapun karna ruangannya benar-benar gelap. Walaupun pintunya masih terbuka, tapi tidak ada cahaya apapun yang mau masuk ke dalam ruangan ini.

Instingku mencari saklar lampu di dinding dekat pintu. Aku meraba dinding tersebut sampai aku menemukan sebuah tombol yang aku kira mungkin saklar lampu ruangan ini. Aku menekan tombol tersebut, dan benar.

Tiba-tiba ruangan tersebut menerang, tapi tidak terlalu terang karna cahaya lampu tersebut hampir redup, berwarna kuning.

Aku terkejut menatap ke arah depanku. Aku melihat beberapa tiang tinggi dengan pengait yang tajam seperti pengait untuk memancing ikan.

Dan banyak tali menggantung yang berbentuk lingkaran, seperti saat seseorang yang ingin bunuh diri dengan menggantung di pohon.

Disudut ruangan terdapat tempat seperti yang aku lihat di televisi untuk memandikan mayat. Dan lemari kayu, yang aku tidak tahu apa isinya. Dengan dinding berwarna hitam gelap.

Seluruh tubuhku terasa bergetar dan panas dengan sendirinya.

Sebenarnya ruangan apa ini?

I Wanna Go HomeWhere stories live. Discover now