Chapter 4

1.6K 136 29
                                    

-Levi POV-


Aku membuka mataku perlahan sampai aku dapat melihat dan merasakan matahari pagi yang menembus kaca untuk menyinari ruangan.

Sepertinya aku baru teringat kejadian semalam, aku tertidur di ruangan kesehatan DSC untuk menemani Petra, dan aku melihat Petra yang masih tertidur pulas, jadi aku tidak tega untuk membangunkannya. Ku elus kepalanya pelan dan memastikan tidak membangunkannya.

Tidak lama, Erwin menghampiriku.

"Levi, sebaiknya kau kembali ke hotel. Biar aku dan Hanji yang mengurusnya." Kata Erwin yang langsung mengantarkanku ke depan kantor.

"Erwin, tolong jaga Petra baik-baik. Siang nanti aku akan menjenguknya." Kataku kepada Erwin.

"Wakatta.." jawabnya singkat.

Aku berjalan menuju pemberhentian bus untuk segera kembali ke hotel. Jujur saja, badanku cukup sakit saat harus tidur sambil duduk semalam, tapi aku tidak boleh mengeluh demi Petra.

"Levi.." teriak Erwin tiba-tiba sambil berlari menghampiriku.

"Hmm.. Nani?" tanyaku.

"Semalam ku lihat Mikasa keluar dari ruang kesehatan. Wajahnya terlihat sedih dan agak kecewa, kenapa dia?" pertanyaan Erwin benar-benar membuatku terdiam.

"Levi, memang sulit saat kita dihantui oleh 2 orang yang sama-sama kita cintai atau bahkan mencintai kita. Tapi tetap saja, hanya 1 yang dapat kau cintai seutuhnya." Jelas Erwin.

"Hey! Dengarkan aku, Erwin Smith. Aku tidak perduli dengan semua itu, dan aku juga tidak tertarik pada Mikasa, kami hanya teman dekat. Petra lah satu-satunya yang ku cintai saat ini." Bentakku pada Erwin sambil menarik kerah bajunya itu walau aku harus berjinjit untuk meraihnya.

"Kau bukannya tidak tertarik pada Mikasa, tapi kau 'belum' tertarik kepadanya. Dan kau sendiri kan yang bilang kalau Petra lah satu-satunya yang kau cintai SAAT INI." Erwin sengaja menghentak 2 butir kata itu, entah apa maksudnya itu.

Mini bus pun datang beberapa saat kemudian, dan tanpa basa-basi lagi, aku langsung masuk ke dalam mini bus itu. Ku lihat Erwin melihatku dari kejauhan, dia seolah-olah baru saja menyumpahiku dengan perkataannya itu. Huh!

Sesampainya aku di hotel, aku menemui Hanji yang sepertinya sedang bersiap untuk menuju kantor.

"Hanji, kau mau ke kantor kah?" tanyaku.

"Ya. Erwin menelponku untuk membantunya merawat Petra." Jawab Hanji.

"Souka.." balasku sambil menepuk pelan punggungnya itu.

Aku langsung menuju ke kamar ku di lantai 4, sangat terasa kuat rasa sakit di punggungku ini, rasanya aku ingin merebahkan tubuhku di ranjang yang empuk.

Di kamarku, aku segera mengambil handukku dan mandi. Aku akui kalau aku memang tidak mandi tadi, jadi ini cukup menggangguku.

Seusai itu, aku langsung merebahkan tubuh sakitku itu ke ranjang. Rasanya sangat nikmat melebihi nikmatnya meminum sake, tapi aku belum pernah meminumnya.

Baru saja aku ingin memejamkan mataku untuk sekedar mengistirahatkan tubuhku lagi, mataku seolah-olah tertahan untuk melihati syal putih yang ada di sampingku saat ini. Itu adalah syal kesayanganku yang sempat ku pinjamkan kepada Mikasa.

Aku mengambilnya dan melihatnya seperti melihat uang kertas yang baru keluar dari mesinnya.

"Wangi ini.." aku dapat mencium harum wangi yang sangat khas itu dari syalku, tapi itu sama sekali bukan wangiku, melainkan..

Ashen LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang