Note : Sedikit lanjutan dari chapter 6.
Enjoy :D
.
.
.
.
-Mikasa POV-
*Flashback*
"MIKASA!"
Aku mendengar suara kencang sedang membentak memanggil namaku, aku menoleh ke arah suara itu dan mendapati Levi sedang berdiri kaget melihat aksiku.
"Lepaskan dia!" bentak Levi yang membuatku menghentikan aksiku pada Petra.
Petra berlari dan memeluk Levi.
"Beraninya dia menuduhku yang tidak-tidak." balasku penuh amarah.
"Tapi kau hampir saja membuatnya terluka lagi." balas Levi juga tidak mau kalah.
"Dia bilang, kau kecewa denganku karena aku pergi dengan Erwin-san dan pulang ke Jepang besok. Itu tidak masuk akal! kita kan baru saja baikan." cetusku kesal.
Levi sempat terdiam sebentar tapi dia pun berhasil membalasku, "Petra benar."
*End of flashback*
Cih! kenapa aku harus mengingat kejadian barusan? seharusnya aku fokus mempacking barang-barangku untuk besok pulang ke Jepang.
"Ah! kau nangis?" cetus Eren tiba-tiba.
Aku mengusap cepat air mataku dan memasang wajah sangar seperti biasanya.
"Menangis itu hal yang memalukan..Ahahaha." jawabku penuh tawaan yang sudah jelas palsu, bahkan aku juga tidak pernah tertawa.
"Sebaiknya kau selesaikan urusanmu dengan Levi. Eren dan aku juga tidak mau pulang ke Jepang bersama wajah penuh penyesalan darimu, Mikasa." kata Armin yang sudah berhasil membaca perasaanku yang masih terluka ini.
Aku tidak merespon Armin, aku hanya mengalihkan pembicaraan ini dengan kembali merapikan barang-barangku. Tidak ada yang perlu diselesaikan, semua yang dikatakan Levi itu sudah jelas, sudah jelas rasa sakitnya.
"Pukul berapa sekarang?" tanyaku sekedar mengalihkan topik.
"Ehm.. masih sore sih. Sekitar pukul 5 sore." jawab Armin yang bingung dengan raut wajahku yang berubah menjadi biasa saja.
"A-Ah gomen, aku mau pergi sebentar untuk membeli oleh-oleh." balasku jutek.
"A-Ano..aku ikut ya, aku juga mau membeli oleh-oleh untuk Jean, Connie, dan Sasha." cetus Armin yang ingin sekali ikut denganku.
"Eren, kau tidak ikut?" tanyaku kepada Eren yang sedaritadi hanya ikut mempacking barang-barangnya.
"Nanti aku menyusul, aku juga ingin membeli oleh-oleh untuk Annie." jawabnya.
"Kau bahkan tertarik dengan gadis jutek sepertinya?" cetus Armin yang terlihat cemburu.
"A-Ah maksudku, untuk Annie dan Reiner. Kau ini kalau cemburu, bilang saja, Armin." balas Eren.
"Sudah jelas gadis jutek itu tidak ingin denganmu, Eren." tambahku lagi.
"Sepertinya Mikasa yang paling cemburu disini. Tenang saja, Mikasa. Eren tidak akan disukai oleh Annie." sahut Armin yang membuatku ingin sekali mengikatnya di pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashen Love
FanfictionCinta itu kelabu seperti pelangi yang disertai hujan deras, menutupi warna indahnya dan hanya mencantumkan warna kusam. Mencintaimu itu menyakitkan, tapi membencimu justru lebih menusukku lagi. Entah apakah cinta kelabu ini akan menjadi berwarna? at...