1

34.2K 723 3
                                    

Please don't leave me again. she whispered. In the sea of her sadness


Sebelum kalian mencoba mengerti cerita hidupku, biar aku perkenalkan diriku secara singkat.

 Aku, Cassandra Anandya, perempuan berumur 23 tahun. Tanpa keluarga dan sedang mencoba bertahan hidup dengan memasak. Menjadi seorang chef memang impianku sedari kecil. Lalu impianku semakin besar dan kian bertumbuh saat keluarga ku meninggalkan ku sendirian di sini. Jangan tanya aku kenapa aku ditinggalkan sendiri oleh keluargaku hanya berdua dengan pengasuhku, karena bahkan sampai sekarang aku tidak menemukan jawabannya. Memasak sudah menjadi alat untuk melampiaskan segala emosi ku sejak aku remaja dan itulah satu-satunya hal yang aku tahu bisa aku lakukan dengan baik untuk bertahan hidup.

Sempat aku berpikir bahwa dunia masih bersikap baik kepadaku, dan tidak memperlakukan ku seperti pecundang. Aku memiliki Daniel, sahabat sebelah rumahku, kita sudah bersahabat dari masa kanak-kanak. Aku merasa aman dan tidak sendiri saat bersama dengannya. Paling tidak aku tahu bahwa aku masih mempunyai seseorang yang dapat aku andalkan saat hidup bersikap kejam kepadaku.

Tapi  aku terlalu cepat bersenang diri, semuanya seperti malapetaka saat tiba-tiba saja dia menjadi membenci ku dan pergi dengan keluarganya entah ke mana. Meniggalkanku kembali seorang diri. Aku menjadi maklum dengan itu karena dia pewaris sebuah perusahaan besar milik keluarganya. Daniel tidak mungkin memiliki waktu untuk melakukan hal remeh-temeh bersamaku. Tapi tentu saja rasanya menyakitkan bagiku. Dia pergi saat kami masih dibangku menengah pertama.  Sangat lucu jika membayangkan dia akan memilih tetap bersamaku tetangga sebelah rumahnya, apa yang bisa remaja 15 tahun lakukan?  Lagi pula apa hebatnya aku? Lebih baik dia pergi bersama keluarganya dan melanjutkan hidupnya.

Tapi itu dulu dan aku sudah (harus) bisa untuk melupakannya dan melanjutkan impian ku. Di sini aku sekarang menginjak umurku yang ke 23 tahun aku sudah menjadi Chef perempuan di hotel berbintang empat. Dengan penghasilanku sekarang aku sudah bisa membeli apartemen tidak terlalu besar memang, tapi dekat dengan hotel dimana aku bekerja, dan itu cukup membuat ku senang dengan usahaku.

"Sandra, besok kamu tahu kan kalau kita akan kedatangan  mentri-mentri?"

Kata Chef Antonio, dia chef yang sangat baik dia mengajariku banyak hal dan dia adalah pengajarku saat kuliah dulu.

"Iya chef, tentu saja aku tidak akan melupakan hal sepenting itu!" balasku dengan penuh semangat

"bagus kalau begitu, kamu yang sangat saya andalkan besok untuk membantu saya besok"

------

"Semua sudah siap?"

Semua staf dapur hotel mengangguk mantap saat Chef Antonio bertanya tentang kesiapan kami hari ini.

"Saya tidak mau ada kesalahan karena kita akan menyambut tamu penting"

Walaupun Chef Antonio dan seluruh staf sudah sering menyambut tamu penting, tetap saja Chef Antonio tidak mau ada kesalahan yang bisa membuat namanya tercoret walaupun kesalahan itu sangat sepele.

------

Hari ini adalah hari perayaan bagi kami sekaligus penutupan dari tugas berat selama melayani mentri-mentri selama seminggu penuh dan juga karena lagi-lagi kami mendapatkan penghargaan karena kerja kami yang memuaskan.

Kami pulang sangat larut sehabis party kecil-kecilan yang sangat menyenangkan

"chef aku pulang duluan ya!" kataku kepada Chef Antonio

"Baiklah kau istirahat, kau terlihat sangat pucat, maaf kan aku ya aku terlalu membuatmu bekerja terlalu keras minggu ini" wajahnya terlihat bersalah, aku jadi tidak enak kepadanya. Apalagi karena kami melayani dengan baik kami tentu mendapatkan bonus yang cukup besar.

"Jangan seperti itu chef, aku baik-baik saja" balasku. "Baiklah, aku duluan ya!"

--------

Pagi ini aku merasa sedikit pusin, mungkin memang benar bahwa aku terlalu lelah kemarin. Tapi aku tidak bisa melalaikan pekerjaan ku dan memilih tidur seharian di kasur kesayangan ku ini, salahku juga lupa untuk meminum vitamin c dari beberapa hari yang lalu karena aku malas beli, akhirnya aku memakan dua tangkup roti tawar dan meminum obat sakit kepala dan pergi ke hotel.

Aku memutuskan untuk naik taxi agar bisa beristirahat walau hanya sepuluh menit perjalanan sedangkan berjalan kaki hanya akan membuat ku tambah merasa sakit kepala.

Tetapi saat jam makan siang di hotel aku merasa sudah tidak tahan lagi aku harus pulang dan beristirahat,  sebelum membuat yang lain kerepotan kalau aku sampai jatuh pingsan. Akhirnya aku meminta ijin Chef Antonio untuk pulang

"Chef aku rasa aku harus pulang aku sangat pusing, bisakah aku i-"

Chef Antonio memotong perkataan ku

"Tentu, tentu kau harus pulang kau terlihat sangat pucat aku akan meminta seseorang untuk mengantarmu pulang" Chef Antonio terlihat sangat khawatir

"Tidak Chef kau tahu kan apartemen ku sangat dekat dari sini, aku bisa pulang sendiri aku hanya sedikit tidak enak badan, dan aku masih bisa kalau hanya pulang sendiri, aku tidak ingin merepotkan yang lain" jelasku panjang dan hanya mendapatkan helaan napasnya

"Baiklah kalau kau belum bisa kembali bekerja jangan dipaksakan, istirahatlah sampai benar-benar sembuh" aku hanya mengangguk mengiyakan.

Aku keluar dari lobby hotel dan melihat sosok yang sangat familier hanya saja sosok itu sudah lebih tinggi, lebih tegap dan lebih... tampan. Aku tidak mungkin bisa melupakan wajahnya, namun pembawaan dirinya  terlihat berubah, menjadi angkuh dan sombong.

Aku tidak mungkin salah. Dia adalah Daniel, Daniel tetangga sebelah rumahku. Daniel teman kecilku.  Seseorang yang dulu selalu ada disisiku saat aku melewati masa-masa yang berat saat keluargaku meninggalkan diriku. 

Aku terlalu naif dan tidak mampu menahan rasa rindu ku. Aku berlari dan memeluknya erat, tidak salah lagi ini Daniel, sahabatku dulu.  Tubuhnya terasa sangat kokoh namun menenangkan. Bau tubuhnya sangat maskulin membuatku merasa aman. Tapi aku tersentak saat tangan kuat dan kekarnya menyentakan ku kebelakang.

"Siapa kau wanita jalang" aku benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan respon seperti ini. Aku merutuki kebodohanku yang seperti wanita murahan memeluk seseorang pria seenaknya. Dia mungkin sudah melupakanku. Apa sih yang tadi aku pikirkan?

"Daniel....." tetapi aku tidak bisa menahan air mata yang seketika keluar karena perkataannya. Tidak ada lagi kata yang keluar, lidahku menjadi kelu. Bukan begini yang aku harapkan.

The DoveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin