Bab 2

484 38 2
                                    


Bisik-bisik langsung terdengar disana-sini ketika lelaki dengan potongan bak model itu masuk ke dalam ruangan rapat, diiringi para petinggi perusahaan lainnya. Lelaki itu mengambil tempat duduk di tengah-tengah di antara Pak Anugrah, manager keuangan bertubuh tambun yang hati ini kelihatan sok penting-lebih dari biasanya dan Pak Danu, manager personalia yang tampak sumringah.

Ilona bisa merasakan suasana berubah menjadi lebih hidup dari sebelumnya. Seperti biasa, rapat akhir bulan biasanya hanya berupa laporan dari setiap divisi, pembahasan beberapa masalah yang dirasa cukup penting untuk menjadi pemikiran bersama dan kadang-kadang diselingi dengan perdebatan tentang agenda kegiatan untuk bulan berikut. Kali ini, ada kejutan yang cukup mampu membangunkan karyawan yang paling pulas tertidur selama rapat sekalipun, terutama kaum wanitanya.

Alisa dan Sandra yang tengah sibuk berdebat tentang kualitas salon baru di bilangan Kelapa Gading referensi seorang karyawati di bagian resepsionis-sambil berbisik-bisik tentunya, kini memusatkan pandangan lurus ke depan. Sepenuhnya tertuju pada lelaki yang duduk di apit Pak Anugrah dan Pak Danu.

"Saudara-saudara sekalian, rekan-rekan yang kami hormati," Pak Danu berdiri dan membuka forum setelah mengangguk pada orang-orang di samping kanan kirinya. Suasana langsung senyap. "Hari ini kita patut berbahagia karena kedatangan seorang rekan baru yang sebenarnya tidak asing untuk kita-Bapak Ferdan Anggara-yang akan menggantikan posisi Bapak Kuncoro, manager humas perusahaan kita yang pensiun bulan lalu."

Ferdan Anggara, lelaki yang disebutkan namanya dengan sangat khidmat oleh Pak Danu berdiri dan menangkupkan kedua tangannya di dada, memberi salam kepada semua mata yang memperhatikannya. Beberapa karyawati di samping dan di belakang Ilona terdengar menahan nafas.

IIlona menangkap mata Sandra dan Alisa tertuju padanya, dengan pandangan jahil yang sangat dikenal Ilona. Dia mengangkat sebelah alisnya kepada mereka.

"Kami mengucapkan selamat datang kepada Bapak Ferdan dan berharap dapat memberikan bantuan apapun yang sekiranya diperlukan untuk mendukung kelancaran tugas Bapak, dan besar harapan kami, kedatangan Bapak untuk bergabung dalam perusahaan ini akan membawa kemajuan lebih dari yang kini telah kami raih bersama," Pak Danu mengakhiri pidatonya dengan luwes dan mengajak Pak Ferdan bersalaman. Gerakannya diikuti oleh rekannya yang lain dan disambut tepuk tangan meriah oleh karyawan lain di dalam ruangan.

"Ooh...betapa beruntungnya Lona," desah Sandra dengan nada iri. Ilona menyikut rusuk Sandra pelan sambil tetap memandang ke depan.

"Aku akan mengajukan permohonan pindah bagian kepada Pak Danu," kata Alisa pelan. "Meskipun aku harus turun jabatan, asalkan bisa berada dalam tim yang sama dengan pangeran itu...," dia menunjuk ke depan. "...aku tidak peduli."

Mau tidak mau Ilona tertawa mendengar kata-kata Alisa. "Kalian pasti gila! Kita sama sekali belum tahu, akan jadi atasan seperti apa dia. Selama ini kita hanya mengenal namanya sebagai seorang putra mahkota, calon pewaris perusahaan, tapi kita tidak tahu bagaimana kepribadian sesungguhnya!"

"Apa penting?" bantah Sandra yang disambuti Alisa dengan anggukan tegas. "Dia punya 3 m dan itu cukup buatku."

"3 m, apa itu?" tanya Ilona bingung.

"Muka ganteng, muda usia dan milyarder pula," jawab Sandra kalem. Ilona dan Alisa menutup mulut masing-masing, menahan tawa yang hampir tersembur.

"Sst...perempuan-perempuan gatal, sahabatku tersayang, mungkin kalian tertarik untuk bersalaman dengan sang pangeran seperti yang lain?" Ilham menepuk bahu Sandra dari belakang. Selama rapat dia duduk di deretan kedua dari belakang dan memperhatikan ketiga sahabatnya saling mendekatkan kepala, tampaknya sedang seru membahas sesuatu.

"Hus...jauh-jauh dariku, kamu bisa membuat pangeran itu menyangkamu sebagai kekasihku dan bisa merusak reputasiku," ujar Alisa main-main, mendorong Ilham menjauh darinya.

Sempurnanya CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang