Shelter #4

3K 361 19
                                    

Warning : T semi M! Little smut!

***

Mood Tetsuya hancur sejak siang tadi. Tak ada yang bisa ia lakukan dengan benar. Tidur pun rasanya mustahil karena pikirannya dipenuhi pembicaraan yang ia dengar di kantin tadi antara Satsuki dan dua pemuda beda jurusan yang mengaku sebagai teman Furihata. Mengingat nama itu buat Tetsuya harus meredam emosi. Dari ciri-ciri yang diberikan oleh Taiga pagi ini, ia memang merasa pernah atau sering melihat Seijuurou jalan bersamanya. Tapi tak ada satupun terlintas di benaknya kalau mereka menjalin hubungan di belakangnya.

Seijuurou bukan orang seperti itu. Bukan... Mereka hanya teman. Pasti.

“Tapi sepertinya gosip mereka dekat itu benar, deh. Kalau tidak salah... sejak goukon enam bulan yang lalu.”

“Aku tidak tahu ada hubungan apa di antara mereka. Tapi aku cukup sering bertemu dengan Akashi di apartemen Furihata. Bahkan pernah ada saat masih pagi sekali. Sepertinya dia habis menginap semalaman atau semacamnya.”

Tetsuya mendongakkan kepala dan menatap langit-langit ruang tamu. “Menginap... huh?”

Kalau diingat-ingat lagi, memang benar sikap Seijuurou berubah sejak enam bulan yang lalu. Lebih tepatnya sebulan setelah ia resmi menjadi karyawan magang di Akashi Corporation. Wajar saja jika Tetsuya berpikir Seijuurou berubah sikap karena stres dengan pekerjaannya. Bukan karena kegiatan perselingkuhannya. Pemuda itu memikirkan segala kemungkinan yang terjadi sambil menggigit ujung kuku ibu jari tangan kanannya tanpa sadar.

Kalaupun benar Seijuurou merasa terbebani karena pekerjaan, tentu mentalnya makin tambah tertekan dengan menyembunyikan sesuatu dari Tetsuya. Perselingkuhan itu misalnya. Saat kita berusaha merahasiakan sesuatu, pasti kita harus berbohong. Detak jantung akan bekerja secara tidak beraturan, meski dari luar terlihat tenang-tenang saja. Tetsuya hanya bisa menyimpulkan bahwa Seijuurou tidak tahan dengan tekanan mental akibat pekerjaan dan perselingkuhannya sehingga meluapkannya pada Tetsuya yang hanya mengira ia kelelahan karena pekerjaan.

Kesimpulan yang mana pun, hasilnya tetap sama di mata Tetsuya. Negatif. Terlebih setelah ia tahu kenyataan pasangannya bermain-main di belakangnya meski dari mulut orang lain.

Ia memeluk lutut seraya menyembunyikan wajah. Tetsuya ingin bertanya langsung pada Seijuurou. Namun dalam hatinya ia merasa takut untuk mendengar jawabannya. Mau Seijuurou menjawab dengan bohong atau jujur, sama-sama membuat hati Tetsuya sakit. Rasa percayanya pada sang kekasih mulai terkikis. Ia tidak tahu harus percaya atau tidak dengan jawaban Seijuurou nanti.

Tiba-tiba terdengar suara seseorang membuka kunci pintu. Itu pasti Seijuurou. Hanya mereka berdua yang punya kunci apartemen ini.

Masih dihantui rasa tidak percaya, mata beriris aquamarine itu memandangi pintu. Seijuurou jarang bisa pulang lebih awal. Paling cepat pun sekitar jam delapan dan sekarang masih jam enam sore. Tetsuya tidak tahu harus bersikap seperti apa. Jiwa dan raganya sudah lelah. Perlahan ia menarik napas lalu mengembuskannya lewat mulut. Ketika pintu terbuka dan memperlihatkan sosok Seijuurou secara utuh, Tetsuya sudah dalam posisi duduk manis sambil bersandar pada sofa.

Tadaima, Tetsuya.” Seijuurou mendekat kemudian mencium kening Tetsuya dengan lembut.

Dalam sekejap, perasaan buruknya menghilang. Tetsuya tersenyum. “Okaeri, Sei-kun.”

Jika cerita itu benar... asalkan Sei-kun kembali padaku. Hanya untukku. Ugh!

Mendadak tubuh Seijuurou ditarik. Tetsuya memeluk lehernya erat. Ia hampir jatuh menimpa tubuh mungil Tetsuya jika kedua tangannya tidak menahan beban tubuhnya sendiri. Ekspresi bingung terlihat di wajah Seijuurou lalu mengabaikan sikap aneh Tetsuya. “Hei, aku bawa kue dan vanilla milkshake kesukaanmu. Kita makan dulu, ya?” ucapnya dengan nada penuh kasih sayang.

Dengan gerakan terpaksa, pelukan itu terlepas. Kepala Tetsuya terus menunduk walau sempat mengangguk sekali. Ia menengok sebentar ke arah Seijuurou yang mulai melepas mantel cokelat serta syal merah rajutan Tetsuya lalu menaruhnya sembarang di sofa yang lain.

“Oh iya, apa kau kaget karena aku pulang sore?” tanya Seijuurou sambil menengok.

Tetsuya mendongak, membalas tatapan sang kekasih. “Ya.”

Gerakan pemuda berambut merah itu terhenti dan membiarkan dasi biru tua tetap di kerah kemeja putihnya meski ikatannya sudah terlepas. “Kau kenapa, Tetsuya? Sedang memikirkan sesuatu? Atau tidak enak badan?” tanya Seijuurou sekaligus seraya duduk di sisi kanan Tetsuya. Tanpa meminta izin, tangan kirinya memegang kening Tetsuya sementara tangan kanan memegang keningnya sendiri. Ia bermaksud membandingkan suhu tubuh dirinya dengan kekasihnya itu.

“Suhu tubuhmu normal—” Ucapan Seijuurou terputus saat pergelangan tangan kirinya dicengkeram lalu ditarik oleh Tetsuya. Kedua matanya mengerjap beberapa kali. Memproses apa yang sedang terjadi. Ah, Tetsuya mencium bibirnya. Lamat-lamat ia pun membalasnya.

Ketika lidah Tetsuya meminta akses untuk masuk, Seijuurou langsung menghentikannya dengan mendorong pelan bahunya. Pemuda itu merasa aneh dengan sikap Tetsuya yang agresif secara mendadak. Ini bukan yang pertama kali, tapi Seijuurou selalu tahu alasannya. Tetsuya sedang memikirkan sesuatu dan memilih untuk berusaha melupakannya walau hanya sesaat. Dengan cara bercinta. Tentu saja.

“Hei, aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu. Kau bisa cerita padaku, Tetsuya,” ucap Seijuurou seraya mengelus pipi sang kekasih dengan tangan kanan.

Tetsuya menampakkan ekspresi merengut. “Sei-kun tidak mau?”

Samar-samar wajah Seijuurou merona. “Bukannya tidak mau—”

“—berarti kau mau.”

Kedua tangan Tetsuya melingkar di leher Seijuurou. Dengan kekuatan yang seadanya, ia menarik pemuda tersebut hingga jatuh ke atas tubuhnya. Tetsuya mencium bibir itu lagi. Melumatnya secara sensual dan berusaha meminta akses masuk ke dalam mulut Seijuurou. Lenguhan terdengar ketika terjadi gesekan lutut kaki kiri Seijuurou pada bagian selangkangan Tetsuya. Tanpa ampun lidah Seijuurou menginvasi mulut sang kekasih yang sudah tak berdaya di bawahnya. Bergulat lidah lalu menerima kiss mark di beberapa tempat sebelum mencapai klimaks.

Pandangan Tetsuya mengabur. Air mata mulai menggenangi pelupuk matanya. Seijuurou tidak tahu makna dari air mata itu dan menganggapnya sebagai air mata akibat kegiatan panas mereka. Ia mencium bibir Tetsuya, kemudian beralih pada keningnya.

Ah... Aku tidak suka bau kayu-kayuan ini...

Sei-kun... Katakan kalau gosip itu tidak benar...

Nee... Sei-kun... Kau mencintaiku, kan?”

“Hm? Tentu saja. Selalu. Selalu, Tetsuya. Aku akan selalu mencintaimu.”

...usotsuki.

To Be Continued

Thanks for your voting and comment!! ^^ I hope you like this shelter too. I'm not gomen cause I already warned you above if this shelter is little smut or T semi M~

Bye Bye, My ShelterWhere stories live. Discover now