8.Ditinggal

188 26 48
                                    

"Laura! Anggian!" teriak Sandra dari arah tangga.

Sandra melihat Gian bangun terlebih dahulu. Sedangkan Laura? Bahkan pintu kamarnya tak terlihat tanda-tanda akan dibuka.

"Kak.. Umi mau bicara sama kamu bentar.. Sini." Sandra menyuruh Gian duduk di sofa bersamanya. Gian mengangguk lalu duduk di samping Sandra.

"Gimana tadi sekolahnya? Lancarkan?"

"Lancar kok Umi.." Gian mulai mengeluarkan hapenya. Barang kali ada pesan line masuk.

Cklek

Pintu kamar Laura terbuka. Ia menguap lalu berjalan dengan malas kearah ruang keluarga dimana Sandra dan Gian berada.

"Laura udah bangun ya? Sini duduk samping Umi.." pinta Sandra, Laura pun berjalan ke arahnya.

"Masih sore ya? Kirain udah pagi." kata Laura mendudukan dirinya di samping Sandra.

Sandra menoleh ke arah Laura. Ia menatap dengan pasti gerak-gerik Laura yang menurutnya aneh.

"YaAllah Ra, tangan kamu kenapa?" Sandra menyentuh tangan Laura. Gian menoleh sejenak namun tak bersuara.

"Gak papa Umi. Cuma luka kecil."

"Luka kecil kok sampe di perban segala." Sandra mencoba menyelidik, karna tak mungkin itu luka kecil.  Laura pun menatap Gian.

Laura memang menyembunyikan luka di tangannya dari kemarin. Ia tak mungkin punya keberanian untuk berbicara.

Kemudian, Laura hendak bersuara. Namun Sandra dengan cepat berkata dulu.

"Jujur.."

Sandra melihat kearah Laura dan juga Gian secara bergantian. Kemudian ia melihat Laura menghela napas pelan.

"Kemarin kena injek sama pacarnya kak Gian." Gian menatap Laura tajam.

Sandra menatap Gian bingung.

"Kok bisa Gi? Eh bentar.. Kamu punya pacar? Kok gak bilang-bilang Umi?"

Laura menatap Gian lalu menyeru kata "mampus." Namun lirih.

"Gian udah gak punya pacar."

"Lah si Angela?" ucap Laura

"Udah gue putusin." jawab Gian enteng.

"Buset! Kapan?"

"Semalem."

"Kok bisa?"

"Bawel lo ah."

"Udah-udah Umi bingung ngeliat kalian gini. Yaudah jangan permasalahin lagi." Sandra memijit keningnya yang tidak pusing.

Laura dan Gian pun mengangguk. Setelahnya Laura menatap Sandra bingung.

"Umi kok rapih banget?"

Sandra menoleh kearah Laura. Benar ini alasannya untuk memanggil kedua anaknya.

"Iya tumben juga manggil kita buat kumpul." kini berganti Gian yang berkata.

Sandra menghela napas pelan. Ia kemudian tersenyum, walau rasa khawatirnya masih ada dengan keadaan Laura.

"Umi mau pamit.."

"Lah?!" pekik Laura

"Kemana?" tanya Gian datar.

"Umi mau nyusulin Abi ke malaysia. Kasian dia disana sendiri ngurusin perusahaan.."

Gian menaikkan sebelah alisnya.

"Terus.. Umi gak kasian sama kita?"

Laura hanya mengangguk mengiyakan kata-kata kakaknya.

"Bukan gitu, Gi, Ra.. Umi cuma mau bantu pekerjaan Abi kalian. Tenang aja, Umi disana cuma dua minggu kok, Gak lama.."

Secret AdmirerWhere stories live. Discover now