Satu

148K 8.2K 1K
                                    

Yeaayyyy... akhirnya Miss Mesum tayang juga. Untuk part awal, aku kasih yang puanjang banget. Dan ini untuk pertama kalinya  aku menggunakan bahasa yang nggak formal untuk percakapan. Mungkin masih agak kaku, jadi mohon  komen untuk perbaikan, ya. Selamat berkenalan dengan Sita, semoga betah di lapaknya. Kalau responsnya bagus, akan fast up date. Hehehe... tetap  aja  modus voment.

**

Hampir tengah malam saat aku baru keluar dari kantor. Hebat. Aku benar-benar pekerja teladan. Ini bukti dedikasi. Aku sangat mencintai pekerjaanku. Mungkin aku sebaiknya tidak perlu pulang. Aku bisa menggelar tikar di kaki kubikelku dan menghabiskan malam di sini. Memeluk erat kaki kursi dan mencari kehangatan di sana.

Baiklah, itu bohong. Sarkasme tingkat tinggi. Aku memang menyukai pekerjaan dan uang yang kuhasilkan dari situ. Tapi tidak cukup cinta untuk menghabiskan malam di kantor yang sepi dengan segalon kopi instan yang akan akan membuatku mabuk kafein. Eh, memangnya ada ya orang yang bisa mabuk kafein? Entahlah.

Intinya, tinggal dan lembur di kantor sama sekali bukan keinginanku. Apalagi di malam minggu seperti ini. Benar-benar ejekan untuk statusku. Perempuan paling jomlo di planet bumi. Ter amat sangat jomlo sekali sehingga menjadikan pekerjaan sebagai pelarian. Ho...ho...ho... Tidak, aku tidak semenyedihkan itu. Ada banyak pilihan menarik untuk dihabiskan di malam minggu. Membaca ulang seri Crossfire atau Fifty Shades, misalnya. Atau melihat update-an hentai. Dan jangan lupakan unduhan link film semi porno yang dikirim anak-anak gila di WA kantor. Gambar bergerak benar-benar bisa memacu adrenalin. Terutama untuk perawan jomlo seperti aku. Yeah, hell, right. Kembali ke status itu lagi. Sial!

Aku berada di kantor pada malam minggu sialan ini karena tenggat waktu suatu proyek yang seharusnya bukan tanggung jawabku. Apakah aku baru saja memaki lagi? Astaga, tumpukan dosaku rasanya semakin menggunung. Makian, bacaan, dan tontonan porno. Aku benar-benar sudah tidak tertolong. Kalau mamaku tahu apa yang ada di kepalaku, dia pasti akan menyuruhku berpuasa setahun penuh. Untuk membersihkan lahir batinku. Karena sepertinya puasa ramadhan tidak terlalu berpengaruh banyak pada perbaikan akhlakku.

Temanku yang seharusnya menjadi pimpinan proyek yang ini mengalami kecelakaan parah. Dia sekarang koma di rumah sakit. Aku sempat menangis saat menjenguknya. Sungguh. Mulutku memang sedikit kasar, oke...baiklah, sangat kasar, tapi perasaanku bahkan lebih lembut daripada ubun-ubun bayi yang baru lahir. Beneran, sumpah! Walaupun rasa empati itu menyusut dengan cepat saat bosku yang tampan itu lantas tersenyum manis padaku.

Peristiwa melihat senyum bos itu hanya terjadi saat aliran dana dari klien sederas air terjun Niagara, atau ketika ada klien kelas kakap masuk dalam perangkap kantor kami. Atau, ini yang paling sering, melihat kedatangan istrinya di kantor.

Ini awal tahun, aliran uang belum deras, para klien sedang sibuk dengan perencanaan internal mereka, dan aku bukan istri bos. Jadi, ketika dia tersenyum padaku, perutku segera melilit. Itu pasti berita buruk. Dan aku tidak salah. Dengan nada persuasif seperti yang dipakainya untuk meyakinkan klien, dia berkata, "Sita, Karena Ratno keadaannya sudah seperti itu dan tenggat waktu pekerjaan sudah dekat, kamu ambil alih, ya. Pekerjaanmu yang kemarin sudah kelar, kan?" senyum yang menghipnotis tidak lepas dari bibir.

"Tapi..." tidak, aku tidak mau mengerjakannya. Aku butuh istirahat setelah kelelahan dengan proyekku sendiri. Aku butuh bersantai dengan bacaan dan tontonan mendesah-desah untuk memuaskan batinku yang lapar. Aku tidak mau pekerjaan tambahan. Aku suka uang, tapi juga butuh waktu berkualitas untuk diriku sendiri.

"Hanya kamu pimpinan tim yang bisa bekerja dengan baik di tengah tekanan tenggat waktu, Sita. Ini proyek besar, aku tidak bisa menyerahkan begitu saja pada anggota tim Ratno. Mereka masih pemula."

Dirt On My Boots (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang