Downpour

375 40 16
                                    

Hujan.

Aku merasakannya. Titik-titik air yang menyentuh kepalaku. Oh tidak, aku harus cepat melindungi diri atau aku akan terkena flu. Soonyoung tidak akan suka jika aku sakit. Dia bilang aku hanya akan merepotkan orang lain.

Dengan cepat aku menolehkan kepalaku. Mencari tempat dimana sekiranya aku bisa bernaung. Mataku menangkap sebuah kios kecil yang sudah tutup. Aku berlari kesana, melindungi diri dibawah kios itu.

Sekelebat ingatan muncul di dalam memoriku. Aku sekarang ingat, toh Soonyoung tidak akan peduli lagi jika aku sakit. Jadi kenapa aku harus repot-repot mencari tempat berteduh?

Aku keluar dari kios itu. Mengikuti kemana langkah kakiku ingin pergi.  Menyusuri jalan setapak, hingga akhirnya aku sampai dipinggir pagar jembatan. Aku tidak ingin berjalan lagi. Berjalan membuat kakiku sakit, begitu pula hatiku. Rasanya seperti tanpa sadar aku sedang mencari Soonyoung.

Aku berjongkok sambil menengadahkan kepalaku. Membiarkan air mataku bersatu dengan hujan. Aku tidak suka hujan, namun aku membutuhkannya sekarang. Aku butuh sesuatu untuk menyamarkan air mataku.

Akankah berhenti sekarang? Hujan mulai membuatku menggigil dan aku tidak mau itu.

'Tidak apa, Jihoon. Ini hanya hujan deras yang lewat. Toh aku akan segera melupakannya' pikirku. Setelah bertemu dengan Soonyoung, aku punya banyak kenangan bahagia. Aku tak akan kalah dari hujan.

Air mata yang tadinya bisa kutahan menyeruak lagi. Aku ingin menyalahkan kondisiku saat ini. Karena penyakit ini Soonyoung meninggalkanku.

Ah, hujannya semakin deras. Kurasa sudah sebaiknya aku pulang. Aku membuka tasku dan mencari sesuatu didalamnya. Ketemu. Kemarin adalah ulang tahunku yang ke-17 dan Soonyoung memberikan payung ini sebagai hadiah. Kenapa aku baru ingat hal ini.

Buku jariku yang memucat bahkan sudah tak memiliki kekuatan untuk membuka payung. Aku bersandar pada pagar pembatas sebentar, lalu memutuskan untuk pulang tanpa payung. 

Ponselku bergetar. Ada pesan yang datang. Dari Mingyu.

'Selamat ulang tahun. Maaf kemarin aku tidak bisa datang. Hadiahmu ada pada Lee Chan.'

Aku mendengus. Hadiahku tidak akan aman kalau sudah berada ditangan Chan. Adikku yang satu itu pasti akan menggunakannya duluan. Aku mengusap layar ponselku yang terhalang butir air untuk melihat barisan kalimat selanjutnya.

'Kau sudah dewasa rupanya. Tak terasa kemarin kau sudah berusia 20 tahun.'

Aku sekarang ingat. Aku menderita alzheimer, dan itulah sebabnya Soonyoung meninggalkanku.

Tidak apa. Lagipula ketika aku terbangun esok hari aku akan melupakan semuanya.

Fin.



My first story in wattpad >.< inilah efek dari kegabutan yang kurasakan. Aku gak akan maksa reader buat voment, jadi voment itu cuma bonus dari hati nurani kalian 😊

DownpourWhere stories live. Discover now