01

3K 199 67
                                    

Note : saya bukan ahli bahasa, bukan pencerita yang baik, hanyalah si amatir yang mencoba mengisahkan cerita biasa dengan biasa-biasa saja. semuanya udah pasti fiktif belaka, tapi percayalah gue mencintai Singto dan Krist bersama (ungkapan terdala seorang shipper). Kalau nggak bisa liat couple favorit berakhir bersama di real-life, kenapa nggak buat mereka bareng di ff-life gue :D

°°

Pacar pertamanya memang seorang gadis baik hati yang sangat peduli terhadapnya, sebut saja Nam. Gadis berparas cantik dengan tubuh bak model dan punya sejuta sisi menarik bagi banyak orang. Ia sadar, begitu beruntung memiliki seorang kekasih cantik yang mencintainya sepenuh hati, selalu memikirkannya dan menjadikannya prioritas utama dalam segala hal yang di lakukan gadis itu-setidaknya begitu sampai dirinya sendiri merasa ragu dengan perasaan yang sesungguhnya.

Cinta tak semudah itu datang kepada orang seperti dirinya yang memilih untuk tak percaya arti kata 'percaya kepada orang lain' dalam kamus hidupnya. Laki-laki itu-Singto- adalah seseorang yang di nilai sedikit introvert, namun ada yang mencintainya, hal itu membuat banyak orang keheranan apalagi orang yang begitu mencintainya adalah sosok seperti Nam yang berjulukan peri baik hati.

Kembali pada pembahasan semula, cinta tak bisa tumbuh semudah itu apalagi dari laki-laki seperti Singto. Hidupnya sudah cukup lelah mengurus dirinya sendiri, bergelut dengan pikirannya yang tak berujung, mengenangi masa lalu yang suram, ia bahkan sulit untuk memperhatikan orang lain meskipun itu kekasihnya sendiri. Lalu kenapa ia memiliki Nam jika ia tak ingin memiliki gadis itu?? Hanya ada satu alasan, yaitu karena Singto masih punya rasa kasihan dalam dirinya kepada orang lain. Ia menerima Nam sebagai kekasih karena mengasihani gadis itu, jadi ia menjadikannya sebagai pacar dan mereka sudah berkencan selama setahun lebih dengan fakta bahwa Nam lebih banyak berkorban dalam hubungan ini.

"P', kau yakin tidak memakai kemeja putih yang ini? aku membelinya di toko yang sering kau kunjungi, ku pikir P' pasti lebih nyaman dengan barang dari tempat langganan"

Singto tersenyum tipis lalu mengangguk, ia meletakkan kembali kemeja yang ia ambil ke dalam lemari pakaiannya.

Ia sebenarnya tak suka model kemeja putih yang di beli Nam, tapi ia tetap mengangguk mengiyakan kemurahan hati Nam yang menyiapkan pakaian untuknya-kasihan jika Nam harus sakit hati lagi karena penolakannya.

"Ini, cobalah" dengan riang gadis itu menyodorkan kemeja tersebut kepada Singto dan Singto langsung masuk ke kamar mandi untuk memakai kemeja itu.

Senyum riang di bibir Nam hilang ketika Singto pergi menghilang tanpa kata apapun.
Aku belum bisa membuat dia nyaman.

Begitu pikir Nam saat Singto masuk ke kamar mandi dalam kamar apertemen laki-laki itu. hubungan mereka memang antara sepasang kekasih, tapi Nam tak bisa benar-benar yakin bahwa mereka sudah layak di katakan berkencan jika Singto masih ingin menutup diri darinya.

"Nam, sepertinya terlalu kecil" ujar Singto sekeluarnya dari kamar mandi.

Ia menunjukkan lengan kemeja itu yang kelihatan ketat sehingga lengannya yang kokoh terlihat jelas.

"Au, aku akan pergi menukar ukurannya, P' bisa tunggu sebentar?"

Singto tersenyum lembut menahan pergelangan tangan Nam yang hendak keluar dari kamarnya, "Tidak apa-apa. Aku bisa menggunakan yang lama, bukan masalah"

This Is Love [End]Where stories live. Discover now