Bab 3 : Seyum Untuk Alan

13 1 0
                                    

"Sil, kamu bisa kan gantian kak diba ngisi kajian nanti ?" Ucap Mawar salah seorang anggota dari klub dakwah dikampus.

"Kok aku sih kak ?" Mawar menatap mata silla dengan tatapan memohon.

"Aku maunya kamu, kamu kan selalu percaya diri kalau didepan umu, ngomong-ngomong ni yahhh, Kamu masih ingat kan prinsip kita. Dakwah itu ngak boleh pelit" Mendengar perkataan mawar membuat silla memanyunkan bibirnya. "orang Dakwah itu kudu ikhlas neng" tambah mawar sambil berdiri secepatnya sebelum silla menjitak kepalanya.

***

"Pernah ngak sih adek-adek, merasa bahwa dunia ini hanya milik kita berdua, khusus saat kita sedang berduan dengan sang pacar" Silla terkikik, adik-adik di fakultasnya terseyum mendengar celotehnnya, apapun itu silla akan selalu sama, baik itu bareng temannya, kuliah, dirumah. Selalu bercanda. Tapi apa yang ia sampaikan memang ngena banget di hati orang-orang yang mendengarnya.

"Kalau Flashback niyahh, saya ngak pernah tuh pacaran. Tapi saya sering liat orang pacaran, apalagi pernah mergokin orang ciuman,, Upsss" ucapnya sambil pura-pura menutu mulutnya. Para peserta yang kira-kira berjumlah 50 orang sore itu, tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat mendengar ocehan-ocehan dari orang yang didepan mereka saat ini.

Sementara Silla dia, gugup setengah mati pasalnya ini kali pertama ia mengisi kajian sore di fakultasnya.

"Pacaran tuh ngak jelas tau ngak. Kenapa ngak jelas ?" Silla menarik napas "Karena ngak ada bukti kalau kita dan dia itu jelas-jelas terikat" turunya sambil meniup kerudungnnya yang lempeng "Nah, kalau nikah itu ada buktinya misalnya Buku nikah, kalau pacaran juga ada buktinya kok..." Orang-orang dalam kelas itu terlihat penasaran dengan apa yang akan disampakan olehnya "Bukti cintaku padamu" Sontak semua tertawa.

"Kalau orang nikah itu ada saksinya, ada walinya, dan sebaginya"ia nyegir "Kalau pacaran juga ada kok" Ia terseyum misterius "banyak setan yang jadi saksinya".

***

Silla dengan sangat terpaksa menemani dina yang katanya ingin mencari pakaian yang layak untuk dipakai keacar nikahan sepepupunya. Dina itu rempong banget, nyari baju, terus nanya harga, habis itu ngak dibeli. Bikin bete.

Dina terus menarik silla memasuki ktokoh-tokoh dalam Mall itu, tapi saat ia memasuki sebuah toko sepatu, mata silla menangkap sosok laki-laki yang sedang menemani seorang wanita memilih sepatu. Betul sekali ! Dia Alan.

Silla tidak tau harus berbuat apa hingga matanya dan mata laki-laki bersitatap, ia hanya memberikan senyum terbaiknya untuk laki-laki itu. Alan ? Cuek, dia ngak tau siapa gadis berkerudung yang memberiaknnya senyum. Seingatnya dia tidak pernah tuh memacari seorang gadis itu ralat seorang gadis yang akan kehilan kegadisannya jika bersamnya. Cantik sih, tapi ngak seksi.

Pandangan Alan berali kepada Nikita gadis yang ditemuinya di puncak minggu lalu "Menurut kamu ? aku beli yang 10 centi atau 8 centi ajah ?" Alan menatap sepatu yang dipengang di kedua tangan si nikita itu.

"kok lancip banget sih sepatunya ? harus yah?"

"ini, buat jaga-jaga kalau kamu ninggalain aku. Nanti kepalamu saya ketok pakai ini. Kamu ingat kan apa yang kamu ambil dari aku malam itu" Ucapan silla membuat Alan bergidik,. Tapi ancaman kayak gitu. NGAK MEMPAN.

"Aku tau kok, yang mana yang maru dan yang mana yang bekas" balasnya membuat Nikita mengeram emosi. Untuk aja muka sama Dompetnya ganteng.

***

Seperti biasnya, saat malam tiba Alan akan berangkat ke sebuah tempat dimana ia menghabiskan malamnya. Club. Tapi tidak tau kenapa, dia tidak punya mood meldeani ocehan sahabat-sahabatnya, orang-orang yang memiliki nasip sama sepertinya. Kurang perhatian orang tua.

Jiwanya berada di ruangan itu tapi pikirannya, entah mengapa memikirkan gadis yang ditoko sepatu tadi. Wanita yang memberikannya sebuah seyum, bahkan mata gadis itu juga ikut terseyum. Ia merasa bahawa ia pernah bertemu dengan gadis itu tapi dimana ? ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

Malam itu pikirannya terkuras memikirkan gadis berjilbab Coklat yang memebrikannya seyum itu. Siapa dia ? Gadis pemilik seyum itu.

***

Satu minggu berlalu. Seyum gasi itu masih menjadi teka-teki dibenak Alan. Siap dia ?

08:00 AM.

Alan baru pulang, wajahnya masih mengantuk, matanya merah efek dari minuman keras yang selalu dikomsumsinya. Tapi saat ia membunyikan klakson untuk dibukakan pagar oleh pembantunya. Matanya membulat melihat gerobak tukung bubur yang terparkir di depan rumah tetangganya. Bukan tukang buburnya, tapi yang membeli buburnya. Gadis itu. Gadis pemilik seyu itu. Ia ingat kapan ia mendapatkan seyum gadis itu untuk pertama kalinya.

Tanpa pikir panjang ia keluar dari mobilnya, perutnya tiba-tiba lapar. Ia menghampiri gerobak tukang bubur itu. kenapa ia tiba-tiba mau makan bubur. Pagi ini ia ingin makan bubur dan juga ingin melihat gadis itu lebih dekat. Rencana ia ingin Modus dengan gadis itu. tapi itu hanya rencannya saja. Dari penampilannya saja ia tau bahwa gadis ini bukan gadis yang gampang untuk dimodusi.

"Mang buburnya bungkus satu yah" Silla yang mendengar suara laki-laki disampingnya langsung menoleh. Melihat siapa orang itu. Silla terseyum lagi kearahnya.

Cewek ini Seyum lagi ! Salting gue !

***

AKU BERHARAPWhere stories live. Discover now