Bab 2 - Geovan

4K 289 3
                                    

Geovan tidak tertarik dengan ucapan wali kelasnya ketika beliau memberitahukan bahwa akan ada murid baru. Namun ia juga manusia normal yang memiliki sedikit rasa penasaran dengan rupa murid baru tersebut. Dengan malas-malasan, ia mengikuti arah pandang teman-temannya, menunggu si murid baru menampakkan diri.

Waktu terasa berhenti ketika Geovan pertama kali melihatnya memasuki ruang kelas. Si anak baru itu, dia mirip. Mirip sekali dengan orang yang setengah mati ingin Geovan lupakan.

'Shit!' Umpatnya dalam hati ketika melihat gadis yang baru memperkenalkan diri dengan nama Vianna itu tersenyum kepada seisi kelas.

Matanya tidak bisa lepas menatap Vianna. Wajahnya, senyumnya, cara dia berjalan, sembilan puluh lima persen mirip dengan 'gadis itu'.

Dirinya tidak bisa terfokus pada pembelajaran yang sedang berlangsung. Geovan selalu memandangi Vianna dengan tajam dan bahkan hampir tidak berkedip. Kebetulan lokasi tempat duduknya sangat menguntungkan untuk bisa melihat dengan jelas.

Sebenarnya dirinya terkejut melihat Vianna menoleh ke arahnya. Namun ia bisa mengendalikan ekspresi wajahnya. Geovan malah melihat Vianna yang terkejut karena sedang ditatap oleh Geovan secara terang-terangan.

Geovan mengerang dalam hati, tidak habis pikir menghadapi kenyataan ini. Bahkan cara Vianna duduk, cara berkedip dan bernapaspun mirip. Dia ingin keluar dari ruang kelas dan menemui ketua yayasan SMA Addison secepatnya.

---

"Tetap tidak bisa, Geovan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tetap tidak bisa, Geovan. Kamu tidak bisa seenaknya saja meminta untuk pindah kelas. Pembelajaran sudah dimulai seminggu yang lalu. Semua jadwal sudah ditetapkan. Kamu harus mengikuti semua aturan dan prosedur di sekolah ini."

"Tapi, Ma.."

Wanita muda tersebut menghentikan ucapan Geovan dengan mengangkat tangan kanannya di udara. Memberi tanda bahwa perkataannya sudah tidak bisa dibantah.

"Mama tidak mau kamu menyalahgunakan kekuasaan sebagai cucu pemilik yayasan dan anak dari ketua yayasan. Mama tidak pernah mengajarkan kamu untuk seperti ini."

Wanita tersebut adalah Ketua Yayasan SMA Addison sekaligus orang tua Geovan. Saat ini jam istirahat dan Geovan sedang menemui mamanya di ruang ketua untuk bernegosiasi.

Mamanya memang disiplin dan tegas. Segala keputusannya tidak bisa diubah apalagi dibantah. Geovan menunduk menatap karpet lembut dan tersenyum kecut. Dia harus melupakan permintaannya untuk pindah kelas.

Walaupun bel masuk sudah berbunyi lima menit yang lalu, tetapi Geovan masih duduk di sofa ruang kerja mamanya. Ruang kerja ketua yayasan SMA Addison yang bernuansa beige. Sederhana namun elegan, sangat sesuai dengan kepribadian mamanya. Ruang kerja tersebut berada di lantai tertinggi gedung utama di sekolah. Bahkan terdapat lift khusus sebagai akses menuju kesana.

Geovan sibuk bermain dengan ponselnya sedangkan mamanya bahkan tidak menyadari bahwa Geovan masih berada di sana karena sedang sibuk dengan dokumen-dokumen di atas meja kerjanya.

INTERLUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang