T I G A

3.6K 395 13
                                    

.
.

"Kemana?" Tanya Sasuke sambil menikmati sarapan paginya dengan ditemani sebuah koran harian langanannya.

Naruto menyedu kopi panasnya dengan tergesa-gesa, rotinya sudah berada dalam mulutnya. "-aghu? Henhu haja hingin menhahi huang! (Aku? Tentu saja ingin mencari uang!)" Seru Naruto sambil mengunyah rotinya. Ampas roti sudah bertebaran disela-sela mulutnya. Setelah mengenakan sepatu catsnya, Naruto memakai topi birunya, merapikan pakaiannya. "Aku sudah cantik belum?" Tanya Naruto dengan percaya diri pada Sasuke.

Sasuke yang sedang menyedu kopi panasnya, tersendak mendengar pertanyaan Naruto yang tiba-tiba kepadanya. Sasuke mendekap mulutnya dengan salah satu telapak tangannya, menahan tawa. Naruto yang menyadari mimik wajah Sasuke, berkacak pinggang. Sambil mengerucutkan bibir mungil Naruto membelakangi Sasuke, beranjak pergi sambil menghentak-hentakkan sepatu catsnya kesal akan sikap Sasuke terhadapnya.

"Hei! Sepatumu meninggalkan jejak dilantaiku!" Teriak Sasuke tidak terima dengan sikap Naruto. Naruto mengabaikan teriakan Sasuke, melesat pergi mengabaikan Sasuke yang sudah mulai berdiri mengejar Naruto.

Melihat pergerakan Sasuke, Naruto berlari sekencang-kencangnya membuka pintu kemudian menutupnya dengan kasar.

Sasuke membuka pintu kasar, "Kembali kau bocah sialan!" Jerit Sasuke seperti pria tua kehilangan arah. "Sial dia merusak moodku!" Gerutu Sasuke sambil berkacak pinggang. Sasuke mengacak surai hitamnya kasar. Beberapa hari tinggal dengan Naruto, gadis itu sudah membuat penyakit bersarang pada tubuh Sasuke.

.
.
.

Naruto meletakkan dagunya diatas meja. Topi birunya sudah menjadi kipas dadakan untuk mendinginkan tubuhnya yang kepanasan akibat sengatan terik matahari.

Seorang pelayan sudah mengantarkan sebuah minuman dingin untuk Naruto. Naruto menyesapnya dengan buru-buru. "Huah... Segar...!" Naruto menyetuh lehernya dengan senyuman yang sudah kembali merekah. Ia sangat kelelahan. Baru melamar kerja pagi tadi, ia sudah diterima oleh pihak majalah terkenal. Beruntung dirinya mempunyai otak cerdas dan gelar masternya, Naruto mendapat pekerjaan dengan posisi yang memuaskan. Menjadi manajer penangung jawab majalah terbitan Company (Mengarang indah). Namun hari ini ia terpaksa turun lapangan karena sesuatu hal yang mendesak.

Inuzaka Kiba yang melihat sikap Naruto, tersenyum geli dengan sikap tidak malu Naruto dihadapannya masih tetap sama seperti masa remaja mereka. Kiba adalah sahabat Naruto dimasa SMA sampai kuliah. Naruto beruntung bisa bekerja sama dengan pria yang ia kenali. Pria bertaring tersebut bekerja menjadi juru kameran Naruto hari ini.

Naruto membalas ucapan Kiba dengan senyuman mautnya. Kiba menggelengkan kepalanya, kemudian melirik kedua bukit kembar Naruto yang saat ini tengah ditontonkan oleh Kiba sendiri. Namun dada tersebut datar sedatar tripleks. Sontak Kiba semakin terkikik geli. Apa dada Naruto selama ini tidak pernah bertumbuh dengan baik? Pikirnya dalam hati.

"Kau kenapa?" Tanya Naruto penasaran.

Kiba menggelengkan kepalanya sambil terus tertawa. "Jadi kau tinggal dimana Naru-chan?" Tanya Kiba mengabaikan pertanyaan Naruto. Kiba memang berniat ingin mengantar Naruto kembali pulang kerumah, namun Naruto menginginkan untuk singgah dicafe terlebih dahulu, mendinginkan dahaga sejenak ucapannya beberapa menit yang lalu.

Naruto memberitahu alamatnya pada Kiba, sambil mengunyah makanan yang sudah dipesan olehnya pada pelayan cafe.

.
.
.

"Kau yakin ini kediamanmu?" Kiba bertanya tidak percaya pada Naruto. Mereka saat ini sudah berhenti tepat dikediaman Uchiha Sasuke yang super mewah. "Perasaan kediaman Namikaze bukan seperti ini?" Kiba mencoba mengingat-ingat kembali kediaman Namikaze terakhir kali ia kunjungi. "Tidak mungkin kan paman Minato mengantikan model dan warna cat kesukaannya?" Kiba kembali bertanya pada Naruto.

Marriage ScandalWhere stories live. Discover now