[14]

893 183 38
                                    

PILIHANMU, TERSERAHMU

:::::

Setiap cerita yang didengar pasti setidaknya ada pelajaran yang bisa didapatkan. Misal pertama, dijadikan sebagai titik balik kehidupan. Kedua, dijadikan sebagai cerminan. Ketiga, dijadikan sebagai patokan untuk bertindak. Dan keempat, dijadikan sebagai tamparan keras untuk kembali kepada kenyataan.

Siang ini Aleyna, Kylie, Olivia, dan Dean sedang berkumpul di salah satu kafe di daerah Hannam. Mereka baru mendengarkan cerita tentang putusnya Olivia dan Glory. Olivia bercerita, beberapa hari ini dirinya bepikir dan menimbang untuk keputusan yang diambilnya.

"Pernah dengar istilah the heartbreak cycle?" tanya Olivia sambil tangannya mengaduk lemon ginger tea di hadapannya. Mereka sudah hampir setengah jam mendengar cerita bagaimana Olivia akhirnya memberanikan diri untuk memutuskan Glory.

"Aku tahunya Heartbreak Hotel lagunya Tiffany SNSD di SM Station," jawab Kylie yang langsung mendapat decakan pelan dari Dean. "Aku bercanda," ucap Kylie selanjutnya sambil memperlihatkan senyumnya.

Aleyna dan Olivia terkekeh melihat kelakuan Dean dan Kylie. Mereka berdua sudah sejak tadi bercanda, atau lebih tepatnya Kylie menjadi pihak yang selalu melempar kelakar di tengah obrolan serius mereka.

"Lanjut, Kak," pinta Aleyna setelahnya mencoba mengembalikan suasana.

"Setiap kita pasti akan merasakan yang namanya siklus patah hati. Nggak cuma sekali, tapi bisa berkali-kali. Oleh karena itu, aku memilih untuk putus sama Glory. Dia setuju-setuju aja, kok. Dengan itu aku bisa merefleksi diri aku, apa yang salah dengan hubungan kami. Tapi, tentu aku harus mulai dari diri aku sendiri, 'kan?" jelas Olivia menatap ketiga orang di hadapannya secara bergantian.

Kylie berdeham, tak berniat untuk kembali bercanda. "Keputusan kamu bagus. Tapi apa nggak pas aja gitu ya kalau alasannya justru karena kamu mikir ada yang salah sama kamu? Bukannya itu salah Glory?" tanya Kylie, diikuti oleh anggukan setuju Aleyna.

Olivia tersenyum sambil tangannya mengaduk teh miliknya. "Sebenarnya banyak yang bilang yang dibutuhkan dalam sebuah hubungan adalah saling mengerti dan saling memahami. Tetapi kalau menurut aku, itu berlakunya hanya untuk individu yang udah memahami dirinya sendiri. Dan aku bukan golongan orang yang kayak gitu. Seenggaknya belum," jelas Olivia lagi.

"Jadi, lo putus untuk melihat apa yang salah dari diri lo? So, if you are already figuring it out, do you both will be back together?" tanya Dean kali ini kepada Olivia.

"Bisa iya, bisa enggak," jawab Olivia mantap. "Tergantung hati aku nanti gimana. Kalau aku bisa merelakan Glory pada akhirnya, kenapa nggak? Mungkin dia memang sempat buat aku nyaman, tapi kalau dilihat dari keberjalanan hubungan kami, jujur aja aku merasa dia bukan orang yang aku butuhkan."

Aleyna mengangguk kecil mendengar penjelasan Olivia. Rentetan kalimat Olivia berhasil menyentak sedikit perasaan Aleyna.

"Jadi, laki-laki seperti apa yang Kakak butuhkan?" Aleyna menyuarakan rasa ingin tahunya.

"Laki-laki yang bisa memahami pasangannya, yang bertanggung jawab, yang bisa membuat suatu hubungan membawa manfaat untuk masing-masing kita. Melihat kelakuan Glory malah membuat aku tertampar keras. Apa selama kami menjalankan hubungan, aku nggak membawa dampak baik, ya? Buktinya kenapa Glory bisa melakukan hal seperti itu. Aku masih nggak tahu apa yang aku lakukan ini benar atau keliru. Tapi yang pasti aku hanya mencoba menerima dan melindungi perasaan aku," tutup Olivia sambil tersenyum manis.

Kylie dan Dean menganggukkan kepalanya, sedangkan Aleyna sibuk merefleksikan perkataan Olivia. Aleyna bisa dibilang masih anak bawang untuk masalah sepelik ini, masalah orang dewasa. Namun, tentu Aleyna tetap mengambil sesuatu hal untuk dijadikannya pegangan atau amunisi bagi keberjalanan masa pendewasaannya.

Pertemuan mereka siang itu berakhir saat Dean berpamitan kepada mereka berdua. Dean akan kembali ke Indonesia sore ini dan Kylie akan mengantarkan kekasihnya tersebut ke bandar udara. Kalau dilihat dari hubungan yang dijalani Kylie dan Dean, mereka berdua bisa dibilang menjalani sebuah hubungan yang seimbang dan biasa. Mereka tidak banyak muluk menjalani hubungan jarak jauh yang sudah berjalan tiga tahun ini.

"Aleyna," sahut Dean saat mereka akan berpisah di trotoar. "Lo nggak tahu kabar Dennies sama sekali? Gue udah beberapa kali nanya ke teman jurusannya di kampus dulu, tapi nggak ada yang tahu dia ke mana sehabis lulus."

Aleyna menggeleng pelan dan tersenyum hambar ke arah Dean. "Aku juga nggak ada dengar kabarnya, Kak. Udah empat tahun juga, dan aku udah terbiasa. Terima kasih udah mau bantu, Kak."

Dean menganggukkan kepalanya dan berjalan memasuki taksi diikuti oleh Kylie. Olivia dan Aleyna pun memilih untuk berjalan ke halte bus terdekat. Selama perjalanan, mereka hanya terdiam. Sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Aleyna meringis sedikit mengulang kalimatnya kepada Dean. Apanya yang terbiasa? Kalau mereka tahu, rambut Aleyna sampai rontok karena terlalu banyak beban pikiran. Aleyna sengaja tidak memberitahukan Dean tentang temuannya beberapa hari yang lalu di depan kantor tempat Arfael bekerja.

Aleyna berusaha mati-matian menekan sesuatu di dalam dirinya untuk tidak egois dan meledak ketika diaㅡmungkinㅡmenemukan apa yang dicarinya selama empat tahun belakangan. Aleyna hanya ingin memastikan dengan jarak yang dekat. Sebenarnya masih ada keraguan di dalam diri Aleyna. Bilanglah Aleyna berhalusinasi, memang penampilan laki-laki yang dia yakini beberapa hari yang lalu sangat berbeda. Ada hal yang membuat Aleyna berpikir sesuatu yang harusnya tidak dirinya pikirkan.

Kalau ini masalah patah hati dan mencoba merelakan seperti yang dialami Olivia, Aleyna belum berani mengatakan bahwa dirinya bisa mengikuti kata yang keduaㅡmerelakan. Kesimpulan tiap orang tentu berbeda-beda saat mengalami hal seperti Olivia. Ini realita yang ada, ketika patah hati, ada banyak pilihan-pilihan yang tercipta. Apakah bertahan atau justru merelakan?

"Eh, Aleyna," sahut Olivia saat mereka sampai di halte bus. "Kamu tahu nggak sama salah satu finalis beauty pageant yang diadakan salah satu komunitas mahasiswa Indonesia tahun kemarin?"

Aleyna mengerutkan dahinya dan menggeleng pelan. Selama tinggal di Seoul satu tahun ini, Aleyna jarang mengikuti kabar yang ada di Indonesia.

"Renatha Kusumaraharja, teman SMA aku dulu di Semarang. Dia berencana mau ke Seoul lusa ini karena ada kunjungan," jawab Olivia saat mereka duduk di bangku halte. "Dan katanya dia ingin bertemu seseorang yang spesial," sambung Olivia memelankan kalimat terakhirnya.

"Bertemu Kakak?" tebak Aleyna.

Olivia menggeleng dan tersenyum. "Kalau bertemu aku sudah pasti. Tapi sepertinya Renatha sedang menjalin hubungan dengan seseorang di sini. Aku penasaran siapa cowok yang berhasil meluluhkan Ice Princess dan model ternama Indonesia saat ini. Apa ini bakal jadi gosip hangat di Indonesia, ya?" tanya Olivia lagi.

Aleyna mengendikkan kedua bahunya tak acuh. Siapapun itu Renatha Kusumaraharja, pasti dia merupakan wanita cantik dan anggun, tipe perempuan yang banyak digandrungi laki-laki.

Aleyna mengembuskan napasnya pelan. Tidak lama kemudian, ponselnya bergetar dan memunculkan notifikasi pesan dari Anya. Entah mengapa kaki Aleyna langsung melemah dan tangannya dengan cepat menggenggam lengan Olivia yang tersentak. Namun, bibirnya justru menorehkan senyuman.

"Kak Oliv, tebakan aku benar. Dia kembali."

Patah hati.

Merelakan.

Dan Aleyna memilih untuk menyembuhkan patah hati dan membuang jauh kata merelakan.

AZALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang