Chikarina x Kinal

342 15 3
                                    

Keynal menghembuskan nafas lelah setelah seharian ini ia membersihkan rumah barunya. Tak terlalu besar, hanya rumah sederhana yang cukup untuk ia tinggali seorang diri. Keynal tersenyum mengamati setiap sudut rumahnya yang telah rapih.

Sebentar lagi senja akan segera menyambut. Keynal berjalan kearah pintu ingin menikmati udara sore hari. Ia menarik nafas dalam lalu dihembuskan secara perlahan.

Keynal memincingkan matanya melihat seseorang yang baru saja keluar dari rumah yang berada di depannya. Kinal seperti mengenali sosok itu, tapi ia tak tau pasti siapa orang tersebut. Seorang wanita yang memiliki rambut sebahu dengan tinggi yang mungkin tak lebih dari dagunya. Dan entah mengapa jantung Kinal berdebar begitu kencang saat memperhatikan wanita tersebut.

Mata Kinal membulat sempurna saat ia melihat dengan jelas siapa wanita tersebut. Matanya tak bisa berhenti memperhatikan wanita tersebut yang berjalan menjauhi rumahnya. Perlahan senyuman Kinal mengembang dengan sempurna.

Kinal sangat mengenali wanita tadi, ia masih ingat siapa dia. Wanita tersebut adalah kaka kelas satu tingkat diatas Kinal saat SMA dulu. Kaka kelas yang berhasil mencuri perhatian Kinal. Setelah 5 tahun mereka tak bertemu dan akhirnya Kinal bisa bertemu lagi dengannya.

Kinal tak pernah mendekati kakak kelasnya tersebut secara langsung. Ia hanya bisa memperhatikan dari kejauhan. Kinal terlalu pengecut untuk bisa mengungkapkan perasaannya. Sampai saat ini, setelah 5 tahun lamanya tak saling bertemu. Ternyata perasaan itu masih ada, jantungnya masih sama, hanya berdebar cepat karena kakak kelasnya.

***

Chikano Rina atau biasa dikenal dengan nama Chikacan berjalan masuk kedalam sebuah club malam. Dengan baju yang cukup seksi memperlihatkan bentuk tubuhnya, membuat mata liar para pria menatapnya dengan buas. Chikacan tak terpduli dengan tatapan itu karena itu adalah hal biasa untuknya. Ia berjalan masuk ke dalam bar dengan santai. Chikacan berjalan masuk kedalam ruangan yang berada dilantai atas.

Saat Chikacan masuk ke dalam ruangan tersebut, ia duduk di sofa berseberangan dengan seorang pria paruh bayah yang tak lain adalah bosnya.

"Wow... Kamu cukup menggoda malam ini." Ucap pria tersebut menatap Chikacan dengan tatapan liar.

"Siapa client saya malam ini?" Tanya Chikacan karena tak ingin berlama-lama melihat pria dihadapannya.

"Dasar jalang, kamu ingin tubuhmu cepat-cepat dinikmati oleh client mu? Hahaha." Chikacan hanya bisa menahan emosinya karena ucapan pria dihadapannya.

"Saya muak melihat wajahmu lebih lama lagi, jadi cepat katakan siapa client saya malam ini?" Ucap Chikacan dengan aksen Jepang. Pria dihadapan Chikacan hanya tersenyum remeh.

"Kamar nomor 21, layani dia dengan baik atau saya tak akan memberikanmu bayaran." Jawab pria tersebut yang hanya ditanggapi tatapan tajam dari Chikacan.

.

.

.

Sang fajar belum sepenuhnya keluar dari peraduan. Chikacan berjalan gontai memasuki rumahnya lalu duduk disofa ruang tamu. Ia mendesah lelah, tubuhnya terasa lelah dan juga sakit. Tanpa terasa sebulir air mata jatuh dari sudut matanya. Ia tersenyum getir merenungi nasibnya. Jika bukan karena hutang keluarganya, mungkin ia tak akan seperti ini.

Semua pekerjaan yang ia lakukan 3 bulan belakangan ini karena hutang keluarganya. Kedua orang tuanya telah meninggal karena sebuah kecelakaan, dan Chikacan adalah anak tunggal. Setelah kepergian kedua orang tuanya, ia tinggal seorang diri. Sejak dulu, kedua orang tuanya memang bukanlah dari keluarga kaya raya. Bahkan bisa dibilang ia hidup dikeluarga serba kekurangan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 23, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kumpulan OSWhere stories live. Discover now