1

106K 6K 349
                                    

Daniel de Castillo memasuki bar yang terlihat cukup ramai itu. Ini malam minggu, semua tempat hang out selalu ramai. Sebenarnya dia malas keluar, tetapi ketiga sahabatnya sudah membuat janji untuk berkumpul malam ini. Melepas penat setelah satu minggu lelah bekerja.

Di tempat biasa mereka duduk, di area VVIP,  sudah ada Devandra Alexander, Damian Schiffer, dan Dave Cromwell. Bar mewah ini merupakan tempat favorit mereka setelah mereka tinggal di Jakarta.

"Kusut sekali wajahmu, Dan." Sapa Devan melihat tampangnya yang memang sangat kusut.

"Biasa, aku belum orgasme berhari-hari," jawabnya sekenanya.

Sebagai seorang yang bukan orang Indonesia asli dan sangat akrab dengan budaya barat, one night stand bukan hal asing baginya. Tetapi sebenarnya, bukan hal itu yang membuatnya risau malam ini. Ada hal lain yang dia sendiri tidak bisa menjelaskan apa itu.

Devan hanya menyeringai mendengarnya. Selama ini hanya pria itu yang tidak pernah terpengaruh pergaulan seperti itu entah apa sebabnya. Pasti ada alasan di balik semua sikap Devandra selama ini. Dan jangan panggil ia de Castillo jika tidak bisa mencari tahu.

"Sudah berapa lama?" Tanya Damian.

"Ngg...satu hari." Daniel menggaruk kepalanya dan meminum mojito milik Devandra.

"Oh gossshhh...baru satu hari, Daniel! Dan mukamu sudah sekusut itu? Bagaimana kalau genap sebulan?" Devan membelalak menatapnya sementara Damian dan Dave hanya terkekeh.

"Hey, I'm not you, man!"

"Yeah! Jelas kau bukan aku. Tapi satu hari??"

"Hei, shut up! Kau akan tahu rasanya jika sudah pernah mengalaminya." Lalu mata Daniel melebar. "Astaga, kau belum pernah melakukannya??"

"Kehidupan seks ku bukan urusanmu, Sir!"

Damian dan Dave kembali tertawa mendengar perdebatan mereka. Mereka sendiri sudah asyik dengan kegiatan make out mereka. Apalagi yang bisa dilakukan di bar selain itu kan?

Daniel mulai mengedarkan matanya mencari mangsa. Hingga dilihatnya seorang wanita cantik yang seksi tersenyum menggoda ke arahnya. Daniel hanya perlu balas tersenyum dan segera saja wanita itu menghampirinya. Yeah, hanya perlu satu senyuman dan semua wanita akan rela berbaring di bawahnya. Dalam sekejap, mereka sudah asyik make out seperti pasangan one night stand lain yang tersebar di setiap penjuru bar ini.

"Aku pulang." Devan bangkit dari duduknya dan meninggalkan ketiga sahabatnya.

Daniel melepas ciumannya pada wanita itu dan menatap punggung Devan yang menjauh.

"Sorry, Baby, kita lanjutkan lain kali ya." Daniel meninggalkan wanita itu dan menyusul Devan.

Dia mengendarai mobilnya mengikuti Devan. Daniel menarik napas lega saat mobil Devan mengarah ke apartemennya, bukan ke rumah orang tuanya.

"Daniel? Apa yang kau lakukan di sini? Mau make out di sini?" tanya Devan heran saat melihat Daniel berdiri di sampingnya.

"Nope. Aku ingin mengobrol denganmu kalau boleh."

Devan tersenyum dan menepuk bahu Daniel dan Daniel tahu itu merupakan jawaban. Mereka berjalan beriringan menuju apartemen Devan yang jarang ditinggalinya itu.

Apartemen Devan sangat simpel tanpa banyak perabotan. Sofa, televisi dan satu set xbox, dapur kecil yang berhadapan dengan kursi bar tinggi, dan tiga kamar. Satu kamar digunakan untuk ruang kerja. Satu lagi untuknya atau dua sahabatnya jika sedang menginap.

THE ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang