Target 1: Mafia Kafe?!

561 40 10
                                    

Musim gugur datang dengan membawa hawa dingin namun masih memiliki kesan hangat dengan perpaduan warna coklat, merah dan orange yang membalut kota Namimori.

Di musim gugur ini, tinggal beberapa minggu lagi Namimori-chuu akan mengadakan festival sekolah. Jam sekolah kini tengah menunjukan pukul sebelas siang, dan keadaan kelas Namimori cukup ramai tidak seperti biasanya. Hal itu dikarenakan setiap kelas kini mulai disibukkan dengan rapat kelas untuk penentuan tema dan apa yang akan mereka tampilkan dalam festival.

Tidak terkecuali kelas 3-B, dimana Tsuna beserta ketiga guardiannya tengah mendengarkan rapat kelas yang dipimpin Shiraishi Yuuki, ketua kelas mereka.

Gadis bersurai hitam yang mengenakan kacamata dengan frame tipis itu tengah sibuk membagikan kertas-kertas yang berisi usulan-usulan teman sekelasnya mengenai festival. Shiraishi membenarkan kacamatanya lalu mulai membacakan apa saja usulan yang tertera di kertas. Keadaan kelas yang tengah rapat terlihat tenang, karena sebagian kelas mendengarkan dengan antusias. Ada pula yang sebagian bersikap tidak perduli dan tidur.

Sawada Tsunayoshi, calon bos mafia Vongola Famiglia dengan surai coklat yang menjuntai melawan gravitasi itu tengah menguap lebar.

Di luar sekolah, langit biru benar-benar cerah tanpa awan yang menutupinya. Bola mata coklat madu itu menatap langit sembari tersenyum tipis.

'Ah hari yang cerah.' Pemilik surai coklat itu tersenyum yang disertai tatapan malas. 'Rapat ini sama sekali tidak diperlukan, karena aku yakin seluruh murid pasti memilih membuat drama atau kafe seperti tahun-tahun sebelumnya.'

Tsuna kembali menguap, dia sama sekali tidak peduli dengan acara tahunan ini dan hendak mengikuti jejak Yamamoto yang kini tengah tertidur pulas.

Namun baru saja ia membaringkan kepalanya di atas kedua lengannya. Warisan dari kakek moyangnya berdering kuat membuatnya sedikit sakit kepala. Tsuna mendongak dan menatap seluruh ruangan kelas dengan perasaan was-was.

Intuisi supernya menjerit dan mengatakan akan ada sesuatu yang buruk. Perasaan tidak nyaman yang ia rasakan semakin memperkuat ras was-was. Dan Tsuna hampir terjungkal karena kaget saat suara pintu yang dibuka dengan keras. Seketika suasana berubah hening, Shiraishi membenarkan kacamatanya dan melirik tajam pada siapa yang telah mengganggu rapat kelas.

"Ciaossu!"

Wajah Tsuna seketika memucat begitu mendengar treadmark yang sangat ia kenali itu.

'Reborn!' Tsuna menatap horror tutor ciliknya yang kini berjalan ke depan kelas dan berhadapan dengan Shiraishi.

Gadis bersurai hitam itu berdehem pelan sebelum membungkuk memberi salam pada Reborn yang kini tengah menyamar menjadi Reboyama-sensei.

"Selamat siang Reboyama-sensei."

"Siang anak-anak, aku ingin menanyakan keputusan apa yang sudah kelas ini pilih untuk festival seni nanti." Terang Reborn setelah ia melompat ke meja guru.

Shiraishi kembali membenarkan kacamatanya sebelum menjawab, "Maaf Sensei, tapi kami belum memutuskannya karena terdapat dua pilihan dengan hasil suara yang seimbang."

Reborn menyeringai, Tsuna menelan ludah gugup dan menjerit histeris dalam hati. 'Hiiee! Apa lagi yang kau rencanakan Reborn?!'

"Oya? Memang dua pilihan apa yang kalian punya?"

"Drama dan kafe, kami belum bisa memutuskan karena dua pilihan itu sangat diinginkan seluruh murid di kelas."

"Itu mudah sekali," Reborn berujar membuat Shirashi tertegun sesaat.

"Kalian cukup membuat kafe dengan tema tertentu lalu melakukan pemilihan lagi untuk memutuskan peran apa saja yang akan kalian mainkan selama kafe di buka." Sambung Reborn menjelaskan.

Festival ala Vongola StyleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang