Part 18. Fact

5K 314 10
                                    

"Aku hanya menandainya dan kini tanda itu membuktikan bahwa dia milikku." _ Richard.

***

Langkahnya pasti tanpa keraguan memasuki kastil megah yang kini berdiri angkuh di hadapannya keangkuhannya melambangkan siapa pemiliknya. Kakinya membawanya masuk semakin dalam untuk mencari ruang terbesar di kastil itu. Kastil yang besar bisa membuat siapa saja tersesat didalamnya tapi pria yang satu ini seolah merekam dengan jelas setiap sudut di dalam kastil itu bahkan dia sangat hapal dengan jelas letak setiap benda di kastil tersebut.

Langkahnya membawanya sampai di pintu besar dengan ukiran rumit di sekelilingnya, tanpa ragu di ketuknya pintu itu kemudian pintu itu terbuka dengan sendirinya tanpa berfikir panjang dia langsung memasuki pintu itu. Dirinya seolah telah di tunggu oleh sosok berjubah hitam yang duduk di singgasana emas di ruangan itu, tidak ada satupun benda perak di dalam kastil itu hanya ada emas diselimuti kegelapan di beberapa tempat.

"Sudah ku duga, kau pasti akan langsung  kemari. Apa yang membawamu kemari? Bukankah kau sangat sibuk dengan urusan di luar sana, bahkan kau mengabaikan kakakmu yang ada disini?" perkataan itu membuat rahang pria itu mengeras seketika, tapi dengan mudahnya dia meredam emosinya.

"Kau benar, aku sudah terlalu lama mengabaikan kakakku sendiri bahkan aku juga tidak mematuhimu yang selama ini sangat berjasa bagi hidup keluargaku jadi terlalu banyak pertimbangan dalam hidupku dan akhirnya ku putuskan aku akan menjadi adik yang baik dari kakakku." Pungkas Adam.

Theo mengangkat sebelah alisnya, matanya masih menatap tajam adik dari Edmund itu. "Mungkin sebaiknya kau temui dulu kakakmu dan selesaikan masalah kalian."

Senyum miring tersungging dari bibir Adam. "Kau masih membutuhkan bantuanku bukan? Aku bisa membantumu bertemu dengan keturunan yang kau cari selama 100 tahun ini tanpa kau harus lelah mencarinya dengan menyamar sebagai manusia bahkan merusak drama yang ikut kau mainkan."

Ada sedikit kecurigaan dalam benak Theo tentang perubahan sikap pada diri Adam namun sorot mata Adam mampu membuatnya yakin bahwa Adam telah menjadi pengikutnya dan ia pun yakin bahwa segala hal yang di inginkannya akan tercapai.

Kehidupan Abadi diatas kekuasaannya.

***

Ruang tengah di rumah Alissa tampak sepi setelah orang-orang yang semula membuat Alissa merasa malu satu persatu pergi karena memiliki urusan yang belum terselesaikan. Naura sendiri pamit untuk bertemu dengan Sheyla, Axel ingin mengantarnya namun dia bersikeras untuk pergi sendiri.

Alissa duduk menekuk lututnya di sudut ruangan bersandar pada dinding dan menghadap jendela yang langsung memperlihatkan taman di rumah itu, ada sebuah pohon setinggi 8 meter di sudut taman itu sebuah ayunan kayu tampak kokok masih bergantung disana. Sorot pandang Alissa membawanya mengenang masa kecilnya masa dimana ia tidak tahu siapa jati dirinya, masa dimana kepolosan masih menyelimutinya, masa ketika yang diketahuinya hanya dia hidup bahagia dan berkecukupan bersama omanya dan tidak ada beban yang di pikulnya saat itu. "Bolehkah aku kembali ke masa itu? Dan ku harap waktu hanya berputar di masa itu." Gumamnya.

Langkah kaki terdengar menghampirinya membuatnya segera tersadar dari lamunannya dan mendapati seseorang kini ikut duduk di sebelahnya. "Kau. Kenapa kemari? Ku fikir kau mau mengantar Naura."

"Dia bersikeras pergi sendirian." Axel menarik nafas sejenak. Dari raut wajahnya Alissa bisa melihat ada sesuatu yang mengganjal diri Axel seperti ada sesuatu yang ingin di utarakannya namun sangat sulit untuk di urai menjadi kata-kata.

"Ada yang mau kau bicarakan?" Axel langsung menoleh mendengar pertanyaan Alissa sepertinya pertanyaannya tepat sasaran.

"Kau bisa membaca fikiran orang yah?" Pria itu langsung menatap intens pada Alissa tapi gadis itu hanya memalingkan wajahnya dan kembali menatap objek yang sedari tadi di amatinya.

Luna Of The Wolves (Completed)Where stories live. Discover now