Hujan 6

14 4 2
                                    


😊

"Tumben udah siap jam segini, biasanya kamu masih di kamar. Kenapa?" Bunda yang sedang menyiapkan sarapan langsung bertanya saat melihat Tiva yang sudah duduk di meja makan dengan pakaian yang rapi.

"Kebetulan aja tadi aku bangun lebih cepet bun, jadi ya udah langsung siap-siap deh. Pr aku juga belum di kerjain, kemarin capek banget jadinya ketiduran." Tiva mengeluarkan buku dari dalam tas dan mulai mengerjakan pr nya.

"Banyak tugasnya? Sempet gak ngerjainnya, nanti kamu telat lagi." Ujar bunda yang sudah selesai menata sarapan di meja makan. "Makan dulu nih, bunda bikin nasi goreng buat kamu."

"Jadiin bekal aja bun. Sekarang aku makan roti selai ini aja." Tiva segera memakan roti dengan selai pandan kesukaannya.

"Bentar ya, bunda siapin bekal kamu dulu."

"Haah, akhirnya selesai juga. Untung masih sempet." Tiva melihat kearah jam di tangannya yang menunjukkan pukul 7 kurang 15 menit.

"Nih, bekalnya. Jangan lupa di makan ya nak, nanti kamu sakit." Bunda menyerahkan kotak bekal dan Tiva langsung menyimpannya dalam tas.

"Bunda tenang aja, pasti aku makan kok. Kan aku masih laper bun." Ucap tiva dan melangkah menuju rak sepatu di depan rumah. Setelah selesai Tiva pamit dan tak lupa menyalami tangan bundanya.

~~~~

Selesai memarkirkan sepedanya, Tiva langsung menuju kelasnya di lantai 2. Tepat saat akan menaiki tangga, Tiva melihat kak Diky yang menuruni tangga dengan kertas yang memenuhi tangannya.

Awalnya Tiva berniat untuk berlalu saja tanpa menyapa kakak kelasnya tersebut. Tapi, saat mereka berselisih tangga Diky menoleh ke arahnya dan langsung memanggil namanya. Terpaksa Tiva berhenti dan menoleh ka arah Diky.

"Iya, kak?" Tanya Tiva kemudian.

"Hari ini ada penentuan masuk ekskul sesuai pilihan masing-masing. Kamu sudah dapat kertas formulirnya?"

"Belum kak."

"Ini, isi kertas formulir ini. Kalau sudah selesai segera berikan ke saya atau ke wali kelas kamu. Mengerti?" Diky menyerahkan selebaran kertas yang berisi formulir kegiatan ekskul yang akan di mulai minggu depan.

"Baik kak, nanti saya isi dan menyerahkannya setelah selesai. Sudah bel kak, saya ke kelas dulu." Tiva pamit dan melanjutkan jalannya menuju kelas.

Tapi lagi-lagi Tiva terpaksa berhenti di tangga atas karena seseorang menghalangi jalannya. Saat Tiva melangkah ke kiri, orang tersebut juga ke kiri. Begitupun sebaliknya. Merasa jengkel Tiva mendongak untuk melihat siapa yang menghalangi jalannya.

Dan ternyata orang itu adalah Gilang.

"Maaf, numpang lewat." Izin Tiva dan beranjak ke arah kanan tapi Gilang tetap mengikuti langkahnya.

"Misi kak." Tiva mulai jengkel dengan tingkah orang di depannya ini. Bel sudah berbunyi 2 menit yang lalu, seharusnya Tiva sudah sampai di kelas dan duduk manis menunggu guru datang. Tapi melihat keadaan sekarang, bisa-bisa dia telat dan kena hukum. Apalagi pagi ini pelajaran sejarah dengan pak Imam yang lumayan perhatian. Memikirkannya saja sudah membuat Tiva menghela nafas dengan lelah dan memutar bola matanya malas.

Gilang yang melihat Tiva mematung langsung menjentikkan jari nya di depan wajah Tiva.

"Lo kenapa? Tiba-tiba jadi diem gitu." Tanya Gilang kepada Tiva yang masih diam tapi tidak seperti tadi.

"Lo ngalangin jalan gue. Lo gak liat semua udah pada masuk kelas? Lagian kenapa juga lo tiba-tiba ngalangin jalan gue. Gara-gara lo gue bakalan telat pelajaran pak Imam. Mampus gue." Tiva mengecilkan suaranya saat mengatakan mampus, jika ada yang dengar Tamat sudah riwayatnya.

Love And RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang