Chapter 8

1.5K 143 14
                                    

Sebelum Horus bergerak untuk menolong Putri Zea, sekelebat bayangan hitam lebih dulu melewati Horus dan masuk ke dalam air. Belum sempat Horus menyusul, bayangan hitam itu keluar dengan membawa tubuh Putri Zea. Horus membelalak saat melihat siapa yang membawa Putri Zea.

"Ya-yang Mulia..." ucap Horus terlihat wajah Horus menjadi pucat pasi.

'Ahh ... sepertinya usiaku tidak akan lama lagi.' batinnya merana.

"Aku sudah memperingatkanmu untuk menjaga Putriku, Horus." ucap Amun Ra yang kini terlihat geram.

"Ma-maafkan hamba, Yang Mulia. Seharusnya hamba memeluk Putri Zea erat-erat." Amun Ra menghembuskan napasnya menahan amarah, takut-takut jika tubuh Putrinya akan remuk di pelukannya.

Amun Ra menghampiri Horus lalu memberikan Putri Zea yang tidak sadarkan diri, Horus menerima tubuh Putri Zea lalu mengendongnya erat-erat. Amun Ra menatap peperangan yang terjadi di belakangnya, ledakan dahsyat tadi adalah sihir yang di lontarkan dari sebuah kapal tempur Kerajaan Realm.

"Mereka tetap tidak mau mundur setelah hampir seluruh penyihir mereka aku habisi," ucap Hyiro yang tiba-tiba sudah berada di samping Amun Ra.

"Ternyata memukul mundur mereka memang harus menghabisi semua pasukan elit yang mereka miliki, ini menyebalkan." lanjut Hyiro yang kini menatap tubuh Putri Zea dengan mata yang membelalak.

"Amun Ra," desis Hyiro sambil menundukkan wajahnya.

"Lakukan sesukamu," jawab Amun Ra yang mengetahui jika Hyiro kini tengah marah besar.

Amun Ra yang kini tengah memakai wujud Demon miliknya hanya menatap penuh penyesalan dengan apa yang terjadi. Di liriknya sang Putri dalam dekapan Perdana Menteri, dengan kuat ia mengepalkan tangannya.

"Horus, bawa Putri Zea kembali ke Istana." titah Amun Ra.

"Baik, Yang Mulia." jawab Horus lalu meninggalkan Amun Ra.

Hyiro mengamuk, ratusan kupu-kupu hitam kini benar-benar tengah mengelilingi tubuhnya. Hyiro kini menghadap kearah kapal perang Kerajaan Realm, tangannya menjulur ke atas sambil merapalkan mantra. Air laut terlihat sedikit demi sedikit berkumpul dan menjadi kristal es dan berbentuk seperti duri-duri besar yang terlihat tajam.

"Epithesi !!!" ucap Hyiro dengan lantang.

Awan hitam masih setia berkumpul dengan kilatan petir yang saling bersahutan. Seketika kristal-kristal es itu menuju kapal perang Kerajaan Realm dan menghancurkan semuanya hingga tenggelam. Ratusan tentara mati sia-sia. Kilatan petir kembali menghunuskan halilintarnya ke semua kapal perang yang tersisa.

Pasukan elit Kerajaan Realm yang tersisa tidak berniat untuk menyerah begitu saja. Mereka adalah prajurit yang terlatih dengan baik dan memiliki sihir-sihir hebat di bawah komando para Jenderal Besar.

Hyiro, masih dikelilingi oleh kupu-kupu hitam yang melayang-layang, menatap pasukan elit itu dengan penuh tekad. Dalam sekejap, dia melayang menuju pasukan tersebut, bersiap untuk menghadapi mereka satu per satu. Ribuan kilatan petir memenuhi langit, menciptakan atmosfer yang tegang.

Salah seorang dari pasukan elit itu maju ke depan dengan cepat, sebilah pedang besar terhunus menuju Hyiro. Namun, dengan gerakan cepat dan lincah, Hyiro menghindari serangan pedang tersebut. Dia menendang prajurit tersebut ke udara dan dengan satu serangan cepat, prajurit tersebut terkena serangan es yang mematikan. Tubuhnya membeku dalam sekejap dan jatuh ke laut dengan gemuruh.

Tidak ada waktu untuk istirahat. Pasukan elit Kerajaan Realm bergerak bersama-sama, membentuk formasi pertempuran yang solid. Mereka melepaskan serangan sihir mereka, melemparkan api, angin, dan tanah ke arah Hyiro. Namun, Hyiro dengan gesitnya menghindari serangan-serangan itu sambil mengeksekusi serangan balik dengan sihirnya.

Serebian KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang