Part 3 - The hell

3.8K 466 20
                                    

Hai!
Ayo dibaca part selanjutnya. Maaf kalau pendek, tp aku akan rajin update kok. Dont forget to comment and vote! Add this story on ur library! Thanks!
.
.
.

Melangkahkan kedua kakinya dengan tempo lambat, mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Dalam hati Sooji berdoa agar ia tidak dipertemukan oleh pria yang membuatnya terguncang kemarin. Sudah terlalu banyak ia menghabiskan zat kimia, menggantungkan hidupnya hanya kepada zat yang dikonsumsinya.

Sooji tertawa hambar mengingat betapa lemah dirinya. Hanya bertemu dengan seorang pria ia menjadi kacau seperti ini? Oh, kau begitu lemah Nona Bae.

"Kau kenapa?" Jieun menyahut setelah mengeryit heran melihat tingkah laku aneh atasannya itu.

"Apanya yang kenapa?" Bukannya menjawab, Sooji kembali melontarkan pertanyaan.

"Tertawa tanpa sebab" jawab Jieun.

Sooji menatap tak percaya Jieun. Wanita ini pikir Sooji sudah gila, begitu?

"Aku tidak akan tertawa jika tidak ada sebabnya, Lee Biseo" Sooji mendengus, wajahnya masih saja datar dan mengeluarkan aura dingin.

"Ah, maaf. Aku tidak bermaksud" sahut Jieun tidak enak, ia tidak bermaksud menyinggung perasaan Sooji atau hal lainnya.

"Lupakan"

Jieun menghela nafasnya, atasannya ini tidak berubah sedikit pun. Jieun berharap sifat aslinya kembali dan melenyapkan sifat menyebalkan dengan wajah dingin seperti itu.

"Ayo, Paman Nam sudah menunggu"

**

Soojung melangkahkan kedua kakinya bertempo lambat, menapaki sepanjang jalan di tepi sungai Han. Ia menghela nafasnya panjang, kekasihnya kapan kembali? Sudah hampir sebulan prianya itu mengurusi pekerjaannya, ia sangat merindukan sosok lelaki itu.

'Drt.... drt...'

Soojung segera mengambil ponselnya. Senyumnya mengembang, prianya mengubunginya.

"Hai Oppa!"

"Hai juga, sayang. Merindukanku, hm?"

"Sangat! Aku rasanya hampir mati karena rasa rinduku yang sangat besar"

Soojung tersenyum mendengar tawa kecil kekasihnya. Ah, ia merindukan tawa itu.

"Astaga, kau sangat dramatis, Nona. Tidak sia-sia kau masuk ke club theater semasa kuliah dulu"

"Tentu, aku ini kan dapat julukan ratu drama dulu"

"Hmm, kau sedang di mana Jungie?"

"Hanya mencari udara segar, oppa"

"Tepatnya di mana?"

Soojung mendengus. Kekasihnya ini sungguh memiliki sikap protective yang sangat besar. Ia memang tahu alasan di balik sikap kekasihnya itu, tetapi terkadang ia merasa kekasihnya itu sedikit berlebihan.

"Eyyy, kau sangat protective oppa!"

"Itu karena aku mencintaimu, jadi kau dimana?"

"Hanya berjalan-jalan di sekitar rumah, oppa"

"Kau berbohong"

"Eh.." Soojung mengeryit, darimana kekasihnya ini mengetahui bahwa ia berbohong?

"Karena aku tepat berada di belakangmu, sayang"

Soojung tersentak, ia lantas segera menoleh dan mendapatkan wajah tampan prianya yang tengah memeluk erat pinggangnya.

"Oppa..."

"Hei, aku merindukanmu, Jungie"

Soojung tersenyum. Hatinya menghangat mendapatkan perlakuan lembut kekasihnya. Ah, prianya memang yang terbaik.

"Kau sangat pandai membuatku senang, oppa"

Soojung berseru ria, sementara prianya hanya tersenyum mendengar celotehan kekasihnya.

"Ayo rayakan hari kepulanganmu, oppa!"

Kekasihnya menggeleng, berucap lirih tepat di telinganya. "Biarkan seperti ini sejenak."

Soojung mendesah. Ia memilih tidak menanyakan lebih lanjut mengenai kondisi prianya. Kekasihnya butuh ketenangan saat ini.

**


Sooji melangkahkan kedua kakinya dengan tempo cepat. Tubuhnya sedikit membungkuk ketika mendapat salam dari beberapa pelayan. Sepasang bola matanya menatap datar seorang wanita yang hanya duduk menyaksikan kedatangannya, tanpa berniat untuk menyambut kedatangannya.

"Ck, dimana sopan santunmu? Masuk tanpa salam, menyapa pun tidak."

Sooji melirik sejenak. Memasang wajah datarnya, enggan mengulas senyum. "Ah, maaf aku tidak melihatmu"

Naeun mendengus. Ia sudah tahu bahwa wanita berwajah datar itu berbohong.

"Kedua matamu itu memang buta. Ck, menyebalkan!"

Sooji memilih untuk tidak menghiraukan, melangkahkan kedua kakinya memasuki ruang kerja ayahnya. Melihat tingkah Sooji, Naeun semakin mendengus kasar.

"Masuk"

Sooji segera mendorong pintu berkayu, ia mengedarkan pandangannya dan mendapatkan sosok ayah dan neneknya. Memilih untuk tidak menyapa dan mendudukan dirinya di depan sepasang anak dan orang tua.

"Ada apa?"

Jihyun mendengus melihat kelakuan cucu kandungnya itu. Benar-benar tidak punya sopan santun.

"Kau kehilangan sopan santunmu, eoh? New York membuatmu semakin liar"

Sooji hampir meringis mendengar kalimat yang dilontarkan oleh neneknya. Menunjukkan topengnya merupakan hal yang sangat mudah untuk Sooji lakukan. Ya, topeng berwajah datarnya.

"Bukankah anda sendiri yang mengasingkanku?" ujar Sooji dengan datar.

Jihyun menggeram. Wanita angkuh ini benar benar membuatnya kesal.

"Kau!"

"Jadi apa yang membuat kalian menyuruhku kembali setelah diasingkan?"

Jihyun semakin menggeram. Setelah berkata tidak sopan, sekarang perkataannya di sela oleh wanita belia?

"Ka.."

"Sudahlah, Bu. Persiapkan dirimu untuk besok malam, kau akan menghadiri sebuah pesta yang diadakan oleh rekanku. Kau bisa pergi"

Tuan Bae berkata tegas. Jihyun mendengus melihat putranya membela Sooji. Sooji mengangguk dengan wajah datar sebelum bergegas pergi meninggalkan dua insan manusia yang terdiam.

GONEWhere stories live. Discover now