XI

2.2K 279 49
                                    

"Terima kasih, Huang Renjun."

"Kembali, Lee Jeno."

---

Kebosanan menghampiri seorang Arin.
Setelah latihan selesai, semua member memiliki urusan masing-masing.

Dimulai dari Hyojung yang memiliki jadwal dengan Seunghee, Binnie melanjutkan kelas siangnya, Mimi dan Yooa masih berlatih bersama member WM Ggumnamu lainnya, Jiho pergi bersama Chengxiao dan Halla yang emang ketiganya sudah jarang bertemu.

Dan kini tinggal Arin sendiri di dorm. Tidak ada siapapun, kecuali dirinya dan tv yang menayangkan penampilan NCT Dream di acara musik Simply Kpop.

Cukup, ia benar-benar bosan. Hingga ia beralih pada ponselnya. Men-scroll kontak teman-teman yang ia miliki.

Noh Kangmin

Park Minhyuk

Sanha ^^

Tunggu...

Yoon Sanha!

Arin pun menekan tanda panggilan di ponselnya pada kontak Sanha.

"Halo, Sanha?"

"Eh? Halo, Nunna. Ada apa, Nun? Tumben nelfon? Kangen ya."

"Jangan geer dulu, bocah! Kau sedang sibuk, tidak?"

"Nah! Kebetulan, Nun! Tadi, Dino hyung nelfon, dia ngajak ke Sungai Han. Katanya dia juga mau ngajak nunna. Nah, berhubung nunna nelfon Sanha duluan, jadi sekalian Sanha kasih tahu ke nunna."

"Benarkah? Kapan?"

"Hhmm, setengah 12 katanya nunna. Supaya bisa makan siang gitu."

"Sip, makasih, Sanha."

"Kembali, nun. Ya sudah, aku tutup dulu ya, masih latihan ini."

"Iya, semangat latihannya adik lucu nunna."

"Makasih, nunna cantik Sanha."

Manik Arin yang semula melemah, kini langsung bersemangat mendengar ajakan dari Sanha.
Bukan, tepatnya dari Dino, tapi disampaikan melalui Sanha.

Langsung saja, Arin berganti baju dengan baju casualnya menuju Sungai Han.

Ya, masih jam setengah 11 sih. Tapi, tidak apalah, penggabutan ala Arin yang bisa jadi mendapatkan hasil. Entah apa itu.

---

Di Sungai Han tidak seramai biasa. Cukup sepi, tenang, dan nyaman. Bahkan Arin bisa leluasa menjajakan setiap jajanan di sekitarnya.

Tidak peduli orang akan mengenalnya atau tidak. Yang terpenting, ia kenyang dan kebosanannya hilang.

"Bi, gulalinya satu ya."

"Baik, nona. Tunggu sebentar ya."

Wanita paruh baya itupun mulai membuat gulali pesanan Arin. Gadis bersurai panjang bergelombang itupun tersenyum mengamati bagaimana bibi penjual gulali itu membuatnya gulali pesanannya.

"Bibi, bagaimana bisa semudah itu?"

"Aku sudah terbiasa, jadi bisa semudah itu. Bukan kah sesuatu yang awalnya tidak pernah kita lakukan, lalu tiba-tiba kita lakukan itu lama kelamaan akan menjadi terbiasa? Emang awalnya sulit dan aneh, tapi lama-lama akan terbiasa."

"Apakah cinta seperti itu juga?"

Entah darimana ide kalimat itu keluar dengan bebasnya dari mulut Arin.
Apakah ini sebuah pertanda, jika Arin sudah mulai ada rasa dengan Mark? Atau apa?

ScandalWhere stories live. Discover now