6

142 10 11
                                    

Halooo, maaf baru bisa update part baru 😁
Aku nunggu target sampe readersnya 100 dan ternyata udah 100+
Makasi buat yang nunggu part barunya, selamat membaca ♥♥♥
.
.
.
Hari ini perjanjian Dea dan Arfan vs Davin dimulai. Pagi ini Davin ke apartemen Arfan untuk menjalani hukumannya. Baru nanti siang dia pulang untuk menuruti semua keinginan Dea. Dea yakin pasti Davin lelah harus bolak-balik dari rumah ke apartemen Arfan. Tapi mau bagaimana lagi? Siapa suruh main curang.

"Davin mana, Dey?" tanya Indi saat Dea sedang menonton kartun favoritnya, Big Hero 6.

"Di apartemennya Kak Arfan. Lagi bersih-bersih kali,"

"Hah? Bersih-bersih apa?" tanya Indi kaget.

"Bersihin apartemennya Kak Arfan. Ini hukuman buat dia gara-gara main curang."

"Main curang apaan? Mama masih gak ngerti,"

Dea pun meletakkan remot di atas meja dan memutar badan menghadap mamanya, ia menceritakan semuanya pada mamanya. Tentang gamesnya, kecurangan Davin, dan hukuman dari Arfan dan dirinya sendiri gara-gara Davin sudah membuat kakinya sakit.

"Astaga anak itu, dari dulu tetap gak berubah. Dia memang lemah kalau disuruh main game, dulu mana pernah menang lawan Arfan." Indi geleng-geleng kepala mendengar kelakuan anak sulungnya.

"Ya gitu deh, Ma. Anak siapa dulu?" ejek Dea.

"Anaknya Papa kali," Indi menyangkal.

"Dih, kan anak Mama juga." Timpal Dea.

"Kakak kamu juga, kan?" Balas Indi.

Dea memutar bola mata sebal, kalau dilanjutkan bisa panjang urusannya. Indi kan orangnya tidak mau kalah, maklumlah jiwa ibu-ibu memang begitu, bukan?

Pintu rumah terbuka dan munculah orang yang tadi kami bicarakan, Davin. Dia datang dengan langkah gontai dan langsung duduk di sofa sambil meminum jus jeruk buatan Dea sampai kandas.

"Abang mah kebiasaan, ambil sendiri ih!"

"Capek, Dey. Kayaknya Arfan sengaja ngancurin kamar apartemennya biar gue lama beresinnya."

"Lama apaan? Ini baru jam 10.00 kok,"

"Lo mah bangun tidur taunya gue udah pergi, gak tau kan gue perginya jam berapa? Jam 06.00 pagi."

"Bodo amat, rasain noh. Pembalasan memang lebih kejam, Bang. Siap-siap buat nurutin permintaan aku."

"Makanya kalau main yang sportif, Vin. Lihat kan, giliran ketahuan curang malah balasannya lebih kejam." Timpal Indi

"Ih Mama, bukannya nyemangatin aku kok malah jadi profokator?"

"Loh, ya salah kamu dong! Udah ah mama mau ke salon dulu. Daaah, Dea sama Davin jaga rumah. Oke?"

"Siap, bu boss!" ujar Dea memberi hormat pada Indi.

>>><<<

"Bang, udah siap belom?" tanya Dea tidak mengalihkan pandangan dari ponselnya

"Iya udah, lo mau apa?" jawab Davin

"Buatin aku brownis pakek tangan Abang sendiri, awas kalo beli!"

"Hah? Serius lo? Tau sendiri gue gak bisa masak, kalau rasanya gak enak gimana?"

"Masalah enak gak enak itu urusan nanti, yang penting jalanin dulu. Biar sekalian Abang belajar masak, masa iya kalah terus sama Kak Arfan?"

"Yang harusnya jago masak tuh cewek, cowok itu kerja cari duit!"

Love and LiesWhere stories live. Discover now