02

137 39 42
                                    

Alena menatap dirinya di cermin dengan mata sembab dan rambut acak-acakan.

Kenapa harus ketemu orang itu lagi, pikirnya. Ia takut.

Alena berjalan sendirian melewati komplek rumahnya. Ia akan pergi ke taman karena merasa suntuk setelah seharian bertengkar dengan adiknya. Bagaimana tidak, Alden mengambil laptop miliknya tanpa sepengetahuannya dan tanpa sengaja menghapus file tugasnya.

Seharian ia mengomeli adiknya yang hanya ditanggapi dengan senyuman tanpa rasa bersalahnya. Bahkan sengaja ia tak masak hari ini untuk memberi pelajaran pada adiknya. Tapi bukan Alden kalau tidak punya akal. Alden justru mengambil uang Alena untuk membeli makanan.

Maka dari itu Alena semakin murka terhadap adiknys itu.

"Huuuuffft." Alena menghela napas saat ia duduk di bangku taman berwarna cokelat itu.
Ia menyandarkan punggungnya sambil memejamkan matanya.

Alena membuka matanya saat tiba-tiba merasakan sebuah bola mengenai kakinya. Dan dilihatnya seorang anak kecil berlari menghampirinya. Alena menaksir umur anak ini mungkin empat tahunan.

"Hei, boy," sapa Alena dengan senyum manisnya.

"Hallo, Kak," jawab anak itu dengan senyum tak kalah manis.

"Namamu siapa?" tanya Alena saat anak kecil itu duduk di sampingnya.

"Namaku Vino, Kak," jawabnya dengan nada ala anak kecil.

"Apa kau sendirian? Di mana ayah bundamu?"

Vino menggeleng, "Aku sama Om Raka, Kak."

"Terus di mana Om Raka?"

"Tadi katanya mau beliin aku minum, Kak. Tapi gak balik-balik," jawab Vino sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Baiklah, tunggu saja di sini. Pasti nanti Ommu juga akan tau. Ayo main sama kakak."

"Yeay. Ayo, Kak," jawab Vino semangat.

Alena dan Vino bermain dengan semangat. Bahkan Alena melupakan kekesalannya hari ini.

Tak berapa lama, terdengar suara bariton memanggil nama Vino

"Vino," panggilnya.

Vino yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh ke sumber suara.

"Yeay. Itu Om Raka, Kak," pekiknya girang.

"Ya udah, samperin gih. Biar bolanya kakak yang ambil," jawab Alena. Lalu ia melangkah mengikuti bola yang menggelinding ke arah pohon yang tepat berada di depannya.

Vino berlari semangat menuju Raka--Omnya. Dan ditanggapi Raka dengan merentangkan kedua tangannya.

"Kenapa bisa sampai sini, hem? Tadi Om bilang apa sama Vino?" tanya Raka saat ia menggendong Vino.

"Maaf, Om. Tadi bola Vino lari-lari terus Vino kejar deh."

"Kalau kau hilang bagaimana, hem?" tanya Raka gemas sambil mencubit pelan pipi keponakannya itu.

Lukisan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang