Acha memandang wajahnya didepan cermin ajaib yang selalu bikin perempuan tersenyum dan terlihat cantik. Yah... cermin toilet di Mall!!.
Acha mengambil lip-balm didalam tas-nya, mengolesnya secukup mungkin di bibir mungilnya agar tak kering, kemudian menguncir rambutnya. Setelah yakin bahwa dirinya sudah cukup cantik, Acha segera keluar dari toilet.
Iqbal sudah menunggunya.
Acha berjalan ke arah abang penjaga kasir toilet. Tulisan "bayar 2000" membuat Acha geleng-geleng, padahal ia didalam hanya ingin numpang ngaca saja. Acha mengeluarkan dompetnya, mampus! Ia tidak membawa uang kecil.
"Abang!" panggil Acha sok kenal.
"Iya neng?" jawab pemuda itu yang tengah sibuk memberikan kembalian kepada pengunjung lain yang membayar.
"Boleh ngutang nggak?"
"Hah?" kaget abang-abang penjaga.
"Uang Acha besar, 100 ribuan, Abang ada kembaliannya?" tanya Acha dengan wajah lugunya.
"Besar amat neng, anak abang si Amat aja nggak besar-besar!. Masak nggak ada uang kecil?"
Dari jarak yang cukup jauh, Iqbal memandangi saja apa yang sedang dilakukan gadis itu. Iqbal merasa jengah karena Acha terlalu lama disana. Iqbal memutuskan untuk mendekati Acha yang masih asik negosiasi sama abang-abang penjaga.
Iqbal mengeluarkan uang 5 ribuan dari kantong celananya. Meletakkan di meja, dihadapan abang penjaga.
"Kembaliannya ambil saja mas" ucap Iqbal datar, setelah itu berjalan pergi kembali meninggalkan Acha.
Acha sedikit terkejut dengan kedatangan dan yang dilakukan oleh Iqbal. Detik berikutnya ia tersadar dan cepat-cepat mengejar Iqbal, sebelum dia ditinggal lebih jauh.
Mereka berdua berjalan ber-iringan menuju lantai 4 di Mall ini. 20 menit lagi film yang akan mereka tonton segera tayang di studio 1. Iqbal berjalan tanpa suara, ia fokus menatap depan tak menganggap Acha yang sedari tadi ada disampingnya, menatapnya tanpa henti.
Acha memainkan jemarinya.
"Iqbal" panggil Acha pelan.
"Hm?"
Acha menyodorkan tangan kananya di depan wajah Iqbal,
"Apa?" tanya Iqbal tak mengerti.
"Kasihan tangan Acha udah banyak sarangnya"
"Maksudnya?" tanya Iqbal lebih tak paham.
"Ya tangan Acha ini loh udah banyak jaring laba-labanya, udah bersarang!" jelas Acha gemas.
Iqbal manggut-manggut.
"Ah... Lo mau berubah jadi Spiderman?"
"BUKAN IQBAL!! IHHH!!!" greget Acha sembari meremas-remas jemarinya.
Acha mendengus sebal, pria disebelahnya ini memang sangat tidak peka dan sangat susah untuk di dekati, padahal berulang-ulang dirinya telah memberikan kode-kode yang cukup jelas.
"Gandeng tangan Acha!" pinta Acha tak tau malu.
Iqbal melirik Acha sebentar, kemudian menetap ke depan kembali dengan dengusan pelan dan sinis. Tak mempedulikan gadis itu.
Acha menghela berat, lagi-lagi Iqbal mengabaikannya.
"Tadi Acha udah cuci tangan kok di toilet, seriusan! Tangan Acha nggak ada virusnya Iqbal!" ucap Acha beralasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIPOSA
Teen Fiction(NOVEL MARIPOSA SUDAH ADA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA) Maaf ini bukanlah cerita Bad boy yang bertemu good girl. Maaf juga ini bukanlah cerita Bad Boy yang bertemu Bad Girl. Ini cerita paling anti-mainstream tentang Prasasti Hidup bertemu Landak b...