Acha merapikan kunciran rambutnya yang mengendur, ia menatap pintu dihadapanya sedikit ragu. Tangan Acha bergerak menyentuh bel pintu tersebut dengan perasaan was-was.
TingTong
TingTong
Sama sekali tak ada jawaban. Tapi, Acha tak ingin menyerah. Sekali lagi ia membunyikan bel pintu tersebut.
Namun, belum sempat Acha memencetnya lagi, pintu terbuka lebar. Seorang wanita paruh baya dengan memakai baju daster panjang serta sapu ditangan kananya. Wanita itu menatap Acha dengan bingung, begitu pula Acha.
"Ada yang bisa dibantu, non?" tanya wanita paruh baya itu sopan.
Acha tersenyum kaku.
"Ka..Kak Ify atau Kak Rio ada?" tanya Acha hati-hati.
"Maaf non, Tuan Rio sama Non Ify baru kemarin berangkat ke Jepang. Katanya ada urusan disana."
"Oh iya. Terima kasih banyak." pamit Acha ramah.
Dengan berat hati Acha beranjak dari sana, langkahnya melambat dengan perasaan hampa. Ia tidak tau lagi harus menemui siapa untuk bertanya kabar Iqbal.
Yah... Ini sudah 10 hari seorang Iqbal tidak memberikan kabar kepada Acha, seperti menghilang tiba-tiba ditelan bumi. Acha sendiri tidak tau kenapa Iqbal melakukan itu. Padahal, pria itu berjanji hanya satu minggu pergi ke Prancis untuk urusan yang sama sekali Acha tidak tau.
Seminggu yang lalu juga, Johan mengantarkannya ke rumah Iqbal dan hasilnya sama saja. Tidak ada siapapun dirumah itu, hanya penjaga rumah yang mengatakan bahwa semua penghuni disana pergi ke Prancis.
Selama sepuluh hari, Acha merasa bimbang, perasaanya terombang-ambing tanpa arah. Ia hanya mengkhawatirkan keadaan Iqbal, bagaimana kabar pria itu? Apa dia baik-baik saja?
Tidak hanya itu, Acha juga takut jika Iqbal pergi untuk meninggalkanya, dan tanpa alasan.
****
"Gimana?"
Acha tersentak mendengar pertanyaan itu, ia tak sadar bahwa dirinya sudah ada di parkiran. Acha menatap orang yang memangilnya, Johan.
Selama sepuluh hari ini juga, Acha menjadi dekat dengan Johan, mereka sama-sama mengenang masa kecil mereka yang menyenangkan. Bahkan, Johan membantu Acha untuk mendapatkan kabar dari Iqbal.
Acha menatap Johan dengan mata berkaca-kaca,
"Johan beneran nggak tau Iqbal dimana?" tanya Acha penuh harap.
Johan tersenyum kaku,
"Gue sudah hubungin Papa Iqbal, nggak bisa juga. Om Bov orangnya sangat sibuk, susah buat hubunginya." jelas Johan
"Kalau Kak Ando?"
"Gue udah lama nggak pernah berhubungan dengan Kak Ando, kayaknya dia ganti nomer. Kalau Kak Ify, gue nggak terlalu dekat dengan dia," lanjut Johan.
Acha menghela napas berat, tidak tau lagi harus berbuat apa. Tak ada sumber atau orang yang ia harapkan untuk membantunya.
Acha menatap Johan lgi.
"Iqbal baik-baik aja kan, Jo?" tanya Acha pelan.
"Dia pasti baik-baik saja, Kay." jawab Johan menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARIPOSA
Teen Fiction(NOVEL MARIPOSA SUDAH ADA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA) Maaf ini bukanlah cerita Bad boy yang bertemu good girl. Maaf juga ini bukanlah cerita Bad Boy yang bertemu Bad Girl. Ini cerita paling anti-mainstream tentang Prasasti Hidup bertemu Landak b...