EMPAT

218 102 98
                                    

"Kamu lucu, boleh nggak saya mencintai kamu?"

🍒🍒🍒

Selepas pulang sekolah, Sharina bergegas pergi menemui seseorang di sebuah cafe, namun jam bertemunya masih 30 menit lagi, saat melihat toko buku di sebrang cafe, ia pun berniat mengunjunginya.

Sharina berjalan ke arah buku berkategori sejarah, matanya menyusuri tiap-tiap judul buku, mencari buku yang sangat ia cari, namun ternyata buku itu berada di rak paling atas, membuat ia sedikit berjinjit untuk menggapainnya.

"Susah banget ngambilnya, gue kurang tinggi lagi," Sharina menggerutu sebal, namun tiba-tiba ada tangan yang menjulur untuk mengambil buku itu. Sharina pun langsung berbalik.

"Nih bukunya, makanya tinggi itu ke atas bukan ke samping," bisik lelaki itu di tambahi kekehan yang menyebalkan.

Sharina mendengus, lelaki itu berbalik sambil mengangkat bahunya acuh.

'Kaya pernah liat mukanya,' batin Sharina.

Lelaki itu malah duduk di dekat jendela sambil membaca bukunya.

"Gio, kan?"

Gio menatap ke arah Sharina, "Karina?"


"Bukan Karina, gue kembarannya," Sharina pun tersenyum, lalu mengulurkan tangannya, "Nama gue Sharina, salam kenal."

Gio membalas uluran tangan Sharina, "Gio Alhanan Hanafi," Gio menaikan sebelah alisnya, "Beneran kembaran Karina?"

Sharina menggangguk, "Kenapa? Kok kaya nggak percaya gitu."

"Karina nggak pernah cerita kalau dia punya kembaran," ucapnya sambil mengalihkan pandangan pada bukunya.

Sharina menunduk, "Mungkin dia benci banget sama gue, makanya dia nyembunyiin gue dari teman-temannya."

"Benci kenapa?" tanya Gio.

"Cuma salah paham," Sharina menghela napasnya, "Dan dia besar-besarin masalahnya. Gue lagi nyoba pelan-pelan buat ngejelasin apa yang sebenarnya terjadi, tapi ditolak mentah-mentah sama dia."

"Karina keras kepala."

Sharina terkekeh mendengar pernyataan Gio, "Dia emang keras kepala, tapi ada sifat dia yang bikin semua orang termotivasi. Contohnya dia pemberani, kerja keras dan mungkin masih banyak lagi."

Gio memperhatikan Sharina yang berbicara panjang lebar, tanpa sadar ia ikut terkekeh mendengarnya, "Benar dugaan lo, coba dia dewasa kaya lo, mungkin nggak akan keras kepala."

Sharina tersenyum, "Gue lebih dulu lahir, mungkin karena itu gue terlihat dewasa."

"Karina juga mandiri, dari kecil dia cuma tinggal sama pembantunya," Gio mengenang saat ia pertama kali berteman dengan Karina, "Gue pikir dia nggak punya orang tua dan dia anak tunggal. Ternyata waktu itu Bokap kalian datang nemuin Karina dan Karina cerita kalau dia cuma punya Ayah."

"Seharusnya dulu gue sama dia nggak berpisah,"

Wanita itu langsung menepuk dahinya lalu melihat ke arah jam tangannya, ia sudah terlambat.

"Kayanya gue harus pergi deh, gue duluan ya," Sharina pun langsung berlari ke arah pintu toko dan menyebrang ke arah cafe.

Gio hanya memandangi wanita itu lewat jendela, nampaknya di meja tersebut ada barang yang tertinggal, Gio baru menyadari hal itu, ia berjalan menuju kasir, hendak membayarnya.

"Saya beli 2 buku ini aja mas."

🍒🍒🍒


Terlihat seorang pria dengan kemeja putihnya ditambahi gelungan di daerah lengan, sedang duduk manis menunggu seseorang yang sudah lama ia nanti-nanti.

"Ijay, maaf gue telat," deruan napas Sharina sangat terdengar jelas, membuat pria tersebut terkekeh sambil mengacak rambut Sharina.

"Ijay, rambut gue bisa berantakan," dengan nada sebal Sharina menggerutu.

Rijay mengeluarkan sebuah kertas di depan Sharina, "Gue bakal menetap di Indonesia, Shar."

Mata Sharina membulat, sangat terkejut atas pengakuan Rijay, "Dan lo juga bakal pindah sekolah yang sama kaya gue?"

Rijay mengangguk, "Seenggaknya gue punya orang yang gue kenal waktu pertama masuk sekolah."

"Gue setuju, lo juga masuk sekolah yang sama kaya kembaran gue, Jay."

Mata Rijay langsung mengarah ke arah Sharina, "lo udah ketemu sama Karina?"

"Udah, dan dia masih benci sama gue, benci banget malah."

Rijay mengelus pelan bahu gadis itu, "Tetap berusaha buat kasih penjelasan, nggak boleh patah semangat."

Sharina mengangguk seraya tersenyum, "Hm, kenapa lo pindah ke sini? Padahal dulu lo cinta New York."

"Gue ingin memulai kisah yang baru."

🍒🍒🍒

Karina memandangi dinding- dinding kamarnya, menyusuri tiap-tiap sudut, terpaku pada sebuah foto keluarga, air matanya mulai menetes.

Mengingat masa lalu itu adalah hal yang membuat kita kembali ke masa terpuruk.

Tiba-tiba ponsel Karina berbunyi, menandakan notif Line masuk, Karina terkejut saat membaca nama si pengirim itu.

Gepeng :
kar 🐒

Karina Atlnts :
paan

Gepeng :
jutek amat, neng

Karina Atlnts :
sk2 w

Gepeng :
saya kira kamu sukanya sama saya, hehe.

Karina Atlnts :
ngobrol nih sama minyedh gue 🐒

5 menit tidak ada tanda-tanda Gio membalas, Karina terkekeh. Gio biasanya marah jika menyangkut kata 'minyedh'.

Gepeng :
Kalo kamu nggak suka sama saya, biar saya aja yang suka sama kamu /emot love/

"Kebanyakan makan micin gini nih, otaknya rada geser 180 derajat."

Ia mematikan ponselnya, berniat tidak membalasnya, Tidak lupa juga untuk memejamkan matanya.

🍒🍒🍒

[TS 1] : Atlantis Where stories live. Discover now