Hidup Tak Seindah Drama Korea

76 4 64
                                    

'Hidup tak seindah drama Korea'

Kata-kata itu terus terngiang dikepalaku. Sialan sekali dalam kehidupanku ternyata statement itu benar. Setelah acara berkenalan tak lama dia dijemput oleh temannya tanpa menawari aku tumpangan yang jelas-jelas menggigil kedinginan untuk pulang bersama.

Huft.

Nasibku begini amat ya. Hayati lelah bang..hayati juga pengen diberi kehangatan, belaian, perhatian, kasih sayang, dan uang.

UANG.

Hari gini mengutamakan cinta. Emang cinta bisa dimakan? Emang beli sesuatu bisa bayar pake cinta?

Kulihat jam di tangan kananku jarum pendek diangka 7 dan jarum panjang diangka 11. Lima menit lagi masuk kelas.

Badanku rasanya tidak enak.

MERIANG.

MERIndukan kasih sayANG.

Maklum selain jomblo aku juga jablay. Jarang dibelai-belai. Masa aku kalah sama Miaouw kucing kampung peliharaan dirumah yang selalu dibelai Nanda, adik perempuanku.

Efek kelamaan jomblo bikin aku jadi orang yang baperan. Lihat sandal yang selalu sepasang baper. Kapan aku punya pasangan kayak sandal itu. Meski sudah buluk tetep aja masih ada pasangannya.

Lihat truk gandeng baper. Truk aja gandengan, lha gandenganku mana? 

Lihat makanan kemasan ada label halalnya baper. Makanan aja udah halal, terus aku kapan dihalalin bang?

Yang parah kalau pas perayaan 17 Agustus. Lihat lomba panjat pinang jadi baper. Kapan adek dipanjat bang?

Lupakan.

Jomblo mana suaranya??

Kurasakan tepukan keras dibahuku yang otomatis juga membuyarkan kebaperan akutku. Aku menoleh. Pagi-pagi sudah ketemu mahkluk Tuhan paling cerewet. Mimpi apa aku semalam.

"Pah, liat deh Pah!" katanya dengan menyodorkan jempolnya kearahku. Digoyang-goyangkan mirip film India yang biasa kami tonton. "Aku dapet kiriman cincin baru lagi Pah."

"Terus gue harus bilang W.O.W gitu? Harus guling-guling? Salto? Kayang?"

"Kalau bisa boleh tuh Pah. Tinggal cariin topeng yang pas terus ditabuh pake gendang. Maripah pergi kepasar, hahahaha" dan seperti biasa tawanya membahana diseluruh koridor.

Kutepuk jidatku 'sekalinya punya temen begini amat Ya Lord.'

"Tapi kenapa itu batunya segede gaban? Apa mungkin abangmu belinya kiloan ya jadi jatuhnya bisa lebih murah."

Kadang aku iri sama Rizqa. Tiap bulan selalu dapat kiriman batu dari abang pedalamannya yang ada di Kalimantan. Kalau dikumpulin mungkin bisa buat bikin pondasi tembok dirumahnya.

"Tanda sayang Pah..semakin gede batunya berarti ya semakin gede sayangnya" katanya sambil mencium cincinnya.

"Kenapa gak sekalian kirim batu kali aja Riz? Gede-gede tuh sekalian bisa buat bangun rumah" kataku.

"Ngaco...sirik aja lu Pah" lidahnya dijulurkan kedepan menggodaku. Menggodaku untuk menarikknya. "Masuk yuk kelas mau mulai nih" katanya sambil melirik jam di dinding koridor.

~~~~~

Saat masuk kelas kuedarkan pandanganku kesegala penjuru. Ternyata Pak Kyle belum datang.

Selamat.

Sedang asik-asiknya melihat sekeliling mataku terpaku pada punggung seseorang. Meski yang bisa kulihat hanya punggungnya tapi aku tau itu punggung Amarzone. Sepertinya dia sedang selfie mengusir kebosanan menunggu dosen yang tak kunjung datang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 25, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TRUCE MEWhere stories live. Discover now