Chapter 3: Shut Up or Die!

1K 176 43
                                    

Somniphobia
© MsLoonyanna

•••

Sorry for the typos and all mistakes (if I did).
Happy reading!
.
.
Warning!
PoV 3 khusus chapter ini, ya
Next chap baru kembali ke PoV Draco
.
.

"Iya, dia di sini. Maaf baru memberi tahu. Aku menemukannya jatuh pingsan di depan rumahku semalam. Astaga, sungguh, tak apa. Baiklah, nanti akan kutanyakan."

"Kau?"

Hermione refleks berbalik ketika mendengar suara berat dari belakang punggungnya. Setelah melihat dengan saksama siapa orang tersebut, gadis itu kontan tersenyum.

"Baguslah kau sudah siuman," ujarnya. Sementara pemuda bersurai platina yang kini berdiri tegak di ujung ruangan mengernyitkan dahinya heran.

"Apa yang terjadi padaku? Dan ... mengapa kau ada di sini?"

Hermione berjalan mendekat. "Duduklah dulu," katanya seraya membimbing sosok pemuda tinggi itu untuk duduk di sofa ruang tengah.

Sebenarnya, pemuda tersebut bukanlah tipe penurut yang akan dengan mudah mematuhi perintah seseorang, tapi, jujur, kepalanya masih sangat pusing bahkan untuk sekadar membantah. Jadi, Draco berpikir bahwa tak ada salahnya jika menuruti permintaan si gadis Granger untuk saat ini. Bukan begitu?

"Mengapa aku ada di sini ... err, bersamamu?"

"Well, kau pingsan tepat di depan rumahku dan ... ya, ini rumahku," jawab Hermione, tersenyum. Draco merasa terkejut dan sedikit malu, tentu saja. Namun, ia tak ingin mengambil pusing mengenai fakta bahwa ia sedang berada di rumah psikoterapis pribadinya, orang yang beberapa hari lalu masih menempati posisi teratas di hate list-nya. Lalu bagaimana dengan sekarang? Entahlah, Draco sendiri pun tak tahu.

Pemuda Malfoy itu mencoba untuk memusatkan pikirannya ke hal lain, berusaha mengingat-ingat kejadian semalam. Sedetik setelahnya, sekelebat bayangan pria berjaket hitam yang tengah menguliti seorang wanita tiba-tiba saja terlintas di dalam kepalanya, membuatnya refleks bergidik ngeri.

"Kau baik-baik saja?" Hermione bertanya khawatir, yang serta-merta disambut dengan tatapan tajam dari Draco.

"Kenapa kau begitu ingin tahu? Memangnya kau peduli?"

"Tentu saja. Kau temanku, ingat?" Hermione kembali tersenyum ramah, bersamaan dengan dengkusan kasar dari satu-satunya makhluk pirang di ruangan itu. "Kau pasti lapar, ya?"

"Tidak." Sialnya, beberapa detik setelah jawaban ketusnya itu, bunyi perutnya yang keroncongan justru membuat tawa Hermione pecah di udara. Draco tak henti-hentinya mengumpat dalam hati. Perut memang paling sering berkhianat di saat-saat genting seperti ini.

"Kau tunggu di sini." Dengan itu, si gadis ikal, Hermione, lantas berlalu menuju ke dapur, meninggalkan Draco yang kini sibuk dengan pikirannya sendiri. Semua kejadian yang terjadi semalam terus berputar-putar dalam kepalanya dan, well, itu mengerikan.

BUK!

Draco menoleh terkejut mendengar suara benda keras yang sepertinya jatuh menghantam lantai. Semua pikirannya buyar dan menguap begitu saja. Secara refleks ia berdiri tegak di atas kaki panjangnya, berjalan mendekat ke arah sumber suara barusan.

SomniphobiaWhere stories live. Discover now