Chapter 4: Mr. Oliver

1K 158 62
                                    

Somniphobia
© MsLoonyanna

•••

Sorry for the typos and all mistakes (if I did).
Happy reading!
.
.
.

Sudah seminggu lebih sejak teror mengerikan yang menimpaku waktu itu. Sudah seminggu lebih pula hubunganku dengan dr. Granger berjalan cukup baik. Maksudku, ini sudah hampir sebulan sejak ia menjadi psikoterapis privatku dan rasa-rasanya ia memang orang yang baik. Bukan tipe orang yang hanya menunjukkan batang hidungnya ketika menginginkan sesuatu. Harus kuakui, di luar statusnya yang menjadi psikoterapis khusus untukku, aku pikir dr. Granger benar-benar seseorang yang tulus ingin menjadi temanku. Percaya atau tidak, aku merasa bahwa aku tak lagi membencinya. Jangan tertawa mengingat perkataan-perkataan konyolku tentangnya di awal pertemuan kami, because people do change, right?

Ah, soal teror, aku tak bercerita apa pun pada Astoria akan hal itu. Aku tak ingin membuatnya panik dan khawatir berlebihan. Kautahu? Astoria adalah tipe orang yang seperti itu, mudah panik akan hal-hal yang ia rasa mengusiknya. Dan menurutku, tentu saja teror yang kualami beberapa waktu lalu termasuk ke dalam salah satu hal yang 'mengusiknya'. Aku adalah adik Astoria satu-satunya jika kalian lupa.

Ngomong-ngomong, aku tak langsung pulang ke rumah setelah insiden kala itu, melainkan kembali ke rumah dr. Granger untuk membersihkan mobil kesayanganku terlebih dahulu yang benar-benar tampak mengerikan. Gila saja kalau aku ke tempat pencucian mobil dengan banyak noda darah di Aston Martin-ku. Maksudku, apa yang akan orang-orang pikirkan?

Oke, cukup untuk hal itu. Pagi ini aku memakan sarapanku dengan cukup lahap. Hanya saja ... entah mengapa aku ingin makan di kamar. Bukan berarti aku tak ingin semeja dengan Astoria, tapi siapa yang bisa menyalahkan mood-ku, huh? Jawabannya tentu saja tidak ada. Aku bersyukur Astoria termasuk kakak yang cukup pengertian, karena percayalah, aku adalah tipe yang tak suka ditentang oleh siapa pun, bahkan oleh kakak kandungku sendiri yang begitu aku sayangi.

Bunyi 'ting' yang bersumber dari ponselku harus membuatku menunda satu suapan terakhir roti isi yang sebenarnya sudah hampir masuk ke dalam mulutku. Aku berdecak akan hal itu. Namun, tak urung rasa penasaranku lah yang nyatanya bergejolak lebih dalam ketimbang hasrat untuk segera menghabiskan makananku. Dengan itu, aku pun segera meletakkan piringku di atas nakas sebelum tanganku bergerak meraih ponsel.

From: Dokter Granger

Sorry, Draco. Aku tak bisa datang hari ini, mobilku mogok tiba-tiba. Tapi kau bisa datang ke rumah sebelum jam makan siang kalau kau mau. Aku harus ke rumah sakit setelahnya.

Aku menghela napas pelan. Entah mengapa ada sedikit percikan rasa kecewa di dadaku. Ugh, jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku hanya ingin segera ... 'sembuh'. Well, err ... kurasa aku sudah bisa menerima kenyataan bahwa aku ini memang sedikit 'sakit', meskipun faktanya aku sangat benci untuk mengakuinya.

Kulirik piring di atas nakas, hm, sayang kalau dibuang. Dengan pemikiran itu, aku lantas mencomot potongan terakhir roti isiku dan memasukkannya ke dalam mulut. Tak lupa meraih segelas jus jeruk setelahnya dan segera menandaskannya dalam hitungan detik.

Oke, sekarang rencana berubah. Aku akan mandi terlebih dahulu lalu pergi ke rumah dr. Granger. Aku tak ingin menyia-nyiakan jadwal temu kami yang hanya berlangsung sebanyak empat kali dalam seminggu. Maksudku, ugh, jangan salah sangka. Bukannya aku sangat ingin bertemu dengannya di setiap kesempatan, tapi aku memikirkan uangku yang hanya akan terbuang percuma ke dalam rekeningnya jika aku tak rutin memakai jasanya, 'kan?

SomniphobiaWhere stories live. Discover now