[7] Memilih Bungkam

16 3 0
                                    

Aku takkan membiarkan diriku jatuh cinta pada seseorang yang tak bisa kumiliki.

Kau adalah musuh bagi kesehatan jantungku. Yang membuatku waspada dan buru-buru membentengi diri agar tak terpikat pada pesonamu.

Tapi, kau terus memaksa masuk. Menelusup keruang yang dulu tak pernah terketuk.

Aku memang berniat bungkam. Bersikap biasa. Tapi jantungku tak cukup kuat untuk membendung setiap debaran yang tercipta karena dirimu.

Aku tau kelak akan menyesali asaku. Tapi tak ada yang bisa kuperbuat. Aku terlanjur menerjunkam diri dalam netra kelammu. Terperosok bersama cinta yang kelak akan membunuhku.

Aku nekat mengambil resiko terluka karena cinta sepihak. Dan itu karena dirimu.

For Secret
-Indah.fdh

Indah menghela nafas lelah. Menyimpan buku catatan itu dalam laci meja belajarnya. Lalu menerjunkan diri dalam empuknya kasur miliknya.

Matanya menerawang. Sajak tadi sangat jelek. Hanya ungkapan hatinya. Yang seharusnya tak perlu ia curahkan. Tapi sepertinya firasatnya benar. Indah sudah jatuh dan susah untuk keluar dari sana. Dan butuh waktu lama untuk lupa atau terbiasa dengan rasa itu. Entah berapa lama. Yang jelas dia memilih bungkam. Bukan bermaksud tak berkata, tapi belum saatnya. Mungkin nanti yang entah kapan.

Daripada memikirkan bagaimana nasib hatinya, Indah memilih tidur agar besok memiliki kekuatan extra untuk meredam gejolak hebat dijantungnya saat bertemu Panji. Saat seperti ini, dia malah memikirkan kata-katanya yang memiliki jantung sembilan. Jadi jika jantung itu tertikam belati, dia masih punya cadangan.

Duh otaknya semakin ngaco. Dia butuh tidur. Come to mama my sweet dream.

Tok tok tok

Siapa lagi malam-malam ngetuk? Baru saja Indah ingin terbuai mimpi. Ketukan itu memutuskan sinyal mimpinya, "Ganggu aja sih," gumam Indah sambil memejamkan mata kembali.

Tok tok tok

"Woy mbak, jangan ngerem dulu, papa pulang."

Adek durhaka, Indah ingin sekali menggeplak kepalanya dengan kencang tanpa belas kasihan. Tapi dia ingat, kepala itu difitrahin dari tangan yang sama dengan kepalanya. Aishhh.

"Apa sih dek?"

Ucapan ketus itu membuat Hanie mendengus, "Buatin papa kopi,"

Udah? Itu doang? Bukannya bisa buat sendiri? Tanpa harus mengganggunya? Ini anak minta dislepet batako ya?

SecretWhere stories live. Discover now