Shinta Naomi

4.7K 513 44
                                    


Naomi pov

"Makasih yah." Kataku tulus sesaat setelah turun dari motornya.

"Gue..." Kalimatnya berhenti saat dering telepon berbunyi dari dalam saku Hoodie yang kukenakan.

Ku lepaskan saja langsung dan ku berikan padanya. Ia pun merogoh saku, kemudian menerima panggilan.

Aku diam.

"Hallo."

"..." seketika ia menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Gak usah pake teriak segala, Will. Ya sorry, gue tadi ada urusan, jadi gak sempet pamitan."

Aku tertawa lirih melihat tingkahnya saat mengelus kasar telinga kanannya.

"..."

"Iya ini gue mau balik. Udah dulu, bye."

Angin berhembus menerpa tubuhku yang hanya mengenakan dress.

Dingin pun menjalar, aku menggosok-gosokan lenganku bergantian.

"Lo masuk gih, udah malem. Kedinginan Lo kalo kelamaan diluar." Suruhnya sembari memakai kembali hoodienya.

Tanpa pamit ia melajukan motornya dan menghilang dari pandangan saat dibalik tikungan.

Gadis itu, siapa namanya?

***

Ku rebahkan tubuhku diatas kasur ukuran king size ini.

Bayang-bayang gadis yang telah mengantarku pulang kembali muncul.

Siang tadi dia berteriak dan memakiku karena kesal. Tapi malam ini dia bahkan mau mengantarku pulang.

Aku tak tahu jika aku tak bertemu dengannya melainkan orang lain yang berniat jahat, uh membayangkannya pun aku tak bisa.

"Fandy, aku gak suka yah kamu kayak tadi. orang tadi pasti mikir macem-macem deh denger omongan kamu barusan." Protes ku saat pintu sudah ditutup.

"Naomiku sayang... Tanpa aku harus ngomong pun, dia pasti udah mikir macem-macem tentang kita. Liat aja yang kamu pake sekarang." Aku tersadar dan merutuki diriku sendiri dalam hati.

Ah, mengingat kejadian tadi siang yah. Moodku memburuk seketika.

Fandy Christian. Lelaki yang sudah aku pacari setahun belakangan.

Meski selengean dan sedikit arogan, Sebenarnya aku sayang. Tapi, berkali-kali ia bermain wanita dibelakangku, aku rasa, berkali-kali itu pula rasa sayangku padanya semakin terkikis.

Tok. . Tok. . Tok.

"Masuk aja, Bi." Seruku dan pintu pun terbuka.

Bi Sumi membawa segelas ditangannya. Dan aku tahu itu pasti cokelat hangat kesukaanku.

"Bibi taro sini ya Non susunya." Ditaruhnya gelas diatas nakas samping tempat tidurku.

"Ya, Bi." Aku bangkit dan bergeser mendekat ke nakas.

Ku raih gelas, ku tiup sebentar dan ku minum perlahan.

Slurp..

Rasanya masih sama dari dulu. Seperti pertama kali Bi Sumi bekerja dirumah ini, saat aku kelas 6 SD. Itu artinya sudah 9 tahun dia bekerja dengan kami.

Menjadi anak sulung dari dua bersaudara. Ayahku seorang pengusaha besar bernama Prasetya, ia jarang sekali berada dirumah karena bepergian untuk urusan bisnis.

It Girl (Complete) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora