Persekongkolan

7.1K 528 3
                                    

Selamat membaca...

"Dia kok bisa ke sini? Ngapain Bel?" Tanya Tami setelah mereka masuk ke dapur dan berhenti di meja makan. Tami meletakkan rantangan ketring yang biasa dibawanya untuk sarapan mereka

"Iya. Alasannya sih nganterin sepatu," jawab Bela tersenyum lebar. "Banyak bener porsinya, Tam?" Bela membuka satu persatu rantang yang masing-masing terisi penuh lauk dan nasi.

Wanita itu tersenyum senang melihat satu rantang berisi sambal "tekate" alias teri kacang tempe. Salah satu sambal wajib dari dulu ngekos sampai sekarang.

"Hoaaaamhh....wih, wenak tuh!" mereka spontan menoleh mendengar suara Ira yang baru tiba di dapur setelah gadis itu menguap lebar.

"Ehh..ada nini Tim-tam," sapa Ira memanggil Tami.

"Ituh. Gara-gara ada dia makanya aku bawa banyak. Supaya sarapan kamu nggak dijajah," ujar Tami cuma memandang sebal sebelum beralih menjawab pertanyaan Bela.

"Jiaahh....dikatain penjajah. Gitu kalau jadi perempuan korban penjajahan laki-laki. Traumanya sama jajahan!" Sinis Ira sambil berjalan mendekati meja makan. Tami menarik nafas berusaha tetap menahan emosi.

Sementara Bela lanjut membuka-buka rantang dan memindahkannya ke piring, malas menanggapi. Dia sudah biasa melihat Ira selalu sinis dengan Tami. Semuanya berawal dari Aryo, pacar Tami yang brengsek sampai membuat wanita itu menangis hebat. Dan setelah Ira mengomeli Tami habis-habisan, Tami masih mau-maunya menerima Aryo kembali.

Ira memang tidak mengomeli Tami lagi sejak itu. Tidak, dia bahkan tidak berbicara dengan Tami setelah itu. Tapi karena memang dibalik marahnya Ira adalah sayang, jadi gadis itu hanya selalu sinis dengan Tami. Katanya sih, sampai Tami melepaskan diri dari Aryo Bastard, sebutan Ira untuk Aryo yang nama aslinya Aryo Baskoro.

"Tekate...!!" Ira langsung menyerobot potongan tempe di piring yang Bela pegang.

Plok!

"Masih bau iler, mandi dulu sanah!" Omel Tami setelah memukul tangan Ira sampai potongan tempenya jatuh lagi. Bau iler? Bela langsung teringat sesuatu.

"Yee...dasar nini-nini tim-tam. Keluar deh nyinyirnya," balas Ira mau beranjak.

"Ira. Coba cium, mbak bau apa?" Suruh Bela menarik lengan Ira supaya mendekat.

"Ihh, apa-an sih. Mbak kan belum mandi?" Tanya Ira heran.

"Udaaaahh..semalem. Buruan!"

"Tapi boleh sarapan sekarang ya," Ira melirik Tami.

"Apa-an sih?" Tanya Tami heran juga.

"Mck, iya-iya sarapan sekarang. Udah buruan sini!"

Ira memajukan wajah sebelum mengendus-endus Bela. "Bau bedak bayi," ucap Ira setelah menarik kepalanya.

Tadi saat berganti baju, karena memang belum mandi Bela cuma memakai bedak bayi yang biasa di pakainya kalau di rumah. Dan Dave bilang dia suka sama wanginya. Nggak mungkin kan, laki-laki seperti Dave suka sama bau bedak bayi? Nggak singkron dong, sama parfumnya yang maskulin banget itu.

"Nggak ada bau yang lain?" Tanya Bela memastikan.

Ira menggeleng. "Kenapa mbak??"

"Nggak apa-apa," Bela menarik kursi meja makan di depannya dan langsung duduk.

Ira sempat mengernyit sebelum mengangkat bahu. Seperti biasa, nggak mau ambil pusing dan ikut duduk di sebelahnya.

"Ooh...pasti soal Dave. Iya kan?" Tanya Tami ikut duduk didepan Bela. wanita itu cuma mengangguk singkat.

My lovely PATIENTWhere stories live. Discover now