Chapter 17 : Maafin gue Mas

29 3 0
                                    

Lalu, setelah memarahi wanita itu dimas menarik tanganku mengajakku pergi meninggalkan kedua orang itu.

Kulihat wajah dimas, wajahnya penuh amarah. Sampai aku sendiri tak berani untuk mulai mengajaknya bicara. Sungguh aku pun sangat ketakutan, tak pernah aku melihatnya semarah ini.

Kami sampai di trotoar. Tempat dimana mobil dimas di parkirkannya. Dilepasnya tanganku. Lalu ditinggalkannya aku dan dia masuk kedalam mobilnya. Aku masih berdiri, masih tak berani melakukan apapun. Bahkan untuk masuk ke mobilnya aku takut sekali.

Dibukanya kaca jendela mobilnya. Sambil menatap lurus kedepan.

Huh, bahkan melirikku saja pun tidak. Fikirku.

"Lo mau masuk gak? Kalok enggak biar gue tinggalin"

Tanpa kata kata, aku berjalan masuk kedalam mobilnya. Saat aku membuka pintu mobilnya, tanganku menggeletar. Aku lalu duduk di depan. Biasanya, aku selalu ceria saat bersama dimas. Entahla untuk hari ini.

Perasaanku bercampur aduk. Takut, kesal, terharu. Yang aku fikirkan sekarang apa nantinya dimas akan menjauhiku? Apa dia akan bersikap seolah kami tak kenal lagi? Bagaimana jika dia marah sampai tak ingin berbicara lagi padaku?

----------------------------------------------------------

Kami tiba di rumah nya dimas. Apa gerangan dia membawaku kemari? Aku kan ingin pulang.

Biasanya dimas akan membukakan pintu jika sudah sampai. Mengatakan "silahkan turun tuan putri" tapi saat ini dia tidak begitu.

Oh tuhan, aku telah menghancurkan perasaan dimas. Dia begitu terluka karnaku. Aku tak bisa bayangkan hidupku tanpanya.

Begitu sampai, dimas langsung masuk kedalam rumah. Aku berjalan masuk kerumah nya dimas. Mencari sherly.

"Eh, tasha" panggil ibu yang sedang bersama ayah di ruang tamu.

Aku lalu menghampiri mereka berdua. Seperti biasa, menyalami kedua orang tua itu.

"Bareng siapa kemari sha?" tanya ayah

"Bareng dimas yah"

"Loh, dimas udah masuk duluan tuh tadi" tanya ibu

"Iya bu"

"Memang nya kalian kenapa?" tanya ayah lagi

"Biasala yahh, paling berantem" jawab ibu tanpa memberi aku kesempatan untuk menjawab. Aku hanya tersenyum.

Untung saja sherly lewat dari ruang tamu, lalu aku dipanggil oleh sherly.

"Natt" panggil sherly

"Eh, kamu gak sopan sama kakak. Panggil kakak kek sama tasha" tegur ibu pada sherly

Sherly hanya tertawa kecil. Begitu pula aku. Aku pamit pada ibu dan ayah. Karna sherly mengajakku keluar.

"Mau kemana ly?" tanyaku sambil berjalan keluar rumah.

"Jalan jalan aja si nat, bosen gue dirumah terus"

"Ooh yaudah"

Akhirnya aku dan sherly pun pergi dengan mengendarai sepeda motornya. Sepeda motor sherly merknya vario warna putih dengan sedikit garis biru.

----------------------------------------------------------

"Lo nginap dirumah gue aja malamni nat. Nyokap sama bokap gue bakalan pergi malamni"

"Yaudah, temenin gue kerumah buat pamit. Sekalian ngambil baju gue"

Setelah ngambil baju, aku dan sherly balik kerumahnya dimas.

Ibu dan ayah tampak sedang bersiap siap dan berpamitan pada dimas. Aku bersalaman dengan ayah dan ibu.

"Kamu jagain sherly ya tasha, ibu nemenin ayah tugas dulu. Besok malam atau paling lama lusa, ibu sama ayah udah balik kok"

"Iya bu, pasti dijagain sherly nya"

Setelah ibu dan ayah pergi, aku melihat dimas yang langsung pergi kebelakang.

"Ly tunggu bentaryak" ucapku lalu aku berlari kearah dimas pergi. Kucari dimas kedapur, namun taada. Kucari kekamarnya dia juga taada. Lalu kubuka pintu belakang, ya dimas ada di belakang. Sedang duduk entah melihat apa.

Kuhampiri dia perlahan. Lalu aku duduk di rumput, tepat di samping dimas.

"Dimas" ucapku pelan

"Hmm" ucap dimas namun pandangannya masih saja lurus. Melirik pun tidak.

"Maafin gue Mas" ucapku penuh penyesalan. Namun dimas hanya menjawab dengan deheman saja.

"Dimas gue minta maaf mas" ucapku lagi. Namun sekali lagi dimas tak menjawab apapun yang aku katakan.

Untuk kali ini, aku benar benar takut
Entah apa yang kutakutkan. Kehilangan dia? Atau karna diamarah? Ah, aku bingung. Aku tak tau harus berbuat apa

100 Days [Revisi]Where stories live. Discover now