Distorsi

20 1 0
                                    

Kisah ini saya persembahkan untuk siapa saja yang mengalami perubahan yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.

Seorang lelaki duduk di persimpangan jalan.  Entah lurus ,kiri atau kanan yang  harus dilewati. Setiap mawar punya tangkai dan duri. Tak mungkin hari ini ia berpaling.  Katanya setiap manusia memiliki dosa yang berbeda. Persentasenya hanya Tuhan yang tahu, perbuatannya hanya ia dan Tuhan yang tahu. Sebuah amplop merah tergeletak di atas meja saya saat itu. Pemuda itu katanya berlari lurus saja mencoba menemukan sesuatu yang hilang dan terbawa. Saya tahu tangis ini tak ada yang bisa melihat kecuali Dia. 

Keesokan harinya, saya menemukan pemuda itu berdiri di depan saya. Menahan lelah mungkin. Saya persilahkan masuk dan ia menghambur dalam kesedihannya di atas sofa putih. Saya tak pernah berniat menerima tamu yang kesusahan karena itu memberatkan jalan saya. Tapi yang saya ingat dia pernah meringankan jalan saya dengan membawa segala kegelisan saya.

Kopi digenggamnnya tak kunjung ia minum, Apakah pemuda ini menginginkan teh? Namun, setahuku ia penggila kopi. Saya tukar kopi digenggamannya dengan teh. Percuma teh itu malah mendingin.

Teh digengamannya saya tukar dengan genggaman saya. Ia melihat saya, saya hanya bisa berucap semua kan begitu baik-baik saja. Tak pernah saya percayai jawaban dari kalimat basa basi saya ia jawab dengan sempurna.

"Saya tak pernah tahu kemana saya pergi. Namun, akhirnya saya tiba disini tanpa paksaan dan tanpa keraguan. Walau sudah hancur semua saya masih tetap ingat bahwa kamu adalah tempat saya pulang" Begitu katanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 15, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AngkuliWhere stories live. Discover now